Inilah Kekuatan Kita Sebagai Pemilih di Pemilu

Inilah Kekuatan Kita Sebagai Pemilih di Pemilu
info gambar utama

Momen pemilu adalah momen dimana kita yang sudah memenuhi kriteria untuk memilih memiliki hak untuk menentukan suara yang akan kita sumbangkan kepada calon pemimpin administratif daerah yang kita percayai untuk memegang jabatan tinggi tersebut. Beberapa orang akan memilih calon pemimpin daerah secara bijak akan tetapi banyak juga yang memilih tanpa mengetahui track record dari calonnya.

Situasi sekarang ini dimana, momen pilkada sedang berlangsung membuat beberapa sentimen calon pemimpin daerah dan sudah terlalu panas. Banyak orang memilih untuk tidak memilih dikarenakan mereka berpikir bahwa semua politikus itu sama saja, mereka melakukan korupsi dan hanya memikirkan dirinya sendiri.

Pada kenyataannya, tidak memilih calon pemimpin daerah sebenarnya adalah hal yang berdampak sangat buruk karena mereka tidak menggunakan suaranya untuk mencegah hal yang buruk seperti mencegah calon pemimpin yang korup dan hanya membiarkannya begitu saja. Selain itu, hanya karena kita tidak memilih, bukan berarti kita tidak hidup dibawah kepemimpinan administratif orang yang kita tidak suka. Untuk itu, artikel ini akan menjelaskan tentang kekuatan dibalik para pemilih calon pemimpin.

Kekuatan Kita Sebagai Pemilih

Pemilu (sumber : Analisa Hukum)
info gambar

Pemilih dalam pemilu dibagi menjadi dua pemilih, yakni pemilih aktif dan abstain atau golput (golongan putih). Banyak orang yang berpikir bahwa satu suara tidak memiliki kekuatan yang signifikan dalam pemilu, satu suara hanya layaknya butiran debu yang diterbangkan oleh angin, hilang dan sia-sia. Namun ternyata hal ini tidaklah benar karena kekuatan satu suara mampu merubah keadaan yang luar biasa.

Kita ambil contoh pemilihan presiden di Amerika Serikat pada tahun 2016 lalu dimana calon presidennya adalah Donald Trump dan Hillary Clinton. Tidak seperti Hillary Clinton yang memiliki track record di bidang politik dimana ia sudah melayani Gedung Putih semasa Barrack Obama menjabat dan juga telah berkecimpung lama di politik Internasional sehingga dijuluki The Iron Lady, disisi lain Donald Trump hanyalah pengusaha yang tidak memiliki pengalaman di dunia politik. Donald Trump dicap sebagai orang yang rasis, fasis dan membenci imigran yang masuk di Amerika termasuk musllim. Yang lebih buruk lagi adalah dia berencana untuk membangun tembok diantara perbatasan Amerika dan Meksiko dan mebua meksiko membayarnya. Donald Trump pun diindikasikan sebagai orang yang tidak pantas untuk menjabat sebagai presiden.

Donald Trump (Sumber : The Business Standard News)
info gambar

Pada 8 november 2016, dunia terkejut dengan hasil dari pemilu presiden Amerika Serikat. Donald Trump berhasil memenangkan perolehan suara dari Hillary Clinton dengan hasil 276 electoral college votes untuk Trump dan 218 Hillary. Pada poin ini mungkin kita bertanya-tanya bagaimana seseorang yang dikatakan rasis, fasis dan sombong dapat memenangkan pemilu besar ini? Ternyata hal ini dikarenakan para pendukung Trump.

Daripada memfokuskan diri mereka untuk berbicara lantang di jalan dan berusaha menjatuhkan citra lawan yang dilakukan keduabelah pihak. Kubu Hillary misalnya, mereka bersusaha menjatuhkan citra Donald Trump dengan membawa Barrack Obama di dalamnya, bahkan hingga di acara Correspondent’s Dinner di Gedung Putih. Dengan dukungan Obama tentunya Trump tidak memiliki kesempatan untuk menang secara logika. Namun pendukung Trump ternyata lebih memfokuskan diri mereka di bilik pemilihan, dan memang mereka meskipun rasis dan juga berteriak dijalan mendukung Trump, namun energi mereka benar-benar lebih fokus pada bilik pemilihan presiden dan memilih Donald Trump. Inilah yang dikatakan kekuatan dari para pemilih, mereka menjadikan hal yang hampir tidak mungkin terjadi menjadi kenyataan.

Perang Pada Masa Kampanye

Social Media War (Sumber : SociableBlog)
info gambar

Pada masa kampanye, banyak cara yang dilakukan oleh para kandidat untuk memenangkan pemilu, seperti apa yang dikatakan Niccolò Machiavelli, seorang diplomat dan filsuf Itali di masa renaissance “the ends justify the means” yang berarti halalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Para kandidat akan melakukan apapun hingga bahkan banyak yang melakukan hal buruk mulai dari menanamkan isu SARA, mencari tingkah laku buruk kandidat lawan dan mengeksposnya di sosial media, hingga membuat berita hoax tentang kandidat lawan. Ini adalah perang yang dimainkan para supporter kandidat mereka dan kita tidak bisa menampikkan fakta bahwa kebanyakan orang akan menerima berita-berita tidak benar ini secara gamblang tanpa mengetahui kebenarannya.

Nah, fenomena ini disebut dengan perang pada masa kampanye. Di masa ini kita akan diserbu dengan berbagai macam konten tentang pasangan calon pemimpin yang pada akhirnya seringkali membuat kita jengah hingga bingung mau memilih yang mana. Namun, harus diingat lagi, golput bukan jadi satu jawaban yang bijak. Kita bisa melakukan beberapa hal untuk menentukan pilihan kita sendiri.

Apa yang seharusnya dilakukan pemilih?

Let's People Vote ( Sumber : Red Letter Christians)
info gambar

Setelah kita mengetahui situasi terkini dari pilkada yang ada yang panas dengan berbagai perang media sosial dan berita-berita, tampaknya ada beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai voter daripada memilih secara buta karena media menggiring opini kita.

  • Meningkatkan Kesadaran Politik

Beberapa orang menyatakan bahwa mereka membenci politik dan akan tetap seperti itu. Karenanya banyak orang lebih memilih untuk tidak berkotribusi pada pemilihan umum sama sekali. Sebenarnya, politik itu ada di antara kita di kehidupan sehari-hari. Kesadaran akan politik berarti kita sadar akan kekuatan kita jika berkontribuse, bisa jadi kita mencegah hal buruk terjadi seperti pemimpin yang korup dengan menyumbangkan suara kita untuk mereka yang tidak korup menurut kita karena menjadi golput berarti kita membiarkan hal buruk terjadi pada kita.

  • Lakukan Riset Mendalam

Pada momen pemilihan umum kita akan mengetahui banyak hal tentang kandidat yang akan kita pilih. Mereka memiliki track record nya sendiri-sendiri, sebagai seorang pemilih aktif kita memiliki hak ntu mengetahui siapa saja kandidatnya, latar belakang kandidatnya, partai yang mendukungnya dan kekuatan dibelakang calon kandidat pilihan kita. Untuk menghindari informasi tidak benar seperti berita hoax, kita harus melakukan mini riset kita sendiri terhadap para kandidat, ketahui melalui sumber yang terpercaya dan bukan media abal-abal tentang para kandidat, dengan begitu kita akan mengetahui potensi dari para kandidat.

  • Melihat Kandidat Secara Bijak

Untuk melakukan langkah ini kita harus menjadi independen dengan tidak terlalu terikat dengan kandidat terlalu dalam, karena jika kita terlalu terkagum-kagum dan mengidolakan salah satu kandidat, kita akan secara otomatis menolak informasi lain tentang hal positif dari kandidat lainnya, akibatnya kita hanya terfokus tentang kandidat idola kita. Terminology yang pas untuk hal ini adalah “clash of ignorance” dimana orang tidak mau tahu mengenai kebaikan kandidat lain, menolak kabar buruk dari kandiat idola kita dan hanya percaya bahwa kandidat pilihan kita adalah yang terbaik. Hal ini justru yang membutakan kita dari informasi yang sesungguhnya

  • Kesampingkan Rasa Benci

Pemilu terkadang membuat kita jadi membenci orang yang tidak sepaham dengan kita, akibatnya hubungan kita dengan orang terdekat kita bisa jadi yang menjadi taruhannya. Kita harus bijak bahwa pemilu hanyalah pemilu, namun keluarga adalah diatas segala-galanya sehingga kita tidak akan tega membeci anggota keluarga kita hanya karena tidak memilih kandidat pilihan kita. Banyak orang yang bilang “what happens in Vegas stays in Vegas” mungkin inilah hal tepat yang harsnya kita laukan, berdebat boleh, namun jangan sampai berujung pada kekerasan (violence).

  • Pilih kandidat secara bijak

Setelah kita melakukan riset mendalam akan kandidat yang bertarung di pemilihan umum baik ditingkat daerah maupun ditingkat yang lebih tinggi, kita akan mengetahui baik dan buruknya para kandidat. Pilihlah kandidat yang menurut kita sesuai dan memiliki potensi yang baik untuk daerah kita kedepannya. Jangan hanya memilih karena para kandidat cantik/tampan saja, atau karena mereka adalah artis, atau siapapun yang kita idolakan tanpa menimbang potensi politik yang baik. Karena politik adalah hal yang kita alami sehari-hari, mereka akan mengtur kebijakaan daerah yang kita lakukan dan harus kita taati. Pilihlah berdasarkan keahlian dan potensi para kandidat untuk perubahan yang lebih baik di masa depan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini