Bukan Tentang Apresiasi, Bermanfaat Bagi Masyarakat Jauh Lebih Penting

Bukan Tentang Apresiasi, Bermanfaat Bagi Masyarakat Jauh Lebih Penting
info gambar utama

Melalui slogan “Alam Raya adalah Buku dalam Bentuk Lain”, rasanya suatu pendidikan bukanlah melulu tentang belajar di gedung-gedung bertingkat, ruangan ber-AC, hingga fasilitas-fasilitas lain yang menunjang suatu pendidikan tersebut. Berlandaskan pada fenomena pendidikan di Malang yang kurang merata, Gubuk Baca Lentera Negeri (GBLN) hadir menjadi wadah bagi siapapun yang ingin belajar. Tidak ada batasan usia maupun persyaratan-persyaratan yang kadang menjadi penghambat untuk mendapatkan sebuah ilmu pendidikan. Mengajak orang-orang untuk terus gigih dalam belajar, militan dalam berdedikasi, kesengsaraan yang berubah menjadi suatu keasyikan, hingga memberi peran kepada masyarakat. Gambaran secara garis besar apa Gubuk Baca Lentera Negeri itu sendiri.

Komunitas yang berdiri pada September tahun 2014 ini nampaknya memfokuskan visi misi mereka lebih ke pengabdian di masyarakat. Bagaimana ilmu yang telah dipelajari bisa bermanfaat bagi masyarakat, menuangkan ide-ide untuk menginisiasi suatu gerakan positif, sampai mengajarkan tentang rasa kasih sayang dan berbagi kepada adik-adik di Desa Sukolilo, Kec. Jabung, Kab. Malang, Jawa Timur.

Seakan ingin menepis stigma orang-orang yang terlihat ‘sangar’ atau ‘kurang baik’ dipandang sebelah mata, Komunitas GBLN ini perlahan mampu mengubah mindset warga Desa Sukolilo. Warga setempat mulai merasakan dampak positif dari adanya gubuk baca ini, khususnya bagi anak-anak mereka. Banyak anak-anak di Desa Sukolilo yang minim akan pengetahuan. Adanya gubuk baca ini menjadi sarana edukasi & sharing antara para relawan GBLN kepada adik-adik setempat.

“Awalnya kita adalah pustaka keliling. Hanya belajar diteras rumah-rumah warga yang menyediakan tempat. Sampai akhirnya warga mulai tergerak untuk membantu. Nah, gubuk baca ini arti lainnya adalah wujud dari semangat warga. Semua warga ikut andil membantu terbentuknya gubuk baca ini. Ketika sudah ada rasa saling memiliki, semua akan tanggung jawab untuk merawat. Itu poinnya”, terang Fachrul Alamsyah, penggagas Gubuk Baca Lentera Negeri saat diwawancarai, Selasa (5/12).

Beranggotakan 20 orang lebih sebagai pencetus utama, komunitas ini tak luput memberikan pendidikan karakter kepada adik-adik yang datang ke gubuk baca. Banyak juga ilmu-ilmu tentang kehidupan lainnya. Uniknya, cara penyampaiannya bisa dari apa saja. Salah satunya melalui permainan/budaya tradisional, seperti bermain egrang, sepak bola lumpur, tari sufi, tari topeng malangan, sampai sekolah di alam.

Sudah lebih dari 6 gubuk baca yang komunitas GBLN dirikan di sekitar Kec. Jabung. Ditambah lagi saat ini ada program dari pemerintah bahwa setiap desa harus ada gubuk bacaannya.

“Ada beberapa titik lagi yang akan dibangun gubuk baca. Banyak pemuda-pemuda desa setempat yang sudah memiliki niatan membangun gubuk baca. Namun bingung memulai dari mana. Kita bantu untuk itu”, ujarnya.

Disisi lain, Noval, salah satu anggota komunitas Gubuk Baca Lentera Negeri, memaparkan bahwa komunitas ini berbeda dengan komunitas-komunitas lainnya. Walaupun secara konteks mungkin sama. Tujuannya untuk pemberdayaan masyarakat.

“Disini (red: Komunitas GBLN) kita mewadahi orang-orang yang ingin belajar dan kita bimbing. Kalau komunitas lain ingin membesarkan komunitas nya, GBLN tidak. Malah kita tidak ingin dikabarkan kalau ada gubuk baca ini. Biar mencari tahu sendiri. Soalnya ini murni mandiri untuk mengabdi ke masyarakat”, ungkapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini