Mahasiswa Brawijaya Sulap Rumput Teki Jadi Pewarna Alami

 Mahasiswa Brawijaya Sulap Rumput Teki Jadi Pewarna Alami
info gambar utama

Penggunaan pewarna makanan di industri pangan terus mengalami peningkatan seiring dengan tuntutan konsumen yang menginginkan produk pangan tersebut memiliki warna cantik dan menarik. Namun sayangnya, berdasarkan data dari BPOM (2012) menunjukkan bahwa 90% industri pangan di Indonesia masih menggunakan pewarna sintetis karena harganya yang terjangkau dan mudah diperoleh di pasaran. Padahal, penggunaan pewarna sintetis secara berkelanjutan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, antara lain pusing, mual, diare, hingga kanker. Melihat berbagai permasalahan dan dampak negatif penggunaan bahan pewarna sintetis membuat 5 mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya mencoba membuat alternatif pewarna alami dengan memanfaatkan rumput teki.

Tim yang diketuai oleh Anggi Jovino dengan 4 anggota, yakni Casilda Aulia Rakhmadina, Aisyah Sari Nastiti, Gulam Zakiya, dan Alif Ummami Faridatul Lailiyah ini memilih rumput teki sebagai bahan baku pembuatan pewarna alami karena selama ini rumput teki dianggap sebagai hama pertanian sehingga tidak dimanfaatkan dengan baik. Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa rumput teki mengandung 0,418 ppm klorofil dengan antioksidan fenolik sebesar 6,505 mg/ml. Hingga saat ini, tim ini masih melakukan pengembangan pewarna tersebut dengan uji toksisitas, uji PH, suhu, dan umur simpan serta diaplikasikan ke produk pangan berupa sirup dan jajanan basah.

.


Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini