Menjaga Tradisi Menggantung DamarKurung Gresik

Menjaga Tradisi Menggantung DamarKurung Gresik
info gambar utama

Festival DamarKurung kembali digelar pada 16-18 Juni lalu di Kota Gresik. Festival yang sudah berlangsung sejak tahun 2012 di setiap minggu kedua bulan Ramadan pada tahun ini dilaksanakan dalam tiga sesi. Sesi pertama adalah pre event yang telah dilaksanakan di Jakarta dan Bekasi pada bulan Mei lalu. Kemudian Satellite Events di Surabaya, bekerja sama dengan Warung Mbah Cokro dengan program Pesantren DamarKurung pada 14 Mei 2017 dan Program Residensi bersama komunitas Urban Care dengan tajuk Cahaya Stren Kali Jagir pada 20 Mei 2017.

Bagi masyarakat Kota Gresik tentu tidak asing dengan Damar Kurung. Damar Kurung merupakan lampion berbentuk kubus dengan lukisan di sisi-sisinya yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Desain lukisan pada Damar Kurung terkesan ceria dengan warna-warna yang terang dan gambar objek yang khas. Bagi masyarakah muslim Gresik, Damar Kurung menjadi tradisi untuk menyambut lailatul Qodar pada bulan Ramadan dengan menggantungkannya di teras rumah.

Diselenggarakannya festival DamarKurung ini memang ditujukan untuk memantik dan merajut antusiasme masyarakat untuk melestarikan tradisi memasang DamarKurung di teras rumah. Sesuai dengan tema tahun 2017 ini, Cahaya Kota Kenangan, DamarKuurung Festival diadakan di puncak bukit. Sebanyak 125 DamarKurung digantungkan dengan latar lanskap kota Gresik yang berkerlap-kerlip di malam hari, menambah suasana romantisme dan nostalgia yang membekas bagi pengunjung yang hadir.

DamarKurung Festival tahun 2017 ini mengusung tema Cahaya, Kota dan Kenangan (foto: DamarKurung Festival)
info gambar

Belum ada yang bisa memastikan sejak kapan Damar Kurung diciptakan. Namun, menurut beberapa sumber, Damar Kurung yang berbentuk persegi ini merupakan metamorfosis dari wayang beber, jenis wayang yang digadang-gadang sebagai wayang tertua di Nusantara. Di setiap sisi Damar Kurung dilukiskan cerita yang berbeda-beda.

Beberapa seniman meyakini lukisan pada dinding Damar Kurung merupakan representasi dari manuskrip Serat Sindujoyo. Ada pula yang mengatakan bahwa sejak zaman Kerajaan Hindu-Budha di Nusantara, Damar Kurung sudah dikenal oleh masyarakat. Dalam buku Damar Kurung dari Masa ke Masa (2009) karya Ika Ismoerdijahwati, Damar Kurung diyakini sudah ada sejak zaman Sunan Prapen, sekitar abad ke-16.

Baca juga:Sekilas Tentang Masmundari dan DamarKurung Gresik

DamarKurung Festival diselenggarakan sebagai bentuk pelestarian tradisi DamarKurung masyarakat Gresik (foto: DamarKurung Festival)
info gambar

Bentuknya menyerupai lampion dari Jepang yang bernama Toro yang sama-sama berbentuk kubus. Namun, Damar Kurung memiliki bentuk desain yang sedikit berbeda. Pada ujung kanan dan kiri atas rangka Damar Kurung terdapat hiasan berbentuk segitiga siku yang runcing. Bentuk ini konon mengadaptasi dari hiasan gapura minimalis di Gresik.

Sedangkan dari sisi desain lukisannya, Damar Kurung memiliki pakem untuk hal ini demi mempertahankan tradisi. Pakem tersebut adalah gambar objek yang dilukis pada kain kertas lentera harus berupa 2 dimensi. Kemudian, penggunaan warna juga harus menggunakan warna yang cerah untuk memberikan kesan yang ceria. Bahkan mimik wajah objek gambar juga harus dilukis ceria.

Demi melestarikan tradisi ini, kini Damar Kurung tak hanya dijadikan penghias di teras rumah semata melainkan juga sebagai penghias taman kota. Tak hanya itu, Damar Kurung pun dijadikan buah tangan khas Gresik. Lukisan-lukisan khas Damar Kurung juga dibuat modifikasi dalam bentuk lukisan di atas kanvas yang berukuran besar.


*

GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini