23 November hingga 3 Desember 2017 lalu diadakan gelaran Singapore International Film Festival (SGIFF) ke-28. 21 film karya Indonesia turut meramaikan acara ini dengan pembagian delapan film panjang dan 13 film pendek dalam beberapa program, termasuk Sekala Niskala, Joko, serta Ruah dalam sesi kompetisi.

Sekala Niskala atau The Seen and Unseen merupakan film panjang kedua garapan Kamila Andini selaku sutradara. Film ini sebelumnya telah tayang di beberapa festival seperti Toronto, Busan, Tokyo, dan Australia.Sedang Joko dan Ruah diputar dalam sesi kompetisi film pendek bersama 14 film lain dari Asia Tenggara.
Joko adalah debut film pendek sutradara Suryo Wiyogo, yang sebelumnya telah bergabung dalam tim produksi di beberapa proyek film panjang dan pendek. SGIFF adalah tempat film ini diputar perdana.
Ruah atau The Malediction merupakan film pendek garapan sutradara Makbul Mubarak, yang sebelumnya aktif sebagai kritikus film. Film ini meraih Piala Citra 2017 dalam kategori Film Pendek Terbaik dan juga diputar dalam program kompetisi Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2016.

Ruah mendapatkan perhatian khusus dalam kategori film pendek Asia Tenggara dari Silver Screen Awards yang diadakan di Singapura pada Sabtu malam, mengalahkan 15 film lainnya dari Asia Tenggara.
Makbul Mubarak menyatakan bahwa meskipun tidak menyangka akan menang ia tentu saja senang memenangi penghargaan tersebut. Menurutnya filmnya hanya berdurasi 27 menit dan bercerita mengenai Yogyakarta, yang ternyata negara-negara tetangga khususnya di Asia Tenggara memiliki beberapa kemiripan, dan membuat film untuk menekankan kemiripan yang kita miliki itu menyenangkan.

Film ini berlatar belakang di Yogyakarta, dimana latar belakang kota ini sangat kental akan agamanya. Ceritanya bercerita tentang seorang kaya raya bernama Haji Halim yang memutuskan untuk menikahi janda muda karena ingin menolongnya. Namun istri pertamanya tidak menyetujui keputusannya kemudian mengutuknya yang merupakan kebetulan atau tidak beberapa kejadian tidak menyenangkan terjadi.
Film ini mendapatkan perhatian khusus karena isu sensitif seperti agama dan poligami yang diangkatnya mengingat keadaan negara kita yang masih menjunjung tinggi tradisi memberikan juri wawasan besar tentang kehidupan karakter yang tinggal di provinsi kecil tersebut. Perbedaan gender yang aneh juga membuat film ini relevan saat ini.
Makbul akan menerima hadiah sebesar 1000 dolar Singapur atau sekitar 10.000.000 rupiah.
Sumber: News MetroTV | Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News