Jejak Astronomis, Stupa Tertinggi Borobudur Dipasang Kembali

Jejak Astronomis, Stupa Tertinggi Borobudur Dipasang Kembali
info gambar utama

Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar yang menunjukkan kemampuan nenek moyang Indonesia yang menggagumkan. Candi Borobudur dahulunya memiliki Stupa tertinggi yakni chattra, sayangnya chattra dan candi Borobudur rusak sebelum kemudian dipugar oleh seorang warga Belanda, Van Erp, sekitar tahun 1907-1911.

Seorang Arkeolog, Marsis Sutopo mengatakan, chattra diduga sudah ada sejak candi Borobudur dibangun pada zaman dinasti Syailendra abad ke-9 silam.

"Ibarat Masjid, chattra itu seperti kubah, atau bagian dari candi yang dahulu hanya dimanfaatkan untuk beribadah umat Buddha. Karena ada bencana alam dan sebagainya, candi Borobudur rusak, termasuk chattra," lanjut Marsis.

Van Erp yang bukan arkeolog tetap berusaha menjaga keaslian struktur candi saat dalam proses pemugaran candi Borobudur.

Ketika dipugar, Van Erp menemukan batu-batu yang diduga sebagai bagian dari chattra. Dia kemudian menyusun dan memasang batu-batu tersebut di puncak stupa tertinggi candi Borobudur. Namun, Van Erp menurunkan lagi chattra itu karena dia ragu.

"Van Erp ragu-ragu, apakah itu benar chattra atau tidak. Dia lantas membongkarnya lagi, kemudian batu-batu itu sampai kini tersimpan di museum Karmawibangga di Komplek Candi Borobudur," ulas Marsis, mantan Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) itu.

Menurut Marsis, di negara seperti India dan Myanmar masih banyak ditemukan candi dengan bentuk-bentuk chattra.

Dia menambahkan, ada beberapa pihak yang menginginkan chattra tersebut dikembalikan ke posisi semula, yakni di atas stupa.

Meski begitu, untuk mengembalikan chattra ke tempat semula perlu pengkajian lebih mendalam oleh para ahli. Sebab, candi Borobudur adalah warisan dunia sehingga ada hal yang perlu dijaga, yaitu integritas dan keasliannya.

"Jadi, kalau mau memasang chattra harus diperhatikan cara pemasangannya, tidak asal dipasang atau rekonstruksi. Kalau hal itu memenuhi prinsip pemugaran, maka secara teknisnya juga harus terpenuhi, supaya nanti aman bagi pengunjung," jelasnya.

Stupa Candi Borobudur | foto : Phinemo
info gambar

Stupa Borobudur sebagai penanda waktu

Stupa memiliki nilai dan filosofi astronomis juga sebagai warisan dunia, harus melalui pengkajian lebih mendalam dari para ahli untuk melakukan pemasangan bagian chattra.

Seorang guru arkeolog bernama Prof Dr Mundardjito, pernah mengulas tentang chattra candi Borobudur dalam bukunya yang menyimpulkan bahwa tidak boleh menambah atau mengurangi struktur atau bagian candi dengan alasan apapun jika tidak punya data yang jelas.

Berdasakan penelitian yang dilakukan Tim Arkeoastronomi Borobudur, Institut Teknologi Bandung. Stupa utamapada candi Buddha terbesar di dunia itu menunjukkan penguasaan nenek moyang Indonesia terhadap ilmu perbintangan.

Stupa utama itu berfungsi sebagai gnomon (alat penanda waktu) yang memanfaatkan bayangan sinar Matahari. Stupa utama yang merupakan stupa terbesar terletak di pusat candi di tingkat 10 (tertinggi).

Stupa utama dikelilingi 72 stupa terawang yang membentuk lintasan lingkaran di tingkat 7, 8, dan 9. Bentuk dasar ketiga tingkat itu plus tingkat 10 adalah lingkaran, bukan persegi empat sama sisi seperti bentuk dasar pada tingkat 1 hingga tingkat 6.

Jumlah stupa terawang pada tingkat 7, 8 dan 9 secara berurutan adalah 32 stupa, 24 stupa, dan 16 stupa. Jarak antarstupa diketahui tidak persis sama. Pengaturan jumlah dan jarak antarstupa diduga memiliki tujuan atau makna tertentu.

Menurut Ketua Tim Arkeoastronomi ITB Irma Indriana Hariawang, jatuhnya bayangan stupa utama pada puncak stupa terawang tertentu pada tingkatan tertentu menunjukkan awal musim atau mangsa tertentu sesuai Pránatamangsa (sistem perhitungan musim Jawa.

Sebelum korelasi antara bayangan stupa utama dan stupa terawang diketahui, tim terlebih dahulu menentukan bayangan lurus stupa utama saat Matahari berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu Matahari terbit tepat di titik timur garis dan terbenam tepat di titik barat garis.

Hasil ini menunjukkan posisi Borobudur sesuai arah mata angin. Arah utara-selatan menunjuk posisi kutub utara Bumi dan kutub selatan Bumi, bukan utara-selatan kutub magnet Bumi. Posisi itu ditentukan tanpa bantuan alat penentu posisi global (GPS).

Sumber: kompas.com | nationalgeographic.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini