Memanfaatkan Potensi Ikan Nusantara Untuk Kesejahteraan Indonesia

Memanfaatkan Potensi Ikan Nusantara Untuk Kesejahteraan Indonesia
info gambar utama

Tanggal 21 november selalu dibuat perayaan. Perayaan ini dilakukan sebagai bentuk penegasan bahwa perikanan tangkap maupun budidaya bukan hanya sekedar sumber kesahatan, melainkan juga sumber protein dan sumber kesejahteraan bagi puluhan juta masyarakat pesisir dunia.

Bertepatan dengan HPS ini, Sekretariat Nasional Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) menyerukan tuntutan kepada pemerintah agar menjalankan mandat Undang-Undang Nomor 7/2017 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam.

Kedua, menghentikan perempasan ruang hidup masyarakat pesisir melalui proyek reklamasi, pertambangan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta pariwisata pesisir yang telah dan akan mengusir nelayan dari ruang kelolanya.

Ketiga, pemerintah harus segera menegakan hukum lingkungan, dimana para pelaku pencemaran laut harus dihukum dengan seberat-beratnya sesuai UU No 32/2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup.

Keempat, memfasilitasi masyarakat nelayan tradisional untuk mendapatkan kepastian dalam menjalankan usaha perikanan, meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran, serta perlindungan wilayah tangkapnya sesuai dengan mandat Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam; kelima, menuntut pemerintah untuk segera mengakui keberadaan, peran dan kontribusi perempuan nelayan melalui pendataan sebaran, program dan alokasi anggaran khusus serta memberikan politik pengakuan.

Sumber penghidupan

Sekretaris Jenderal KIARA, Susan Herawati menyatakan sektor perikanan memberikan penghidupan bagi 75.385 juta orang yang bergantung baik di perikanan tangkap maupun budidaya. Mengutip data FAO, 84% orang yang bekerja di sektor perikanan tangkap dan budidaya tersebar di Asia sebanyak 65.752.000 jiwa, disusul 10% di Afrika sebanyak 595.800 jiwa, dan 4% berada di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia sebanyak 280.000 jiwa.

Tak hanya nelayan dan pembudidaya, perempuan nelayan/pembudidaya juga terlibat langsung di dalam aktivitas perikanan. Sekitar 47% dari jumlah perempuan nelayan bekerja di bagian pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan ikan.

“Maka tidak bisa dipungkiri, sektor perikanan bukan lagi sektor pinggiran melainkan sektor utama yang mampu menyediakan banyak lapangan kerja di sektor sekunder, misalnya pengolahan ikan, perdagangan, dan pemasaran,” tegasnya.

Susan menambahkan, sebagai negara produsen sektor perikanan, Indonesia menempati urutan kedua dalam produksi perikanan tangkap setelah China, dengan total produksi 6.016.525 ton. Amerika Serikat menempati urutan ketiga dengan total produksi 4.954.467 dan Rusia 4.000.702.

Dalam konteks perikanan budidaya pun, Indonesia menempati urutan kedua setelah China dengan total produksi sebanyak 14.330.900 ton. Peringkat ketiga disusul oleh India dengan total produksi sebanyak 4.884.000 ton dan Vietnam dengan total produksi sebanyak 3.411.400.

Di tengah strategisnya sektor perikanan, Susan menyebutkan sejumlah persoalan besar yang masih harus dihadapi oleh masyarakat pesisir sebagai produsen ikan, yaitu: maraknya pembangunan reklamasi dan pertambangan pesisir, serta pusat-pusat pariwisata pesisir dan pulau-pulau kecil, pencemaran laut yang terus menerus terjadi, ancaman pencabuta subsidi perikanan, dan belum diakuinya peran serta kontribusi perempuan nelayan.

Peringatan HPS

Kiara bersama seluruh anggota di Indonesia, mulai dari Aceh sampai dengan Maluku memperingati hari perikanan sedunia dengan beragam cara, mulai dari diskusi publik, audiensi dengan pemerintah daerah, makan ikan bersama, penelitian mengenai dampak pembangunan terhadap sektor perikanan, dan lain sebagainya.

Tak hanya diperingati di Indonesia, KIARA pun merayakan Hari Perikanan sedunia bersama dengan World Forum of Fisher Peoples di Kota New Delhi India. Di dalam forum ini perwakilan masyarakat pesisir yang berasal dari 50 negara hadir dan merayakan bersama.

Potensi Indonesia Dalam perikanan

Indonesia merupakan negara Maritim. Dengan memiliki pulau yang banyak, maka perekonomian di sektor ini sangat menjanjikan.

Nilanto perbowo juga mengatakan potensi tertinggi untuk sektor kelautan dan perikanan di ASEAN atau kawasan Asia Tenggara berada di Indonesia sehingga pemerintah sedang fokus untuk mengoptimalkan potensi tersebut.

Negara mana di ASEAN yang potensi sumber daya ikannya sama seperti di Indonesia?," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nilanto Perbowo dalam Peringatan Hari Ikan Nasional (Harkannas).

Nilanto juga mengatakan dalam segi pengolahan indonesia masih kalah dengan negara tetangga seperti di singapura, thailand dan juga malaysia.

Oleh sebab itu ia mengemukakan bahwa pihaknya juga tengah berkonsultasi dengan Kementerian Perdagangan untuk dapat memproteksi sejumlah produk sektor kelautan dan perikanan di dalam negeri.

Pemerintah melalui KKP mendorong pembiayaan bagi nelayan serta usaha kecil dan menengah (UKM) di sektor kelautan dan perikanan di berbagai daerah di Tanah Air.

"Langkah pemerintah dalam mendukung iklim usaha dan peningkatan ekonomi masyarakat diwujudkan melalui kredit program bekerjasama dengan perbankan dan lembaga keuangan," kata Sekretaris Jenderal KKP Sjarief Widjaja.

Pemerintah sangat mengupayakan agar Sektor kelautan ini bisa dikembangkan agar Indonesia bisa memaksimalkan Laut – laut yang ada di daerahnya. Laut indonesia yang sangat luas harus segera kita eksplorasi dengan benar dan sangat hati hati. Karena keindahan alam sangat lah penting untuk dilestarikan.


Sumber: AntaraNews.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini