Beras Sagu, Inovasi Baru yang Menjaga Tradisi

Beras Sagu, Inovasi Baru yang Menjaga Tradisi
info gambar utama

Riau adalah provinsi yang menyimpan sejuta khazanah, mulai dari posisi geografisnya yang sangat strategis hingga kekayaan alamnya yang melimpah, yaitu minyak bumi, timah, bauksit, emas, batubara dan gambut. Selain itu, Riau juga memiliki flora yang beraneka ragam antara lain kayu kulim, sungkai, suntai, jelutung, medang, meranti, tembusu, bakau dan pohon sagu.

Berbicara soal produk kreatif, pada tanggal 24-30 Oktober 2016 lalu telah diadakan acara Riau Expo 2016 di kota Pekanbaru. Riau Expo 2016 merupakan wadah agar terciptanya peluang kerjasama bisnis antara pelaku usaha dan pembeli serta pengenalan sekaligus pemasaran produk-produk Riau. Masyarakat Pekanbaru pun tak ingin ketinggalan untuk berkunjung dan melihat langsung produk-produk kreatif yang dipamerkan dari tiap daerah di Riau. Terdapat satu stand yang cukup ramai dikunjungi, yaitu stand milik kabupaten Kepulauan Meranti yang memamerkan produk-produk berbahan dasar sagu. Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan satu-satunya daerah di Provinsi Riau yang menghasilkan sagu. Tiap tahunnya, kabupaten ini bisa menghasilkan sagu hingga 246.000 ton. Tanaman ini terdapat di seluruh desa yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti. Sagu juga telah lama dikenal oleh masyarakat. Sebab sejak ratusan tahun lalu, tanaman sagu telah menjadi salah satu komoditi dagang yang cukup menonjol di kepulauan Meranti.

Umumnya masyarakat Kepulauan Meranti sejak dari zaman nenek moyang dulu telah menjadikan sagu sebagai makanan pokok. Belakangan juga sagu telah "disulap" menjadi berbagai macam jenis makanan. Bahkan, baru-baru ini Riau kembali menggegerkan dunia lewat event Festival Sagu yang menyajikan lebih kurang 369 olahan makanan yang terbuat dari sagu. Event ini juga berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia dalam kategori kuliner.

Menurut Ahli Sagu Indonesia, Prof. Nadirman Haska, cadangan sagu di Indonesia mampu memasok kebutuhan karbohidrat pengganti beras untuk 80 juta penduduk Indonesia dalam 1 tahun bila dikelola dan dimanfaatkan dengan benar. Kini, Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi sedang mengembangkan produk kreatif daerah Riau yaitu beras sagu. Beras sagu adalah beras yang dibuat dari pati sagu yang dicampur dengan sumber karbohidrat lainnya seperti jagung, beras merah, dll. yang diproses menyerupai beras. Inovasi produk berbahan dasar sagu ini juga dianggap mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang ada seperti jumlah penduduk yang terus bertambah, konsumsi beras yang tinggi sekitar 139 kg/kapita/tahun, konversi lahan sebesar 100 rb ha/th, teknologi produksi padi yang melandai, sumber air yang semakin langka, adanya perubahan iklim global, dan jumlah penduduk Indonesia pengidap Diabetes Mellitus yang semakin meningkat.

Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Riau juga menyebutkan bahwa beras sagu memiliki beberapa kelebihan antara lain Glikemik Indeks (GI) nya yang rendah. Glikemik Indeks adalah ukuran kecepatan perubahan pati menjadi gula dalam tubuh manusia. Itu sebabnya beras sagu sangat baik untuk penderita Diabetes Mellitus. Selain itu, beras sagu memiliki kandungan energi, karbohidrat, dan serat yang lebih tinggi serta kandungan lemak dan protein yang lebih rendah bila dibandingkan dengan beras biasa. Makanan yang dapat dibuat dari beras sagu antara lain Nasi Goreng, Nasi Uduk, Arem-arem, dll.

Dengan adanya inovasi seperti ini, masyarakat Riau sangat berharap agar nantinya beras sagu dapat menjadi salah satu pangan lokal yang dapat menjadi alternatif untuk permasalahan pangan di Indonesia mengingat jumlah cadangan beras ideal yang harus dimiliki oleh Pemerintah adalah sekitar 750 ribu– 1,25 juta ton (Tim UGM,2003 dalam Sekilas CBP https://www.bulog.co.id). Selain itu juga diharapkan sagu dapat menjadi salah satu makanan tradisional Indonesia yang dikenal ditingkat nasional bahkan Internasional.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini