Mengenal Tum-tum, Hewan Khas Indonesia nan Eksotis

Mengenal Tum-tum, Hewan Khas Indonesia nan Eksotis
info gambar utama

Bagi sebagian besar orang mungkin jarang mendengar nama hewan satu ini. Tum-tum sebenarnya adalah hewan sejenis kura-kura, sering disebut dengan beluku atau tuntong laut. Di Sumatera dikenal sebagai beluku, tuntong semangka dan tuntung. Sedangkan di Kalimantan Barat disebut kura-kura jidat merah, dan di Kalimantan Timur disebut tumtum. Sedangkan dalam bahasa latinnya disebut dengan Batagur borneoensis. Ya, di nama itu memang ada sedikit sebutan nama daerah di Indonesia, Borneo karena fauna ini hanya bisa ditemui di laut-laut Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand.

Tuntong laut hidup di perairan hutan bakau dengan kadar salinitas air sekitar 0-10 persen. Karena habitatnya di kawasan hutan bakau maka buah yang jatuh dari pohon bakau menjadi salah satu sumber makanan utama tum-tum.

Menurut peneliti muda Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia, Zainudin, reptil ini punya ciri khas yang unik, berbeda dengan kura-kura yang lain. Hal ini tampak sekali dari fisiknya, tum-tum memiliki warna merah dan putih pada bagian kepala indukan jantan. Selain itu, tuntong laut jantan memiliki tiga garis hitam membujur sepanjang karapas. Sementara pada betinanya memiliki warna cangkang coklat keabu-abuan.

Bagian tubuh tuntong yang membuatnya unik adalah adanya corak merah pada bagian dahinya (foto:markmuhich.com)
info gambar

Dibutuhkan waktu 8 tahun bagi seekor tum-tum sampai ia menginjak usia dewasa dan siap bereproduksi. Setiap kali bertelur, tum-tum dapat menghasilkan 12 hingga 24 butir telur. Telur-telur ini harus dierami dalam suhu yang benar-benar stabil, sekira 26 sampai 32 derajat celcius.

Tuntong betina biasanya akan pergi ke pantai untuk bertelur pada musimnya, yakni sekitar pertengahan bulan November hingga akhir Januari. Telur tuntong akan menetas dalam rentang waktu 70-112 hari tergantung pada tingkat suhu. Kemudian, setelah telur menetas, tukik (bayi tuntong) akan berenang ke perairan hutan bakau untuk hidup dan berkembang biak. Menariknya, saat musim kawin tiba, fisik jantan akan berubah warna dari coklat menjadi abu-abu atau putih dengan warna kemerahan di moncongnya.

Tuntong laut termasuk satwa prioritas yang dilindungi karena populasinya terancam punah (foto: kampungkurajatim)
info gambar

Sayangnya, tum-tum menjadi salah satu fauna Indonesia yang terancam punah. Tortoise and Freshwater Turtle Specialist Group dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) menyebut bahwa di dunia ini ada 25 jenis kura-kura yang terancam, lima di antaranya adalah hewan khas Indonesia dan tum-tum menjadi salah satunya. Oleh karenanya, tum-tum sampai sekarang menjadi fauna prioritas konservasi yang tinggi yang bahkan sudah dicantumkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang perlindungan hewan dan tumbuhan.

Bagaimanapun juga, tumtum alias tuntong memiliki manfaat yang besar bagi ekosistem. Habitatnya yang berada di kawasan hutan bakau membuatnya memiliki peran menjadi penyebar makanan bagi ikan dan satwa lainnya yang berada di hutan bakau. Oleh karenanya, akibat banyaknya alih fungsi lahan hutan bakau, populasi tum-tum menjadi berkurang. Terlabih masyarakat sekitar pesisir Tamiang sering berburu telur tuntong laut untuk dikonsumsi.


*

diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini