Seri Tokoh Uang Emisi 2016 - Sam Ratulangi, Sitou Timou Tumou Tou dari Tanah Minahasa

Seri Tokoh Uang Emisi 2016 - Sam Ratulangi, Sitou Timou Tumou Tou dari Tanah Minahasa
info gambar utama

Bank Indonesia secara resmi telah meluncurkan emisi uang terbaru Kemarin (19/12) terdapat 11 desain baru yang diluncurkan untuk uang rupiah NKRI. Dalam desain baru tersebut seluruhnya berupa sosok tokoh pahlawan nasional Republik Indonesia. Namun Bank Indonesia tidak mengeluarkan secara resmi alasan dibalik pemilihan tokoh-tokoh tersebut. Oleh karena itu, GNFI berusaha untuk mengorek kembali sejarah yang menyangkut jasa-jasa para pahlawan tersebut.

Tokoh kedua dalam seri ini adalah Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau yang terkenal dengan nama Sam Ratulangi. Seorang tokoh pahlawan yang terkenal dengan semboyan Sitou Timou Tumou Tou yang artinya manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia. Semboyan tersebut kemudian banyak terlihat dari peran beliau yang banyak bergerak dibidang pendidikan dan politik semasa nusantara di bawah kekuasaan kolonial Belanda hingga masa kemerdekaan Republik Indonesia.

Sosok yang dilahirkan 5 November 1890 di Tondano Sulawesi Utara tersebut merupakan seorang tokoh yang memiliki kecerdasan cemerlang. Tidak heran bila kemudian dirinya adalah salah satu dari sedikit anak bangsa yang mampu untuk mengenyam pendidikan tinggi hingga ke Belanda, Swiss dan memperoleh gelar Doktor dari Jerman pada zaman pendudukan kolonial Belanda. Bahkan beliau disebut-sebut sebagai Einstein dari Hindia dan sempat menjadi Ketua "Vereeniging van Indonesische Academici” atau VIA yang merupakan perkumpulan para sarjana dan cendekiawan di East Indies, Indonesia.

Penjelasan mata uang NKRI pecahan Rp 20.000 (Foto: dok. Bank Indonesia)
info gambar

Pengalaman pendidikannya tersebut kemudian membuatnya diminta menjadi pengajar sebagai guru di Sekolah Menengah Pertama milik Belanda di Yogyakarta pada tahun 1919-1922. Dr. Ratulangi merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi guru di sekolah Belanda pada masa itu.

Namun sepertinya berperan sebagai pendidik tidaklah cukup buatnya. Tidak lama kemudian perhatiannya berpusat pada kesejahteraan rakyat Minahasa lewat perannya di bidang politik saat terpilih menjadi Sekretaris Dewan Rakyat Minahasa (Volksraad en College van Gedelegerden) di Manado. Dewan yang berhasil menghapuskan praktek Herendienst (kerja rodi) di Minahasa dan berhasil membuka daerah baru untuk pertanian pribumi, mendirikan yayasan dana belajar, dan lain-lain.

Peran memanusiakan manusia kembali dilakukan oleh Dr. Ratulangi lewat jalur politik, dengan mendirikan partai Persatuan Minahasa sekitar satu tahun sebelum Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang tidak lama kemudian menjadi anggota Gabungan Politik Indonesia (Gapi). Kiprah politik untuk meningkatkan derajat pribumi Minahasa tersebut ternyata tidak disukai oleh Belanda dan membuatnya menjadi buronan. Padahal sebelumnya, Minahasa merupakan wilayah yang sangat dekat dengan Kolonial Belanda bahkan sempat disebut sebagai provinsi ke 12 Belanda di abad 19.

Indonesia yang pada tahun 40an dijanjikan kemerdekaan oleh Jepang, kemudian semakin membuat Dr. Ratulangi berperan dalam politik. Seperti perannya di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dan sesaat setelah proklamasi kemerdekaan, Ratulangi ditunjuk sebagai Gubernur pertama Sulawesi dan mengumunkan kemerdekaan Republik Indonesia dihadapan rakyat Sulawesi di Ujung Pandang (sekarang Makassar).

Persatuan Sulawesi dengan Republik Indonesia sempat goncang ketika terjadi operasi Westerling yang menewaskan korban hingga ribuan orang. Namun Dr. Ratulangi berhasil menggalang 540 tandatangan dari pemuka rakyat Sulawesi yang menyadakan Sulawesi tidak dapat dipisahkan dari Republik Indonesia. Namun pada masa itu Dr. Ratulangi kemudian dipenjara oleh Belanda dan sempat diasingkan ke Irian Jaya lalu dibebaskan.

Seusai dibebaskan Dr. Ratulangi tidak lagi kembali ke Sulawesi melainkan ke Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota Republik Indonesia Serikat (RIS). Beliau ditunjuk menjadi penasehat pemerintah dan delegasi perundingan.

Perjuangan Dr. Ratulangi kembali diuji ketika Agresi Militer Belanda II kembali dilancarkan pada akhir tahun 1948. Dr. Ratulangi ditahan kembali oleh Belanda di Jakarta. Perjuangan beliau pun berakhir pada 30 Juni 1949, saat sang putra Minahasa meninggal dunia dibalik jeruji tahanan. Lima bulan sebelum Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia di Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.

Pada tanggal 9 November 1961, Sam Ratulangi kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 590 Tahun 1961. Dan kini, pada tahun 2016 Bank Indonesia mengeluarkan uang dengan desain Dr. Ratulangi untuk pecahan Rp 20.000.

Sumber : dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini