Kerajinan Seni dan Produk Ramah Lingkungan Menyatu dalam Karya SemburArt

Kerajinan Seni dan Produk Ramah Lingkungan Menyatu dalam Karya SemburArt
info gambar utama

Karena ide yang cemerlang kadang lahir sebagai jawaban atas dari sebuah masalah. Semrawut dan berantakan. Dua kata itu mungkin terlintas di pikiran saat mendengar kata seniman. Ya, mereka yang bergelut di bidang seni memang cenderung ‘urakan’ dari mulai soal gaya, hingga saat mereka bekerja. Terlebih bagi seniman yang harus membawa banyak peralatan banyak saat berkarya.

Hal ini juga yang dirasakan oleh Nadjma Achmad yang berprofesi sebagai interior desainer, “kalo seniman itu kadang bawa pensil, spidol, atau kuas kan banyak. Saking banyaknya itu jadi berantakan pas dibawa.”

Berangkat dari masalah ini, Nadjma kemudian memiliki gagasan yang dapat menjadi jawaban dari kendala tersebut. Alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya ini ingin membuat sebuah produk yang dapat memfasilitasi mereka yang bergerak di bidang arsitektur maupun seni.

Lahirnya SemburArt

Salah satu produk pertama yang ia hasilkan pada Oktober 2015 adalah pencil roll, atau tempat pensil gulung. Pada awalnya, Nadjma mengerjakan semuanya sendiri, mulai dari mencari bahan, desain, hingga mencari penjahit.

“Dulu kita buat dengan kain linen dikombinasi dengan kain ber-pattern, tapi lama-lama mikir kok produkku pakai pattern orang ya,”.

Saat memulai pertama kali, Nadjma bahkan belum memberi nama dan mempunyai logo untuk produknya. Pertemuannya dengan Lugu Gumilar, partner-nya kini di SemburArt, yang berprofesi sebagai graphic designer akhirnya membuahkan ide baru. Berawal dari sebuah celotehan, ia mengucapakan kata ‘sembur’ yang dalam bahasa Jawa artinya adalah berantakan. Kemudian ia menggali lebih dalam menemukan kata ‘semburat’ yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti serpihan cahaya.

“Dari itu akhirnya setuju dengan nama SemburArt, karena produk kita untuk teman-teman seniman. Intinya sih kami ingin SemburArt ini menjadi solusi dari keberantakan, tapi juga punya nilai seni tesendiri,” pungkas wanita yang doyan hiking ini.

SembuArt (Foto: Qlapa.com)
info gambar

Tantangan membuat produk handmade.

Dalam waktu kurang dari dua tahun, SemburArt telah memiliki sejumlah variasi produk, diantaranya tas, pouch, pencil roll, dan cable wrap. Semuanya dengan DNA yang terdiri dari kombinasi kain natural dan tali kepang. Pada awalnya, produk SemburArt mengambil bahan dengan warna jadi yang ada di pabrik. Namun belakangan beberapa warna yang diinginkan ternyata tidak konsisten dan terkadang discontinued. Untuk mengakalinya, kini Nadjma menggunakan teknik celup untuk pewarnaan.

Hal ini juga tidak selalu berakhir sempurna, “Ya itu, kadang-kadang juga hasilnya nggak bisa sama persis. Serunya justru kita bisa nemuin warna yang lebih bagus dari sebelumnya. Maklum kan bikinnya handmade,” tambah Nadjma.

Untuk satu koleksi, biasanya ia membutuhkan waktu hingga satu bulan untuk pengerjaan mulai dari desain, pencelupan kain, proses washed (yang menjadikan kain terlihat belel), hingga penjahitan. Kesulitan lainnya yang ia alami adalah karena skalanya yang masih cukup kecil, ia masih menggunakan jasa penjahit lepasan. Hasilnya, beberapa koleksinya tidak bisa diselesaikan tepat waktu. Namun demikian, ia senantiasa menjaga kualitas produknya agar tidak mengecewakan. Dengan pilihan membuat produk handmade, Nadjma menyadari bahwa produknya tidak dibuat massal, namun lebih menjadi collectible item yang sifatnya eksklusif.

Salah satu karya SembuArt (Foto: Qlapa.com)
info gambar

Harus Tepat Sasaran

Untuk melakukan pemasaran yang efektif, sedari awal memang target pasar harus ditentukan secara jelas. Karena lahir dari kecintaannya pada dunia seni, pemasarannya juga tidak jauh-jauh dari sana. Event offline pertama yang diikutinya adalah Art Market yang diadakan di Bali. Karena sudah menemukan target pemasaran yang jelas, di event pertamanya tersebut sekitar 95% produk yang dibawa laku dibeli pengunjung.

“Yang menarik, banyak bule yang beli walaupun awalnya mereka bingung ini fungsinya apa. Cuma setelah dikasih tahu ini produknya handmade, mereka sangat mengapresiasi,” ujarnya.

Selain mengikuti sejumlah event offline, SemburArt juga menjual produknya secara online, salah satunya di Qlapa.com.

Ingin melahirkan produk ramah lingkungan

Tak hanya cinta pada seni, Nadjma sendiri juga merupakan seorang pencinta lingkungan. Untuk itu, ia sebisa mungkin menggunakan bahan-bahan natural dalam produknya. Namun Nadjma mengaku kalau produk SemburArt belum 100% menggunakan bahan alami, terutama dari pewarnaan. Meski begitu, ia meminimalisir penggunaan plastik terutama untuk kemasan. Tak hanya mengurangi penggunaan bahan sintetis, ia juga mengurangi limbah dengan memproduksi barang-barang turunan dari produk utama, seperti cable wrap yang berasal dari potongan kain sisa.

“Sejujurnya saya kurang respect sama plastik, makanya saya ingin ini juga menjadi identitas dari SemburArt. Produk handmade yang ramah lingkungan,” imbuhnya.

Menjadikan produknya ramah lingkungan memang jadi salah satu misi yang diembannya ke depan. Di tahun keduanya ini, SemburArt juga punya misi pemberdayaan masyarakat.

“Kami ingin membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat, sembari mengenalkan dan belajar lagi tentang desain ke masyarakat. Itu saja, sederhana ya?,” tutupnya.

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi GNFI dengan Qlapa.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini