Ubah Air Lindi Menjadi Listrik Karya Mahasiswa Malang

Ubah Air Lindi Menjadi Listrik Karya Mahasiswa Malang
info gambar utama

Sampah merupakan salah satu permasalahan genting yang harus segera di selesaikan oleh manusia di era ini. Sebab di dunia total sampah yang dihasilkan manusia setiap tahun bisa mencapai 2,12 milyar ton. Sedangkan di Indonesia sendiri diperkirakan angkanya mencapai 64 juta ton. Jumlah tersebut tentunya adalah angka yang besar dan bila sampah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah baru. Seperti pencemaran limbah lindi (leachate).

Lindi merupakan cairan hasil reaksi kimia yang terjadi pada tumpukan sampah. Cairan ini sangat berbahaya dan mampu mencemari tanah dan air. Namun mahasiswa-mahasiswa dari Fakultas Teknologi Lingkungan Universitas Brawijaya Malang berhasil memanfaatkan air lindi menjadi sumber energi listrik.

Seperti diberitakan oleh Prasetya UB Online, Mereka adalah Gadis Maulina, Hardiansyah, Shidyyatul Azizah, Dimas Yusuf Irawan, dan Lazuardi Kusumandaru yang telah melakukan penelitian pada air lindi selama empat bulan. Tidak hanya meneliti, mereka juga membuat alat-alat apa saja yang diperlukan untuk mengubah air lindi menjadi energi listrik.

Tim Peneliti air lindi menjadi listrik (Foto: ft.ub.ac.id)
info gambar

Lazuardi mengungkapkan bahwa dirinya terinspirasi dari banyaknya air lindi yang dihasilkan oleh salah satu lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di kota Malang.


"Banyak air lindi yang dihasilkan dari sampah menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir Supiturang Kecamatan Sukun, bahkan sampai menjadi kolam. Dari 700 ton sampah yang ditampung di TPA setiap hari, setidaknya menghasilkan 42 liter air lindi. Jika air lindi itu tidak dimanfaatkan, dampaknya adalah pencemaran lingkungan," ujarnya.

Bagaimana bisa air lindi diubah menjadi listrik? Salah satu anggota tim, Hardiansyah menjelaskan bahwamereka menemukan sebuah penlitian yang mengungkapkan bahwa air lindi banyak mengandung bahan organik seperti pati terlarut, HCN, karbohidrat, lemak, serat dan protein dalam pengolahan limbah yang dilakukan secara biologis dengan menggunakan bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut kemudian dapat menempel pada anoda yang kemudian akan menghasilkan elektron dan proton. Teknologi ini dinamakan Microbial Fuel Cells (MFCs).

"Ada dua bak dengan anoda di dalamnya, selanjutnya bakteri akan menempel pada anoda dan mengalami oksidasi sehingga menghasilkan elektron dan menghasilkan energi listrik," katanya.

Lazuardi menjelaskan bahwa satu liter air lindi bisa digunakan untuk menghasilkan energi 500 Ml Volt dan 0,11 Ml Amper.

Berkat keberhasilan tersebut, Lazuardi dan rekan-rekannya berusaha mengembangkan penelitian itu lebih lanjut. Mereka akan bekerja sama dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang.

Kepala Bappeda Kota Malang, Wasto rupanya juga telah mendukung kreatifitas mahasiswa Universitas Brawijaya tersebut. Dirinya mendorong pemanfaatan air lindi sebagai alternatif sumber energi listrik terbarukan. Sebab penemuan ini bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar TPA Supiturang.


"Harapannya adalah terciptanya image yang baik mengenai limbah dalam mewujudkan masyarakat mandiri energi serta memberikan motivasi bagi masyarakat untuk mengoptimalkan pemanfaatan biomasa di sekitar lingkungan untuk konversi menjadi energi alternatif," ujar Wasto.

Pihaknya juga berencana mengembangkan potensi kreatif warga lain dengan membentuk paguyuban bersama. Paguyuban tersebut akan menjadi wadah dan tempat berkumpul para inovator untuk berdiskusi dan mengaplikasikan hasil kreatifitasnya. Selain itu paguyuban juga akan berfungsi sebagai pihak yang akan membantu proses paten dan pemasaran teknologi dengan menggandeng beberapa pihak eksternal. Seperti Malang Creative Fusion (MCF), serta Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Penemuan mahasiswa ini menunjukkan bahwa kreatifitas dapat timbul dan menjadi inovasi bila kita benar-benar jeli memerhatikan sekitar. Banyak sekali peluang dan banyak sekali cara untuk memanfaatkan sampah agar bisa lebih bermanfaat dan menyelesaikan masalah masyarakat.

Sumber : Prasetya UB Online
Sumber Gambar Sampul : the-scientist.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini