Mengabdi Pada Negeri Hingga ke Ujung Perbatasan

Mengabdi Pada Negeri Hingga ke Ujung Perbatasan
info gambar utama

Pada hari senin tanggal 29 Agustus 2016, Dompet Dhuafa memberangkatkan dua mahasiswa dari kampus yang berbeda ke Desa Engkrengas, Kecamatan Selimbau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Dua mahasiswa tersebut yaitu Erwin pratama, biasa dipanggil Erwin, mahasiswa Universitas Sriwijaya Palembang dan satu lagi Ibnu Asyrin, mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Program ini bernama MFB (Marching For Boundary), dimana program ini sudah berjalan sejak lima tahun yang lalu, dan sekarang merupakan MFB yang ke-5. Program ini diperuntukkan bagi penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara Dompet Dhuafa.

Sesuai dengan nama programnya, para mahasiswa ini ditempatkan ditempat perbatasan Indonesia atau di branda Negara Indonesia, karena kita mengetahui bersama, bahwa beranda merupakan first impression bagi siapapun yang melihatnya, bagaikan rumah, kita akan melihat beranda rumah terlebih dahulu sebelum melihat kedalam dan belakang rumah.

Pada MFB yang ke-5 ini, ditahun 2016 Dompet Dhuafa memberangkatkan enam mahasiswa dari kampus yang berbeda untuk menjadi pejuang perbatasan, diantaranya; Elis (UNPAD) dan Imap (UNS) ditempatkan di pulau Meranti, Riau. Patma (IPB) dan Putsar (UNJ) ditempatkan di perbatasan Kalimantan Utara, tepatnya di Nunukan. Program ini bertujuan sebagai sarana penyadaran penerima manfaat beasiswa aktivis nusantara Dompet Dhuafa akan pentingnya aksi nyata dalam menghadapi permasalahan bangsa khususnya didaerah-daerah pelosok, meningkatkan kepedulian sosial mahasiswa, bahwa hidup menjadi mahasiwa khususnya tidak melulu harus dengan kenyamanan diruang-ruang kelas dikampus, justeru pelajaran kehidupan yang banyak didapatkan diruang-ruang kehidupan nyata ini.

Program MFB ini kurang lebih berlangsung selama satu bulan lamanya, dengan melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat, baik dibidang pendidikan, sosial budaya, dan lain sebagainya. Dalam program MFB ini, mahasiswa berkolaborasi dengan program SGI (Sekolah Guru Indonesia) dari Dompet Dhuafa juga, yang mana program SGI ini berada didesa Engkrengas selama satu tahun lamanya, untuk pendampingan menjadi guru konsultan diEngkrengas, beliau adalah Ali dan Hamidun, keduanya alumnni IAIN Pontianak.

Dengan adanya program MFB ini, semoga bisa memberikan manfaat kepada masyarakat setempat, khususnya didesa Engkrengas. Oleh karena itu, kami melakukan semampu yang kami bisa, dengan melakukan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat, walaupun dengan keadaan yang serba terbatas, listrik belum ada, sinyal belum ada, dan fasilitas nyaman lainnya seperti dikota belum ada, namun kami melihat semangat masyarakat setempat, yang memiliki harapan jauh kedepan untuk suatu perubahan. Kami mendirikan Rumah Baca, mengajar di sekolah SD karena kekurangan guru, melakukan regenerasi pemuda asli desa Engkrengas agar ketika kami tinggalkan program-program postif lainnya masih berjalan dengan baik, dan lain sebagainya.

Bapak kepala dusu Jongkang menyampaikan, bahwa belum pernah ada sebelumnya desa Engkrengas kedatangan mahasiswa atau pihak manapun yang bertujuan datang kesini untuk pemberdayaan masyarakat, baru kalian saja yang datang kesini pertama kali. Maka kami juga berharap, karena program kami hanya sebulan, semoga bisa bermanfaat dan terus berjalan dengan adanya regenerasi pemuda asli desa. Kami juga berharap semoga kedepan lebih banyak lagi mahasiswa atau pihak manapun yang bisa ikut turun tangan, khususnya ke desa Engkrenas, karena masih banyak hal yang harus kita berdayakan, untuk Indonesia yang lebih baik dan bermartabat khususnya di Beranda Negeri kita.


Penulis: Ibnu Asyrin - Mahasiswa UGM, Penerima Manfaat Bakti Nusa 6

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini