Magno, Si Radio Vintage Indonesia Yang Mendunia

Magno, Si Radio Vintage Indonesia Yang Mendunia
info gambar utama

Siapa sangka radio menggemaskan ini berharga jutaan rupiah per unit. Sedangkan di Eropa, harga 1 unit nya sekitar Eur 260 atau sekitar 5,2 juta rupiah. Radio Magno berbahan dasar kayu dari pohon yang tumbuh di Indonesia, seperti pinus, mahoni dan sonokeling (rosewood India). Menggunakan ketiga pohon tersebut karena resonansi suara yang sangat baik.

Radio Magno di Salah Satu Majalah Jepang (https://image.rakuten.co.jp)
info gambar

Radio unik bernuansa vintage nan lucu ini merupakan inovasi yang diciptakan Singgih Susilo Kartono, lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Pria kelahiran Desa Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah, 1 April 1968, ini pun tak menyangka jika Radio Magno, yang semula adalah sebuah prototype produk dari tugas akhirnya semasa kuliah, kini menembus pasar internasional dan mendunia. Memulai usahanya pada tahun 2005, produksi yang terbilang kecil ini nyatanya bisa merambah ke Internasional. Pun ketika Amerika dan Eropa tengah mengalami krisis, permintaan akan Radio Magno tak terganggu sedikit pun.

Siapa sangka, bentuk nya yang simpel dan unik, radio ini banyak digemari hingga di luar negeri. Bersama dengan puluhan orang pegawainya, tercatat sudah sebanyak ribuan unit radio yang diproduksi. Dan sekarang, produksi Magno yang bertempat di studio workshop milik Singgih di Temanggung, bisa mencapai 300 unit per bulannya.

Magno-Piranti Works mempekerjakan sekitar 40 orang yang sebagian besar merupakan warga Desa Kandangan sendiri. Rata-rata mereka memiliki pengalaman memproduksi kayu. Melalui pelatihan intensif yag dilakukan di bengkel Magno, para pekerja dapat menghasilkan barang dengan kualitas tinggi yang memenuhi standar ekspor. Sekitar 95% penjualan Magno diekspor dan 5% untuk pasar negeri seperti Jakarta, Bali, Bandung dan beberapa daerah lainnya. Negara-negara di dunia yang menjadi pasar Magno di antaranya, Amerika Serikat, Brasil, hampir semua negara Eropa, Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Singapura, Australia, dan Selandia Baru. Di Jakarta, Magno tersedia di pusat-pusat perbelanjaan high end, seperti Pacific Place dan Grand Indonesia. Saat ini Magno memiliki distributor di Jepang, Australia, dan berbagai negara Eropa.

Radio Magno sendiri memiliki beberapa jenis, yakni :

1. Magno KuBO

Magno KuBO (magno-design.com)
info gambar

2. Magno ReKTO

Magno ReKTO (magno-design.com)
info gambar

3. Magno MiKRO

Magno MiKRO (magno-design.com)
info gambar

4. Magno IKoNO

Magno IKoNO (magno-design.com)
info gambar

Tak hanya radio, Singgih juga membuat beberapa barang kayu lainnya. Seperti:

1. stationery

stationery (magno-design.com)
info gambar

2. small functional stuff

smallfunctionalstuff (magno-design.com)
info gambar

3. toys

Toys (magno-design.com)
info gambar

4. Jaam KLoCKU

KLoCKU (magno-design.com)
info gambar

Mengetahui rupa dari Radio Magno, Rahmat Gobel, bos National Gobel Group yang kini berganti nama Panasonic Gobel Group, ia pun tertarik. Masalah finansial yang kurang memadai untuk memesan elektronik kit pun terselesaikan. Dari situ, Singgih mendapatkan vendor elektronik kit radio produk running production National Gobel Group. Tahun 2005 akhirnya Radio Magno dapat diproduksi. Tak berhenti disitu, masalah lain harus dihadapi nya. Pemasaran yang alot di Indonesia menjadi persoalan baru.

“Karena radio kayu Magno merupakan produk baru, dengan konsep desain yang baru dan saya juga ingin menggunakan brand saya sendiri. Saluran pemasaran mainstream ternyata tidak sesuai,” terang Singgih.

Laman www.assiston.co.jp adalah online shop berbahasa Jepang. Melalui nya, Radio Magno terjual laris. Memuat informasi Magno secara detail, tak ketinggalan cerita dibalik produk itu. Publikasi ini tak lain merupakan campur tangan dari seorang profesor sustainable design asal Jepang di Tokyo. Ia menulis di majalah, juga memasukkan Magno dalam setiap presentasinya. Ia pun yang memilihkan laman tersebut untuk menjual produk Magno. Sehingga ketika mencari kata kunci “wooden-radio”, maka Radio Magno menjadi top list pada search engine anda.

Magno di berbagai majalah dunia (magno-design.com)
info gambar

Seabrek penghargaan diberikan kepada Singgih sebagai pencipta Radio Magno yang eye catching ini. Diantaranya yakni 2nd Winner International Design Resource Award (IDRA) Seattle, USA (1997), Designing wooden-craft toys product ‘Anomali’ series (1996-2003), Shortlisted Participant on International Design Competition ‘Tile with Crystal’ Swarovsky-Designboom.com (2004), Winner of Indonesian Good Design Selection 2005, Winner of Indonesian Good Design Selection 2006, Good Design Award–Japan 2008 in the category Innovation/Pioneering & Experimental Design Activities , Grand Award “Design for Asia Award” 2008 dari Hongkong Design Centre, termasuk Kids Design Award Japan pada tahun 2013 yang lalu. Karena ramah lingkungan, Radio Magno pun meraih penghargaan dan telah dipamerkan di Cooper-Hewitt National Design Museum di New York, dan Design Museum London.

“Magno memang tidak besar dalam ukuran omzet, namun Magno memberi kontribusi besar pada dunia perkayuan Indonesia yang selama ini lebih dikenal sebagai negara perusak hutan. Magno kini telah menjadi salah satu ikon desain dunia, Magno membuktikan bahwa kita bisa membuat produk kayu dengan desain yang unggul,” papar Singgih dalam situs Brilio.net.

Menggunakan sekitar 80 pohon per tahun, maka setiap perajin hanya menggunakan 2 pohon per tahun. Sejak mulai beroperasi, Magno telah mengonsumsi kurang dari 0,5 hektar hutan. Namun di tahun 2008, Singgih telah mendistribusikan sekitar 1.000 pohon muda setiap tahun untuk warga desa untuk ditanam di tanah mereka. Dengan cara ini populasi pohon 10 sampai 15 hektar hutan dapat meningkat. Sehingga Magno menjadi sarana untuk mempromosikan penggunaan berkelanjutan sumber daya alam untuk setiap pohon yang ditebang.

Singgih dan Radio Magno (https://cdn.shopify.com)
info gambar


Sumber : brilio.net magno-design.com
Sumber Gambar Sampul : batara.rajawaligrp.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini