Berwisata dengan Bus Kota, Memahami Hak Setiap Warga

Berwisata dengan Bus Kota, Memahami Hak Setiap Warga
info gambar utama

Sabtu itu di pagi hari. Puluhan anak muda berkumpul di Halte Transjakarta kawasan Bundaran Hotel Indonesia. Kawasan ini kerap menjadi tempat berunjuk rasa. Namun tidak, mereka tak sedang melakukan demonstrasi. Mereka akan berjalan-jalan.

Suci Rifani tampak dalam rombongan. Ia adalah blogger yang banyak menulis tema wisata, itu sebab ia tak ingin melewatkan kesempatan ini. Bersama peserta lain, Suci menjadi bagian dalam agenda Site Visit Busway, sebuah kegiatan jalan-jalan yang digagas oleh Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia.

ITDP merupakan lembaga non-profit yang menaruh perhatian pada penyediaan konsep bagi perkembangan transportasi berkelanjutan dan pembangunan perkotaan. Konsep baik tersebut mereka wujudkan dalam berbagai program transportasi, advokasi kebijakan dan publikasi penelitian. Mengurangi emisi karbon, meningkatkan inklusi sosial dan meningkatkan kualitas hidup bagi warga kota merupakan tujuan ITDP.

Salah satu sudut Melawai yang dahulu dijuluki
info gambar

Agenda Site Visit Busway kali ini bertema “Nongkrong di Melawai”. Melawai merupakan sebuah sentra bisnis di kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kawasan yang terletak di sekitar Terminal Bus Blok M ini, alami masa jaya di tahun 1990-an. Ketika itu Blok M menjadi pusat kuliner Jepang, hingga dijuluki sebagai “Little Tokyo”. Kini Blok M menjadi salah satu pusat perbelanjaan utama di kawasan Jakarta Selatan.

Sisa kejayaan Blok M sebagai kawasan bisnis di masa lalu, hingga kini masih dapat dilihat. Inilah yang menjadi alasan ITDP untuk mengangkat Blok M, khususnya Melawai, sebagai tujuan dalam agenda jalan-jalan kali ini.

Active frontage di sekitar trotoar, berguna untuk meningkatkan interaksi pejalan kaki. © Akun Instagram @sitevisitbusway
info gambar

“Trotoar Melawai merupakan salah satu dari sedikit sekali kawasan di Jakarta dengan pemandangan berupa active frontage, jelas Senior Communication ITDP Indonesia Fani Rachmita. Active frontage merupakan pemandangan etalase, bukan tembok ataupun pagar di sisi trotoar. Pemandangan tembok dan pagar, menurut Fani, sangat membosankan dan secara psikologis diyakininya berkontribusi pada jumlah pejalan kaki. Secara umum, jendela-jendela kaca tersebut mampu tingkatkan interaksi pejalan kaki.

Jalan-jalan bersama ITDP tentu saja berbeda dengan agenda jelajah kota lainnya. Mengunjungi berbagai titik yang dapat jelaskan sejarah kejayaan Blok M menjadi agenda utama. Titik-titik tersebut, diantaranya adalah Toko Kopi AKA yang melegenda, toko penjual vinyl dan kaset jadul, hingga nongkrong di warung kopi kekinian.

Rombongan Site Visit Busway edisi Melawai. © ITDP
info gambar

Mempelajari sistem transportasi, terutama yang terkait dengan pedestrian merupakan agenda lainnya. Country Director ITDP Indonesia Yoga Adiwinarto jelaskan alasan pemilihan busway sebagai moda transportasi kegiatan ini, “Busway memang telah digunakan warga Jakarta dalam aktivitas keseharian seperti bekerja atau sekolah, namun sangat jarang yang menggunakannya untuk berwisata.” Padahal, menurut Yoga, pada banyak jalur yang dilalui busway terdapat berbagai hal menarik untuk dikunjungi, salah satunya Melawai.

Site Visit Busway selalu mencari rute menarik yang dilalui oleh bus Transjakarta. Pada rute tersebut seringkali terdapat museum, taman, warung makanan tradisional populer, dan situs lainnya. Situs-situs menarik ini, menurut ITDP, jarang diketahui orang-orang yang bukan pengguna transportasi publik.

Suci Rifani (berbaju merah) menyimak penjelasan tentang hak dan kewajiban pengguna trotoar. © ITDP
info gambar

Mengetahui hak dan kewajiban tiap orang dalam penggunaan fasilitas publik berupa jalan, juga menjadi hal yang ditekankan pada peserta. Suci misalnya, merasakan manfaat dari kegiatan ini. “Saya jadi tahu bagaimana syarat trotoar yang baik dan apa guna garis kuning-kuning di atas trotoar itu,” jelasnya. Menurutnya, tak banyak orang paham apa saja yang menjadi hak maupun kewajibannya ketika berada di trotoar. “Saya baru tahu sekarang, bahwa garis kuning di trotoar itu berfungsi sebagai penuntun bagi peyandang disabilitas,” sambungnya.

[Baca juga: Kriteria Trotoar yang Baik dan Kota di Indonesia yang Memilikinya]

Jika agenda bulan ini dikhususkan pada isu pedestrian, bulan-bulan selanjutnya akan berbeda. Apakah Kawan GNFI sudah memahami apa saja yang menjadi kewajiban tiap orang di atas trotoar?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini