Menunggu Sunrise Tahun Baru di Bromo, Gunung yang Jadi Magnet Wisata Jawa Timur

Menunggu Sunrise Tahun Baru di Bromo, Gunung yang Jadi Magnet Wisata Jawa Timur
info gambar utama

Pesona Gunung Bromo di Jawa Timur, memang selalu menawan. Gunung berapi aktif yang berdiri perkasa dengan ketinggian puncak mencapai 2.329 Mdpl, ini seperti berselimut tantangan sekaligus magnet, yang mampu menarik kunjungan wisatawan untuk datang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, musim liburan akhir tahun kali ini juga menjadi titik klimaks kunjungan wisatawan ke Bromo.

Menanti fajar terlihat dari Bromo menjadi salah satu alasan para wisatawan datang. Banyak juga yang yang rela berkemah dan menginap, demi melihat indahnya sunrise di Bromo.

"Libur Natal dan Tahun baru pasti. Ramai sekali tamu mas. Kita ya sampai nolak-nolak tamu, saking nggak kuat," kata Didin Subekti (32), pria yang sehari-hari menjadi driver mobil jeep hardtop yang melayani perjalanan wisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Minggu (31/12).

Menurut Didin, sejak liburan Natal 24 Desember lalu hingga saat ini, arus kunjungan wisata ke Bromo bisa mencapai rerata 6 ribu orang per hari. Ini pun jumlah perkiraan minimal, hanya dihitung wisatawan yang menggunakan jasa wisata jeep hardtop menuju Bromo. Belum lagi ditambah wisatawan mandiri dan juga yang bag-packeran.

"Ya logikanya jumlah jeep hardtop di kawasan (TNBTS) kan ada 1000-an, tinggal dikalikan jumlah penumpangnya maksimal 6 orang. Kalau kunjungan total pasti bisa lebih dari itu mas," kata Didin.

Gunung Bromo termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang dikelola Balai Besar TNBTS, dibawah Ditjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Secara administratif, posisi Gunung Bromo berada dalam empat wilayah Kabupaten di Jawa Timur, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang.

Sepasang wisatawan berpose di kawasan The Sea Of Sand, Balai Besar TNBTS. Foto: KATAKNEWS.com
info gambar

Seperti kata Didin, puncak kunjungan ke Bromo masih sangat terasa Minggu (31/12). Deretan kendaraan padat merayap, mengular di sepanjang jalan masuk ke Bromo dari empat Kabupaten.

"Memang terasa padat tadi di jalan. Di sini pun mau muncak, kita harus antri lama menunggu giliran. Tapi kami sangat senang, apalagi sudah bisa melihat sunrise dari Bromo, luar biasa," kata salah seorang wisatawan domestik, Sigit Setyo (38) yang datang ke Bromo bersama istrinya, Dian Handayani (38).

Menurut Sigit, berwisata ke Bromo memang mengasyikkan. Selain keindahan alam dan keramahan penduduk setempat, pihak pengelola TNBTS termasuk pada driver jeep hardtop juga sangat ramah wisatawan.

"Ya petugas dan drivernya ramah-ramah, ini membuat kami merasa nyaman. Yang kedua, kepedulian pada kebersihan. Tadi sebelum muncak, petugasnya membagikan trash bag untuk kami dan semua pengunjung yang datang, agar sampah bungkus makanan dan minuman jangan dibuang sembarangan," kata Sigit.

Ratusan wisatawan menuju puncak kawah Bromo. Foto: KATAKNEWS.com
info gambar

Lonjakkan angka kunjungan wisata ke Bromo di musim libur panjang akhir tahun, diakui pihak Balai Besar TNBTS, baik yang domestik maupun mancanegara.

Demi kenyamanan dan keselamatan para wisatawan, pihak Balai Besar TNBTS memberlakukan sistem kuota untuk mengatur jumlah maksimal pengunjung yang naik ke puncak bibir kawah Gunung Bromo.

Jika biasanya jumlah pengunjung yang muncak bisa mencapai 500-700 orang sekali jalan. Kini hanya dibolehkan maksimal 200 orang, dengan durasi waktu berada di bibir kawah Bromo diatur maksimal 15 menit saja.

"Kuota kami batasi 200 orang, semula bisa mencapai 500-700 orang. Ini semua itu bertujuan untuk keamanan dan keselamatan pengunjung," kata Kepala Balai Besar TNBTS, John Kenedie.

Menurut Kenedie, pembatasan kuota itu merupakan kesepakatan bersama jajaran Balai Besar TNBTS dengan stakeholders lainnya, berdasarkan pertemuan yang dilakukan sebelumnya, dalam rangka mengantisipasi lonjakan wisatawan pada liburan panjang Natal dan Tahun Baru kali ini.

"Untuk mengantisipasi masalah sampah karena banyaknya wisatawan yang berkunjung, kami juga membagikan trash bag kepada setiap pengunjung yang datang, sehingga sampah sisa makanan dan minuman tidak dibuang atau ditinggalkan di atas," kata Kenedie.**

Sumber: KATAKNEWS I Liputan6

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini