Eksistensi Sistem Pertanian Konvensional Melawan Modernisasi

Eksistensi Sistem Pertanian Konvensional Melawan Modernisasi
info gambar utama

Perkembangan teknologi yang semakin memberikan dampak besar terhadap perubahan sistem pertanian tradisional menuju pertanian modern atau lebih dikenal dengan sebutan revolusi hijau . Sistem pertanian modern menawarkan banyak kemudahan dan harapan untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih banyak. Sehingga petani kita berbondong – bondong ikut kedalam sistem tersebut. Namun, seiring waktu secara perlahan sistem pertanian tradisional kita mulai hilang dan terlupakan, salah satunya adalah pa'jeko yang hingga saat ini masih tetap eksis di Kabupaten Jeneponto. Hal ini disebabkan tidak semua lahan bisa menggunakan mesin traktor untuk menggemburkan sawahnya misalnya seperti lereng gunung dan lahan sempit sehingga harus menggunakan hewan untuk membajak sawah.

Sistem pertanian pa'jeko merupakan sistem pengolahan sawah dengan cara memanfaatkan hewan piaraan seperti kuda atau kerbau untuk membajak sawah. SIstem ini dibangun atas pengalaman manusia hidup berdampingan dengan alam. Untuk itu kita harus menjaga dan mempertahankan sistem pertanian tradisional ini. Menjaga tradisi leluhur ini sangat sulit jika hanya dilakukan oleh petani peran pemerintah dibutuhkan. Jika tradisi ini hilang makan hilanglah nilai identitas budaya masyarakat kita, dalam hal ini pertanian bukan hanya sekedar pekerjaan tapi ia juga identitas budaya.

Salah satu kelebihan memakai hewan kuda dan kerbau adalah kotoran ternak tersebut bisa kembali digunakan untuk menyuburkan tanah sebagai pupuk alami. Selain itu, ternak untuk membajak dalam sistem pa'jeko bisa digerakkan dan dikendalikan saat membajak di lokasi sempit dan bisa jalan sendiri.

Di Kabupaten Jeneponto membajak dengan hewan cukup mudah karena dapat menyatukan dengan para petani yang lain karena bisa berpindah pindah serta tidak ada tarif sewanya.

Hingga saat ini, sistem konvensional dengan ternak (pa'jeko) untuk petani yang miskin tentu memilih kuda atau kerbau saja yang ramah lingkungan dana saat garu berjalan tangkai bisa di naiki para petaninya agar dapat melumatkan hasil bajakannya.

Tenaga bajak yakni traktor dan hewan memiliki kelebihan masing masing, namun untuk kuda atau kerbau lebih terlihat original sehingga saat masuk dunia modern yang pada alih ke mesin kuda justru menarik, apalagi bila kawasan pertanian itu ada di desa wisata tentu akan menambah nilai tambah bagi wisatawan domestik dan mancanegara.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini