Sebuah "Tren Baru" Musik Campursari

Sebuah "Tren Baru" Musik Campursari
info gambar utama

Dari banyaknya ragam musik yang ada di Indonesia, campursari merupakan salah satu jenis musik yang cukup populer di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Campursari pertama kali dipopulerkan oleh Manthous, sang maestro dari Gunung Kidul. Nama campursari sendiri diambil dari Bahasa Jawa yang artinya bersifat umum.

Campursari dapat dikatakan sebagai salah satu wujud dari kekayaan sastra Jawa, karena lirik lagunya yang menggunakan Bahasa Jawa. Sayangnya, gempuran zaman yang semakin modern membuat lagu-lagu dengan lirik Bahasa Jawa kini mulai sepi peminat, terlebih campursari. Penggiat musik tradisonal pun menjadi kelabakan dengan hal ini.

Namun, kreatifitas anak bangsa seolah tidak ada matinya. Salah satu inovasi sebagai celah untuk melestarikan lagu dengan lirik Bahasa Jawa adalah lahirnya Bossanova Jawa, sebuah hasil perkawinan musik bossa nova dengan campursari yang nikmat didengarkan.

Bossanova Jawa seolah menjadi cara lain bagaimana kita menikmati musik dengan lirik Bahasa Jawa (foto: gedungjayamusik.blogspot.com)
info gambar

Dari serapan Bahasa Portugis, bossa nova berarti “tren baru”. Musik ini merupakan evolusi dari musik samba, dengan harmoni yang lebih kompleks juga sentuhan perkusi yang lebih sedikit. Jenis musik yang berkembang di Brazil pada tahun 1958 ini memang dianggap sebagai sebuah tren baru, yang sedang digandrungi oleh masyarakat saat itu.

Musik yang biasa disebut bossas ini pun menjadi semakin populer ketika dibawakan oleh musisi jazz terkenal dari Amerika. Tak hanya itu, bossas pun turut memiliki pengaruh yang besar dalam industri musik dunia selama beberapa dekade hingga saat ini.

Pada tahun 2003, Hadi Pranoto dan Wandy Gaotama memiliki ide untuk memperkenalkan musik dengan lirik Bahasa Jawa pada penikmat jazz. Sebagai produser dari IMC Record, label yang biasa memproduksi musik berlirik Bahasa Jawa, keduanya mencoba mengombinasikan lagu Jawa dengan musik bossas. Rupanya, jenis musik yang kental dengan irama Latin itu sangat cocok dengan lirik lagu-lagu yang sebelumnya dinyanyikan dalam irama campursari.

Hanya memerlukan waktu kurang dari sebulan, sepuluh lagu campursari berhasil diubah dan direkam ulang menggunakan musik bossas. Lahirnya album Bossanova Jawa I ini berisi lagu-lagu yang dipopulerkan oleh Didi Kempot, lengenda campursari dari Solo. Namun, dalam album ini, Didi Kempot justru tidak dilibatkan, karena warna suaranya kurang sesuai.

Bukannya berada di deretan album tradisonal seperti kaset-kaset yang diproduksi sebelumnya, album pertama Bossanova Jawa bertengger di rak album genre pop-jazz toko kaset. Namun semesta seolah belum memihak, album Bossanova Jawa I ini tidak laku di pasaran.

Setelah ditinjau lebih jauh lagi, gagalnya album pertama ini karena unsur musik yang tidak benar-benar menerapkan pakem bossas. Lantunan musik yang mengiringi lagu Jawa itu sepenuhnya merupakan hasil rekaman program, sehingga lagu-lagunya pun terkesan kurang membaur. Telinga pasar pun seolah tidak siap menerima perkawinan musik dari album pertama ini.

Seakan tidak kapok dengan gagalnya album pertama, Bossanova Jawa II pun dibuat, tentunya dengan mempelajari kesalahan sebelumnya. Dalam album kedua ini lagu campursari dikawinkan dengan permainan alat musik yang direkam dari permainan secara langsung. Oleh karenanya, aspek improvisasi yang khas dalam musik jazz pun lebih terasa.

Hasilnya pun sukses. Suara alto lembut Dian Kusuma, sang vokalis, dengan aksen medhok-nya yang dikombinasikan dengan swing musik jazz, sukses menghantarkan album kedua ini terjual sebanyak seribu keping CD. Tak hanya itu, kesuksesan penjualan album ini juga membuat orang memburu album pertama dan album-album Bossanova Jawa berikutnya. Bahkan album-albumnya tak hanya laku di Semarang, tempat di mana album ini diproduksi, namun juga di kota-kota lain di Indonesia.

Penasaran dengan musik "tren baru" campursari? Coba simak kombinasi swing ala musik jazz bossanova dengan lagu campursari yang terdengar syahdu dari video berikut ini.


Sumber : radarsukabumi.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini