Mengenal Novelis Perempuan Legendaris Indonesia, N.H Dini

Mengenal Novelis Perempuan Legendaris Indonesia, N.H Dini
info gambar utama

Jika sengaja masuk ke salah satu perpustakaan yang menampilkan berbagai macam buku karya anak bangsa, rasanya Indonesia tak pernah kekurangan penulis-penulis berbakat. Bahkan kerap kali karya anak bangsa mampu melaju pesat dan bersaing di kancah internasional. Bagitu juga karya penulis perempuan yang satu ini.

Perempuan yang berprestasi melalui tulisan-tulisannya ini lahir sebelum Indonesia merdeka. Ia kerap dipanggil sebagai N.H. Dini. Nama lengkapnya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin. Seorang sastrawan, novelis, dan feminis kebanggaan Indonesia. ia lahir pada 29 Februari 1936 di Semarang, Jawa Tengah.

Putri pasangan Saljowidodo dan Kusaminah ini adalah bungsu dari lima bersaudara. Anak bungsu ini sedari kecil tertarik dengan dunia tulis menulis. Meskipun kerap kali mengaku bahwa cita-citanya adalah menjadi seorang masinis, namun sayang sekali, impian itu harus gugur karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis. Bakatnya memang telah terlihat sedari dulu.

Ia suka bercerita, rajin membaca, dan suka menulis apa saja yang ada di pikirannya. Kemampuannya dalam menulis salah satunya dipengaruhi oleh sang ibu yang merupakan seorang pembatik yang suka bercerita. Setiap ibunya selesai membaca buku, Dini selalu diceritakan apa yang sudah dibaca ibunya tadi.

Mulai Menulis di Usia Muda

NH Dini saat masih muda
info gambar

Penulis bertalenta ini kerap kali menuangkan realita kehidupan pribadi ke dalam tulisan-tulisannya. Hingga kini, tidak kurang dari 20 buku yang telah ia tulis. Banyak karyanya yang mengisahkan tentang perempuan. Karya NH Dini berbeda dengan karya feminisme lainnya. Ia kerap kali mengarahkan fokus penelitiannya pada masalah isu feminisme, sorotan tokoh perempuan terhadap prasangka gender, serta bagaimana tokoh perempuan ideal menurutnya. Kemudan ia mengangkat isu-isu tersebut menjadi tulisan yang ciamik dan bayak diminati oleh para pecinta sastra kala itu.

Tak jarang penulis kebanggaan tanah air ini kerap kali menghadirkan polemik yang ada di masyarakat secara gamblang. Misal pada karyanya yang berjudul Pada Sebuah Kapal, N.H. Dini memunculkan sosok Sri sebagai perempuan yang tangguh dan cerdas. Novel itu menceritakan liku perjalanan hidup seorang Sri, seorang penyiar radio yang ingin menjadi pramugari.

Karena sakit, ia gagal dalam tes sebagai pramugari, namun cerita Sri tidak berhenti sampai di situ. Ketika temannya, Narti mengenalkannya pada beberapa teman denganlatar belakang penerbangan, kehidupan percintaannya baru saja dimulai dan kisah Sri yang tangguh pun terus berlanjut.

NH Dini, penulis kebanggaan Indonesia
info gambar

Semasa hidupnya, Ibu Dini juga sempat mendirikan Pondok Baca N.H. Dini di Sekayu, Semarang. Ia mulai serius menulis sejak tahun 1951, saat dirinya kelas II SMP. Karya perdananya bertajuk ‘Pendurhaka’ dimuat di majalah Kisah dan mampu menyita perhatian H.B. Jassin – seorang sastrawan besar kala itu. Lima tahun kemudian, kumpulan cerita pendek yang ia tulis bertajuk ‘Dua Dunia’ diterbitkan, tepatnya ketika ia duduk di bangku SMA.

Karya-karya yang telah mengantarkannya pada ladang prestasi kelas dunia antara lain Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), Dari Parangkik ke Kamboja (2003), dan masih banyak lagi karya lainnya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan.

Salah satu cover buku karya NH Dini
info gambar

Atas kerja kerasnya, ia banyak mendapat penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Prestasi yang ia peroleh antara lain Hadiah Seni untuk Sastra dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989), Bhakti Upapradana Bidang sastra dari Pemerintah daerah Jawa Tengah (1991), SEA Write Award dari pemerintah Thailand (2003), Hadiah Francophonie (2008), dan Achmad Bakrie Award bidang Sastra (2011).

Bagi N.H. DIni, perempuan haruslah kuat. Seperti yang tercatat dalam kutipannya ia mengungkapkan “Kesedihan tidak untuk dipampangkan kepada semua orang. Itu adalah sesuatu yang seharusnya diimpit – diindit, diselinapkan di balik lapisan penutup. Karena kesedihan adalah hal yang sangat pribadi, seperti rahasia, harus disembunyikan dari pandang orang lain."

Sebagai perempuan, N.H. Dini adalah seorang yang akan marah jika mendapati ketidakadilan gender yang menimpa perempuan. Melalui tokoh Sri dalam novel Pada Sebuah Kapal, ia menyuarakan bahwa perempuan haruslah menjadi sosok yang pantang menyerah, bahkan terhadap lelaki sekalipun, namun masih juga memiliki kelembutan, kejawaan.


Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini