Arsenal Pernah Tidak Berdaya dari Tim Indonesia, di Surabaya

Arsenal Pernah Tidak Berdaya dari Tim Indonesia, di Surabaya
info gambar utama

November mendatang, Indonesia akan kedatangan pemain sepakbola legendaris dari Inggris. Ya, kedatangan para pemain legenda dari dua klub raksasa negeri tersebut, Arsenal dan Liverpool adalah untuk berpartisipasi dalam turnamen segitiga Balikpapan Masters Cup yang sedianya diadakan pada 5 November 2017. Liverpool akan memboyong David James, John – Arne Riise, Luis Garcia, Steve McManaman, Emile Heskey dan Robbie Fowler. Sementara Arsenal akan membawa Lauren, Mikael Silvestre, Gilberto Silva dan Robert Pires. Mereka akan bertanding melawan beberapa legenda Indonesia dalam pertandingan segitiga 3 x 45 menit.

Beberapa pemain Indonesia yang akan tampil dalam Balikpapan Masters Cup, November mendatang (okezone.com)
info gambar

Berbicara mengenai kedatangan raksasa sepabokla Inggris ke Indonesia, kunjungan ini akan menjadi yang ketiga kalinya bagi Arsenal. Klub berjulukan The Gunners ini sebelumnya pernah datang ke Indonesia pada 1983 dan 2013 dalam tur Asia yang mereka lakukan. Seperti umumnya tur klub sepakbola, dalam setiap negara atau kota yang dikunjungi, pertandingan melawan klub lokal setempat pun menjadi sebuah agenda yang tidak bisa dilewatkan. Siapa sangka, pada kunjungan perdanannya di Indonesia 1983 silam, Arsenal pernah dibuat keok oleh salah satu klub lokal Indonesia?

Tur Asia yang dilakukan pada 1983 merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk membangkitkan lagi spirit tim tersebut sebab Pada Liga Inggris Divisi Satu musim 1982/1983 Arsenal hanya mampu bercokol di posisi sepuluk klasemen terakhir. “The Gunners datang dengan diperkuat kiper legendaris Pat Jennings, Alan Sunderland, dua pemain nasional Inggris, Kenny Sansom dan Graham Rix, serta si legenda hidup David O’Leary,” tulis Arief Natakusumah dalam Drama Itu Bernama Sepakbola seperti dilansir dari historia.id.

Tur Asia Tenggara yang pertama kali dilakukan ini, Arsenal mengunjungi beberapa kota di Indonesia. dimulai dari Sumatra, Klub ini berhadapan dengan tim lokal yakni PSMS Medan. Dalam laga tersebut, Arsenal menang mudah dengan skor 3-0. Hal yang sama juga terjadi ketika berhadapan dengan PSSI Selection di Jakarta. Tim tersebut menang telak dengan skor 5 – 0.

Suasana pertandingan antara Arsenal melawan Mitra Nia di Surabaya (arsenal.com)
info gambar

Namun, hal yang berbeda terjadi ketika pertandingan ketiga mereka jalani di kota Pahlawan, Surabaya. Berhadapan dengan tim lokal yang merupakan juara Galatama saat itu, Niac Mitra, Tim Arsenal dibuat keok. Seolah menjadi pembalasan atas kekalahan dua tim Indonesia pada pertandingan sebelumnya. Di stadion gelora 10 November, dipadati 30 ribu penonton, Niac Mitra sukses mempecundangi Arsenal dengan dua gol. Tanpa balasan apapun.

Hari itu, 16 Juni 1983. Niac Mitra menurunkan tim terbaiknya yang terdiri dari Budi Aswin, Wayan Diana, Tommy Latuperisa, Yudi Suryata, Rudi Keltjes, Rae Bawa, Joko Malis, Hamid Asnan, Fandi Ahmad, Dullah Rahim dan kiper David Lee. Fandi Ahmad dan Joko Malis menjadi bintang pada pertandingan tersebut dengan menyumbangkan gol masing – masing pada menit ke-27 dan ke-85.

(arsenal.com)
info gambar

“Hasil pertandingan ini membuat banyak orang beranggapan Niac Mitra jauh lebih kuat dibanding timnas PSSI. Laga ini juga bahkan dianggap jauh lebih hebat kala Persija menahan PSV (Eindhoven, klub asal Belanda) dengan Eric Gerets dan Ruud Gullit-nya 3-3 di Senayan,” tulis Dhahana Adi dalam Surabaya Punya Cerita: Volume 1.

Kendati ada beberapa cibiran mengenai kemenangan tersebut dikarenakan tim Arsenal yang kelelahan dan faktor kartu merah seorang pemain, Timnas dan dua klub lokal saat itu pernah mendapatkan pengalaman tersendiri karena bisa berhadapan dengan para pemain bintang dari klub raksasa tersebut. sedangkan Arsenal, selepas Tur Asia yang dilakukan, berhasil naik dari posisi sepuluh ke posisi enam pada Liga Inggris musim 1983/1984.


Sumber: historia.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini