Lombok : Penduduk & Alamnya. Awesome!

Lombok : Penduduk & Alamnya. Awesome!
info gambar utama

Mungkin bisa dibilang ini perjalanan pribadi aku, ini bukan semacam tulisan ulasan, atau mendeskripsikan tentang sesuatu tentang salah satu dari bagian dari Indonesia. Tapi disini aku mau menceritakan perjalanan pribadi selama solo traveling ke Lombok. Salah satu hal yang mau aku tunjukkan kepada masyarakat Indonesia mengenai tulisan aku ini adalah ayo lah jalan-jalan keliling Indonesia. Mungkin Lombok bukan salah satu destinasi asing lagi buat di Indonesia saat ini, tapi masih banyak banget tempat-tempat “rahasia” yang ada di Indonesia. Bahkan ketika di Lombok pun, banyak banget air terjun yang di mesin pencari internet itu gak ada. Jadi aku mau ngasih secuil kisah, tentang bagaimana sebenernya keren Indonesia itu loh. Negara lain pastinya banyak juga yang menarik untuk di kunjungi, tapi seorang Indonesia, kenapa kita ga mengenal Indonesia lebih dahulu kan. Apalagi dengan terpilihnya Indoneisa sebagai The World’s Best Scuba Diving, gimana ga bangka kan kita sebagai orang Indonesia. Makanya sebenernya rumput kita lebih hijau kok daripada rumput tetangga.

Ini perjalanan solo traveling aku kesekian, dan aku memilih Lombok. Tahun 2013, aku pernah ke Lombok, tapi cuma sebagai tempat singgah karena mau melintas ke Labuan Bajo, tapi berhubung aku dapet informasi bahwa kapal dari Sape ke Labuan Bajo tidak melaut karena cuaca yang buruk, ya jadi akhrinya balik ke Bali.

Pulang kerja, langsung melaju ke Bandara Soekarno-Hatta. Hal pertama yang aku dapet adalah ngobrol di pesawat dengan dua orang laki-laki. Cerita-cerita, mereka mau kerja di Lombok di bagian alat berat. Dan seperti kebanyakan reaksi orang yang tau aku solo traveling adalah “Lo ke Lombok sendirian? Beneran? Lo berani? Trus ini lo ada yang jemput? Ga? Trus lo tidur dimana? Musholla? Gila! Udah Cuma pake sendal jepit dong. Cuek banget sih lo jadi cewek. Lo kalo ada apa-apa di Lombok hubungin gue aja.” Lihat kan gimana sebenernya orang Indonesia tuh saling menolong banget. Padahal perjalanan pesawat dari Jakarta-Lombok kurang dari 2 jam.

Sampai di Bandara, setelah berpisah dari dua orang tadi, aku pun nyari Musholla di sekitar situ. Setelah nemu, ketemu dua orang laki-laki lagi, Fauzi dan Alfin. Dan ternyata tujuan mereka sama. Nginep di Musholla juga. Tapi mereka Cuma transit, karena mereka mau backpacker ke Pulau Moyo di Sumbawa. Bikin pengen. Akhirnya kami pun bermalam di Musholla Bandara Internasional Lombok, tapi ga Cuma kamu bertiga doang, ada sekitar 4 orang lagi yang sudah di Musholla itu. Dan lagi-lagi.. Aku perempuan sendiri haha. Ya otomatis, aku tidur dipaling pojok, dan mereka berjaga. Manis kan cowok-cowok Indonesia haha ga kalah ko sama bule.

Besok paginya, setelah ngobrol-ngobrol dan berfoto ria sama Fauzi dan Alfin, akhirnya mereka harus berangkat lagi ke Sumbawa. Dan aku pun di bandara nunggu di jemput Yendy. Yendy ini adalah temannya teman aku, dia orang asli Lombok. Dia punya open trip untuk wisata di Lombok juga dan juga dia suka bawa turis buat muncak ke Gunung Rinjani. Tapi aku bukan open trip, di Lombok aku emang bener-bener jalan sendiri, maksudnya destinasinya aku sendiri yang pengen, bukan ditentuin oleh siapapun. Jadi Yendy Cuma sekedar nemenin aku, oh ya dan 1 hal.. biar selama di Lombok, semuanya aman, jadi tinggal aku minta tolong Yendy untuk ngomong pake bahasa Lombok. Soalnya dari beberapa kali aku solo traveling, terutama ke daerah-daerah, itu banyak yang ga sedikit yang bisa bahasa Indonesia, dan selain itu, kalo kita ngomong pake bahasa Indonesia, ada kemungkinan harga akan dimahalin, apalagi kalo mereka tau kita dari Jakarta. Tapi kejadian kaya gini sedikit. Biasanya kalo yang udah biasa jalan ke daerah-daerah sendiri, bisa tau dimana tempat yang kalo kita berbicara pake bahasa Indonesia dimahalin atau ga. Di Lombok pun, aku ngalamin. Emang tempatnya aku udah tau, pasti harganya bakal dipatok. Tapi berhubung Yendy yang udah jemput dari Manggarai ke Pelabuhan Bangsal belom makan dan saat itu hujan deres banget dan ga bawa jas hujan, mau ga mau ya berteduh dan makan ikan bakar dulu. Ketika Yendy yang nanya harganya 65.000, itu pun kata Yendy termasuk mahal. Dan ketika aku yang ngomong, harganya menjadi 90.000, itu hanya ikan bakar 1 ekor, nasi 2 dan es teh tawar 2. Kebayangkan kan gimana bergunanya punya teman orang lokal kalo mau kemana-mana. Dan ini ga berlaku di Lombok aja, tapi di beberapa tempat juga gitu. Tapi ini Cuma beberapa kasus kecil ya. Jadi ga semua tempat kaya gini.

Hari pertama di Lombok, sarapan dulu sama Yendy di Nasi Buyung. Itu nasinya pakai kacang sama plecingan. Oh ya, di Lombok ada perbedaan antara “plecing” sama “plecingan” ya. Jadi “plecing” itu sambal, sedangkan “plecingan” itu ayam siwir yang pakai cabe gitu. Dan itu rasanya pedes. Banget.

Ini penampakan Nasi Buyung yang terkenal di Lombok. Plecingannya itu pedes banget.

Setelah makan itu, Yendy ngajakin ke salah satu desa adat penghasil kain songket. Aku ga mengunjungi Desa Sade, kenapa? Karena sudah terlalu touristic, setiap aku solo traveling memang aku selalu berusaha untuk mengunjungi tempat-tempat yang ga terlalu tourist banget. Makanya itu aku paling suka bisa ditemani sama orang lokal, tapi bukan guide ya. Informasi sedikit mengenai kain songket dan kain tenun, ketika mengunjungi salah satu tempat, pemiliki usaha kain itu menjelaskan, kain songket itu khusus dibuat oleh para perempuan sedangkan kain tenun itu khusus dibuat oleh para laki-laki, kenapa? Karena dalam proses pembuatannya, kain tenun itu menggunkan alat yang besar, dan sebagian proses pembuatannya itu dilakukan dengan berdiri bukan duduk, jadi karena lebih membutuhkan tenaga ekstra, jadi kain tenun lebih banyak dibuat oleh kaum pria. Mungkin juga sudah pada tahu bahwa kenapa kain-kain seperti itu mahal, ya karena proses pembuatannya yang lama dan jenis benang yang digunakan, dan memang hasilnya juga akan berbeda antara benang yang kualitas bagus dan kualitas biasa.

Ibu yang sedang mengerjakan kain songket.

Setelah mengunjungi desa tersebut, langsung lanjut ke Senaru, perjalanan menggunakan motor kurang lebih 2,5 jam. Tapi.. sepanjang perjalanan itu, bagus banget. Kita ga melewati jalan pesisir, pemandangannya itu kaya yang diacara jalan-jalan di televisi, padang, pohon-pohon, sapi-sapi. Selain itu sepanjang jalan itu sepi banget, selain itu jalannya pun halus. Kalau kita melihat ke kanan kita bisa melihat gunung, sedangkan kalo kita noleh ke kiri kita bisa melihat pantai. Bisa dibilang, awesome.

Sampai di penginepan, istirahat bentar, trus Yendy nyaranin ke Pondok Kopi. Jadi dari Pondok Kopi itu kita bisa melihat Air Terjun Tiu Kelep dari atas. Dan ternyata... pemandangannya itu keren, semuanya hijau, trus ada secuil air terjun, ketika kesana pun Cuma ada 3 orang yang lagi ngobrol-ngobrol, salah satunya merupakan warga lokal. Bisa kebayangkan gimana tenangnya disana.

Kebayangkan gimana asiknya di Pondok Kopi. Tenang banget.

Oh ya, posisi penginepan aku kebetulan itu di kaki Gunung Rinjani, jadi ke Pondok Kopi itu naik keatas, Cuma sekitar 10 menit.

Setelah dari Pondok Kopi, aku mengunjungi Desa Bayan, dan mengujungi must visit di Desa Bayan, yaitu Masjid Bayan. Jadi Masjid Bayan itu adalah masjid tertua, mungkin di Indonesia. Orang bayan sendiri menyebutnya “Masijid Bayan”.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Masjidnya itu pintu masuknya pendek, jadi ketika kita masuk kita harus membungkukkan badan kita, dan masjid itu memang dibuka pada waktu-waktu tertentu saja, seperti ketika Idul Fitri atau Maulid. Aku sedikit mengintip kedalam masjid itu, di dalam masjidnya itu ada bedug yang digantung dari langit-langit, dan entah kenapa bisa sekuat itu langit-langit masjid nahan beratnya bedug. Orang bayan cerita, bahwa dari pertama kali dibangun hingga saat ini, masjid itu ga pernah dibongkar, dan ketika diteliti bangunannya memang beda sih.

Ini adalah dalamnya Masjid Bayan. Bedug itu digantung dari langit-langit masjid.

Bangunan masjidnya itu ga menggukana paku, jadi bambu itu dipotong setengah lalu dikaitkan dengan bambu lainnya, selain itu penempatan posisi bambunya pun dibalik, yang menjadikan air hujan ga akan masuk kedalam, tapi justru malah mengalir kebawah. Masih disekitaran Masjid Bayan, ada desa adat. Aku dan Yendy masuk lewat pintu belakang. Cerita punya cerita, wilayah yang kita masukin itu disebut “Bali Loka”, Bali itu kaya “Bale” atau bisa dibilang “Rumah”.

Bapak-bapak ini merupakan kepala keluarga Loka. Si ibu yang menggunakan baju merah muda sedang meminta

Loka itu adalah nama dari pemilik rumah itu, jadi kaya semacam marga atau nama keluarga dan nama posisi ditingkatan masyarakat di masyarakat Bayan. Di Bali Loka ini tinggal, sekeluarga, yang menjelaskan tentang masyarakat Bayan adalah Inaq Ema, Inaq itu Bahasa Sasak untuk Ibu. Inaq Ema ini juga bisa bahasa Indonesia, tapi ga fasih banget.

Rumah penduduk Bayan yang masih tradisional seperti itu. Masih eksotis banget.

Tapi sebenarnya Bahasa Lombok dengan Bahasa Jawa itu ada beberapa kosakata yang mirip, misalnya untuk “Iya”, dalam bahasa Jawa “Enggeh” begitu juga dengan bahasa Lombok. Lalu ada ibu-ibu dari bali sebelah datang ke Bali Loka, dan intinya minta doa untuk anaknya yang kerja di Malaysia, tapi pendapatannya masih kurang. Jadi sebenarnya si ibu itu minta doa plus memberikan semacam “tanda terima kasih” untuk Bali Loka karena telah mendoakannya.

Setelah dari Bali Loka, aku beli beberapa macam sate ikan dijalan. Ada yang ikan giling gitu pake bumbu, ada ikan giling plus bubuk kelapa, ada juga ikan yang dicabein gitu, sama secama pepes ikan, tapi kebanyakan duri kalo pepes ikannya. Tapi enak banget, aku paling suka yang ikan giling sama bumbu itu, enak banget rasanya.

Sate ikan ini banyak di jual di pinggir jalan Senaru.

Besok harinya, dari Senaru menuju Tetebatu. Tapi Yendy nunjukkin aku ke Sembalun dulu. Mungkin saat ini Sembalun udah cukup terkenal, dan memang Sembalun itu bagus. Banget. Di sana ada Dusun Beleq yang masih ga terlalu banyak pengunjungnya. Pertama-tama kita harus masuk ke pemukiman penduduk terus masuk ke hutan bambu gitu, dan kita akan nemu Dusun Beleq, nah dari Dusun Beleq naik sedikit kita bisa melihat pemandangan perkebunan di Sembalun.

Dusun Beleq dari atas. Masih bersih dan rapi.

Itu bagus pake banget. Kalo kita naik lagi sedikit, kita bisa melihat keseluruhan Sembalu. Di sisi kiri kita bisa melihat pemukiman plus Gunung Rinjani, nah dari sisi kanan kita bisa melihat perkebunan Sembalun. Itu bagus banget. Suasananya tenang banget.

Aslinya lebih asik lagi. Jadi kalau ke Lombok wajib kesini ya.

Penginapan aku di Tetebatu itu ga jauh dari rumahnya Yendy, jadi aku mampir dulu ke rumahnya Yendy. Yendy cerita, kebiasan masyarakat Lombok adalah ketika kita mengunjungi rumah seseorang pasti selalu diajak makan. Salah satu masakan yang menurut aku unik saat aku mengunjungi rumahnya Yendy yaitu kacang, aku juga bingung itu kacang apa, besarnya seperti kacang hijau tapi warnanya merah, direbus dan pakai garam. Pas aku coba, ya rasanya seperti yang bisa dibayangkan. Cuma karena belum pernah aku coba dan menurut aku unik. Ya udah aku coba.

Penginapan aku di Tetebatu. Tempatnya bisa dibilang sulit dijangkau. Jalanannya kurang bagus. Kasurnya pun entah kenapa bau dan gatal. Tapi pemiliknya ramah banget. Nama pemiliknya Sam, dia blasteran Swiss-Lombok. Sam mengundang aku untuk makan bersama di penginapan sebelah. Jadi ceritanya, di penginapan sebelah itu ada seorang perempuan dari Estonia, dia sudah sekitar 2 bulan tinggal di sana dan mau kembali ke Estonia. Namanya aku lupa . Nah, di DIA itu mengundang masyarakat setempat juga untuk acara makan-makan, sebenarnya sih semacam mungking slametan gitu. Tapi Cuma makan-makan aja. Di sana aku bersama dengan masyarakat setempat, dan mereka menyambut aku pun baik banget. Sopan banget. Dan mungkin keliatan bahwa aku tamu, jadi mereka mendahulukan aku dulu. Oh ya, Sam juga mengajak adik tirinya, namanya Anah. Jadi bapaknya Sam itu menikah lagi dengan ibunya Anah. Anah punya kaka namanya Putri, jadi Anah dan Putri itu orang Lombok asli. Anah anaknya juga baik, periang, penurut juga dan manis banget. Pas balik dari penginapan, kan penginapan aku itu memang penerangan kurang, jadi Anah ngasih tangannya ke aku, jadi dia ngebimbing aku buat ngikutin dia supaya aku ga jatuh. Manis banget kan, tapi ternyata dia sebenarnya minta temenin cuci tangan. Haha. Tapi lucu.

Besok paginya, Sam ngajakin aku ke tempat ayahnya. Jadi ayahnya itu orang Swiss, dulunya ayahnya punya usaha ekspor barang-barang etnik Lombok ke Swiss. Di tempat ayahnya itu, ada cafe juga. Di cafenya itu, murah banget, kopi atau teh Cuma Rp2.000, dan ada beberapa permainan, dan kita bebas mau main apa aja sepuasnya. Selain itu keluarga mereka ngasih, mereka menyebutnya Christmas Gift, pernak pernik kecil dan kita bebas milih.

Maaf ya eksis dikit sama Anah haha

Aku memilih gelang kaki, tapi gelang kakinya seumur hidup aku, aku belum pernah melihat yang kaya gitu. Lucu banget. Mereka pun mengajak aku untuk makan siang bareng dirumah mereka, tapi berhubung aku harus balikin motor sewaan, jadi mau ga mau mungkin lain kali pas aku main ke Lombok lagi. Dan mereka pun bilang, kalau aku ke Lombok lagi mampir kesini. Disitu aku ngerasa gimana hangatnya masyarakat Indonesia, Lombok khususnya, gimana mereka terbuka sama tamu, dan tetap menjunjung keramah tamahan khas orang Indonesia.

Hari itu, setelah balikin motor. Yendy nganterin aku Pelabuhan Bangsal buat nyebrang ke Gili Trawangan. Tiket kapal dari Pelabuhan Bangsal ke Gili Trawangan Cuma Rp15.000. Dan pas mau naik kapal, ketemu lagi sama Fauzi dan Alfin. Mereka pun berbagi cerita ketika mereka ke Pulau Moyo, dan seperti perjalanan aku sebelum-sebelumnya, selalu ada aja hal-hal yang kalo kita bilang “Kita beruntung banget”. Salah satu hal yang ngebuat aku suka solo traveling adalah itu, karena aku perempuan dan ketika orang tau aku jalan-jalan sendiri, banyak banget yang bantu. Dan mungkin karena ngeliat aku yang gembel jadi yang ada mereka kasian juga sama aku.

Di Gili Trawangan, penginapan aku sama Fauzi dan Alfin lumayan jauh. Jadi Fauzi dan Alfin nganterin aku ke penginapan aku dulu. Kebetulan aku ngambilnya yang tipe share room, jadi 1 kamar untuk 3 orang yang kita belum kenal. Tapi untungnya kamar aku pas sepi, jadi selama menginap ya 3 kasur untuk sendiri. Tips selama di Gili Trawangan, sewa sepeda. Karena itu awesome banget haha. Mengelilingi Gili Trawangan butuh waktu sekitar 1 jam. Dan itu enak. Banget. Selain jalannya yang enak, trus suasananya aku suka banget.

Itu lagi ada kuda yang mungkin lagi dimandiin di laut.

Jadi sore pas matahari terbenam aku keliling, besok pagi-pagi keliling, pas mau balik ke Lombok keliling lagi. Mungkin karena sepedanya juga enak dipakai, jadi malah tambah bikin ketagihan. Pokoknya enak banget. Wajib coba kalau di Gili Trawangan. Selain itu, jujur, memang banyak sampah di Gili Trawangan, tapi ga banyak banget. Maksudnya untuk pantainya masih bersih. Permukaan pantainya pun masih keliatan. Selain itu tenang. Pokoknya kalau ke Gili Trawangan, wajiblah berenang di laut.

Malamnya, Fauzi dan Alfin ngajakin makan malam di pasar malamnya Gili Trawangan, itu posisinya dekat dengan pelabuhannya, jadi pasar malamnya itu intinya jualan berbagai macam makanan, mulai dari bakar-bakaran, nasi rames dll. Tempat asik buat ngumpul pokonya, semuanya nyatu dipasar malam itu. Selain itu harga makanannya lebih murah dibandingkan kalau makan di restoran atau cafe di Gili Trawangan pastinya, jadi kalau yang berkunjung ke Gili Trawangan, aku saranin makan di pasar malamnya aja haha. Makan malamnya ga terlalu lama, mungkin karena cape, jadi selesai makan langsung balik.

Besok paginya, aku sendirian iseng buat ke bukit di Gili Trawangan. Sendirian banget. Di sana ada pura gitu, dan ternyata pas aku udah balik ke Lombok. Yendy cerita sebenarnya di dekat pura itu ada makam. Aku kaget, jadi aku sendirian ke bukit itu, dan ternyata di sana ada makam? Kalau tau mungkin aku lebih baik kesana ga sendirian. Tapi suasana di bukit itu juga tenang, dan jalannya kesana pun enak, masih adem, karena banyak pohon juga.

Siangnya aku balik ke Lombok, Yendy jemput di Pelabuhan Bangsal. Niat awalnya mau keliling Mataram sekalian beli oleh-oleh, oh ya kebetulan pas hari terakhir ini adalah ulang tahun Mama aku, jadi aku berniat untuk beli hadiah dari Lombok. Mutiara Lombok. Tapi sepanjang perjalan hujan deres banget, bahkan hujan angin juga. Akhirnya aku sama Yendy berteduh dulu di tempat makan yang aku cerita sebelumnya, yang ketika Yendy nanya harganya 65.000, dan ketika aku yang nanya harganya jadi 90.000. Kita berteduh dari jam 1 siang sampai jam 5 karena hujannya deras banget. Pas jam 5 itu juga sebenarnya masih hujan, tapi ya daripada kemalaman dan ga jadi beli Mutiara buat Mama, mau ga mau diterobos aja.

Yendy cerita, katanya di dekat rumah adik iparnya ada toko jual mutiara, lengkap.

Hadiah buat Mama haha

Akhirnya kita kesana, nama tokonya Rayhan. Ketika aku lagi milih-milih mutiara, Yendy ngobrol dengan pemilik tokonya, panggilanya Pak Haji Sabri. Yendy cerita dengan beliau bahwa aku dari Jakarta, dan mau balik ke Jakarta besok. Ketika Pak Haji Sabri tau aku mau tidur di Musholla Bandara, beliau merasa kasihan banget haha akhirnya setelah 2 kali menawarkan untuk tidur di tempat beliau, mau ga mau aku terima. Dan akhirnya dapat keluarga baru lagi. Yendy pun dikasih “uang bensin”, karena ternyata ibu dari adik iparnya Yendy itu masih kerabat dengan Pak Haji Sabri. Malamnya, aku tidur dengan salah satu karyawannya, namanya Juni, dan dia juga cerita, Pak Haji Sabri itu orangnya baik banget, setiap zakat, beliau juga ga pernah memandang mau dikasih kesiapa, jadi kalau mau zakat atau shodaqoh, dia ga pernah memandang kesiapa. Keluarga ini aku bisa bilang hangat banget.

Itulah kisah perjalanan aku selama beberapa hari di Lombok. Sebenarnya kurang banget. Aku masih perlu waktu banyak untuk mengeksplor Lombok. Tapi aku jatuh cinta sama Lombok. Mungkin jika aku mengunjungi tempat-tempat lainnya di Indonesia aku pun akan jatuh cinta juga. Tapi salah satu hal yang ngebuat Lombok itu awesome karena selain masih sepi dan bersih. Kamu mau ke gunung atau mau ke pantai itu gampang banget di Lombok. Penduduk lokalnya pun ramah banget, Yendy pernah bilang sama aku, “Kalo kamu ke Lombok lagi ke rumah aja, kalau pun akunya ga ada, tapi ke rumah aja, orang rumah kan udah kenal sama kamu”. Itu salah satu keramahan orang Lombok, karena bukan dia aja, Pak Haji Sabri pun berbicara yang sama, ketika aku ke Lombok jangan lupa mampir ke rumahnya beliau. Begitu pun Sam dan keluarga, yang notabene ayahnya Sam adalah orang asing, tapi beliau sudah terpengaruh dengan masyarakat Lombok yang memang hangat dan membuka pintu selebar-lebarnya untuk para tamu. Dan menurut aku, ga Cuma Lombok, di Bali pun. Dadonk, dadonk itu adalah nenek dalam bahasa Bali. Dadonk sepupu aku, beliau tidak bisa bahasa Indonesia, tapi ketika aku main ke rumahnya, beliau baik banget, selalu senyum setiap ngeliat aku dan selalu berusaha ngajak aku ngobrol, walaupun dengan bahasa yang berbeda.

Jadi Indonesia itu sebenarnya keren banget! Indonesia memang bukan negara yang sempurna, masih ada kok orang yang ga baik yang aku temuin selama perjalanan, tapi lebih banyak orang baiknya yang aku temuin. Jadi sebagai warga Indonesia, kita harus banget bangga. Ketika orang asing ke sini susah, mulai dari harus mengurus ke imigrasi, lalu harganya pun dimahalin. Kita sebagai orang Indonesia asli, harusnya bangga punya negara yang kaya banget, baik itu keindahan alamnya mau pun keindahan budayanya, dan terutama karena aku suka makan, kekayaan dan keindahan makanannya pun. Jadi, yuk menjelajah Indonesia!

Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Menulis Kabar Baik GNFI #2

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini