Festival Kampung Celaket, Mengakrabkan Anak Cucu dengan Tempat Tinggal Mereka

Festival Kampung Celaket, Mengakrabkan Anak Cucu dengan Tempat Tinggal Mereka
info gambar utama

Indonesia adalah negara yang memiliki ragam kebudayaan yang tersebar di banyak wilayah. Kebudayaan yang bersifat tradisional tersebut sudah tidak banyak lagi dapat kita jumpai saat ini. Perlu ada usaha untuk melestarikan kebudayaan-kebudayan tersebut agar tak dikikis oleh perkembangan zaman.

Semakin maraknya penyelenggaraan festival kampung adalah salah satu usaha nyata dan efektif untuk menjaga kebudayaaan di tiap daerah agar tetap kental di ingatan warganya. Redy Eko Prasetyo, Ketua Jaringan Festival Kampung Nusantara mengatakan, konsep festival kampung adalah untuk mengangkat potensi budaya lokal warga kampung dalam bentuk festival. Termasuk juga mengkolaborasikan kesenian lokal dengan seni daerah lain di Indonesia dan mancanegara. Sehinggga ada interaksi antar seniman dengan warga kampung.

Bulan Juli lalu, salah satu kota di Jawa Timur, yakni Malang mengadakan festival kampung yang berjudul “Festival Kampung Celaket”. Festival ini sudah dilakukan sejak tahun 2010 dan awalnya bernama “Rampal Celaket Bersyukur”, namun sempat terhenti dengan alasan yang berbeda-beda, contohnya pada 2014 lalu tidak bisa digelar karena mempertimbangkan akan diadakannya pemilihan kepala negara.

Tahun ini merupakan kali keempat festival kampung ini diadakan. Semakin istimewanya gelaran tahun ini karena adanya kerjasama dengan Jaringan Kampung Nusantara. Berbagai budaya lokal seperti Jaranan, Tari Topeng, Tari Bondan, Reog Kendang, Tari Beskalan, Sendratari Kidung Sang Liswa, Ketoprak dan fashion show Udeng Malengan dihadirkan dalam festival tersebut.

Penampilan Kendang Reog (sumber: thejakartapost.com)
info gambar

Pada tahun ini dihadirkan juga permainan “Nyai Putut” yang sudah hampir tidak pernah dijumpai lagi. Permainan ini banyak diyakini mengandung kekuatan mistis padahal sebenarnya hanya dilakukan dengan kekuatan tangan manusia untuk menggerak-gerakkan orang-orangan sawah sesuai dengan iringan musik perkusi. Permainan tradisional ini dilakukan anak-anak pada zaman dahulu tepatnya waktu panen datang.

Permainan Nyai Putut (sumber: thejakartapost.com)
info gambar

Sesuai dengan tema festival tahun ini yakni “Kampung Sinau Budaya”, festival ini mengadakan kegiatan yang bersifat edukasi seperti pembuatan wayang kulit dan topeng Malangan serta pengajaran aksara Jawa kuno "Sinau Aksara Jawa Kuno" 'Pra Ho-No-Co-Ro-Ko'” oleh Komunitas Mbah Shinto dari Karanglo. Kegiatan semacam itu dihadirkan agar hal tersebut dapat diwariskan pada generasi muda. Kegiatan edukasi lainnya adalah Ajar Sinau Pustaka Budaya "Sedjarah Tjelaket". Acara ini dilaksanakan agar para generasi muda kampung lebih mengenal dan dapat mencintai sejarah kampungnya.

Anak-anak sedang belajar gamelan di Festival Kampung Celaket (Sumber: thejakartapost.com
info gambar

Festival Kampung Celaket dilaksanakan di wilayah kelurahan Rampal Celaket, tepatnya di jalan Tretes Selatan yang berada di sebelah selatan Jalan Kaliurang dan disebut juga sebagai hari raya kebudayaan bagi masyarakat kampung . Festival ini digelar secara swadaya dan gotong royong oleh warga kampung dan para seniman. Pada tahun ini festival diselenggarakan oleh Sanggar Sasana Kridha Budaya Kelurahan Rampal Celaket dengan melibatkan warga sekitar, komunitas dan sanggar seni di Malang Raya, dan para pegiat seni-budaya yang bersinergi di Jaringan Kampung Nusantara.

Festival Budaya Kampung Celaket adalah wahana untuk melestarikan, membina, mengembangkan dan mendayagunakan aset budaya lokal di suatu daerah. Kendatipun kini desa kuno yang konon merupakan desa agraris itu telah bermetamorfosis menjadi keluaran yang berada di tengah Kota Malang, namun nuansa kampung yang berciri gotong royong, persaudaraan, toleran atas keragaman budaya dan keyakinan warganya smestinya tidak turut sirna seiring dengan penghapusan status administratif kampung/desa.

Upaya warga Kampung Celaket dengan ‘Festival Kampung Celaket’-nya bisa dijadikan contoh teladan bagi kampung-kampung lainnya, bahwa festival budaya tidak musti dilaksanakan setingkat desa, namun terbuka kemungkinan kendati hanya di tingkat kampung.


Sumber :

japungnusantara.org , halomalang.com,Jakarta Post

Sumber Gambar Sampul :

Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini