2 kedai ini Jadi obat kangen orang Indonesia di AS  

2 kedai ini Jadi obat kangen orang Indonesia di AS   
info gambar utama

Bagi sebagian orang, hidup di negara lain menjadi sebuah tantangan. Karena perbedaan kultur saja akan membawa banyak perbedaan seperti bahasa, pakaian, bahkan makanan yang dikonsumsi. Orang Indonesia yang dikenal memiliki cita rasa yang kuat tentu akan menghadapi tantangan-tantangan itu ketika harus tinggal di luar negeri. Namun bagi warga Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat, terutama New York, tampaknya rasa kangen terhadap masakan rumah bisa terobati dengan mudah dengan berkunjung ke dua restoran mungil yang bernama Warung Selasa atau Indo Java dan Kopi-kopi.

Warung Selasa

Jika ingin mengunjungi Warung Selasa, pembaca mengunjunginya di 8512 Queens Boulevard (Grand Avenue), Elmhurst. Warung ini bisa dibilang sebagai kedai atau warung kelontong karena ukurannya yang begitu kecil. Bahkan Warug Selasa dinobatkan sebagai warung terkecil di New York. Jika berkunjung kesana, pembaca akan menyadari hal tersebut, karena warung makan ini hanya memiliki kursi lipat logam dan juga freezer dengan isi berbagai makanan Indonesia.

Tjahjadi, Pemilik Warung Selasa | Sumber: nytimes.com
info gambar

Namun warung ini penuh akan makna bagi Anastasia Dewi Tjahjadi, yang merupakan koki dan pemilik warung tersebut. Tjahjadi dahulunya adalah penduduk asli Surabaya yang memilih untuk meninggalkan Indonesia karena terjadinya krisis 1998 dan penyerangan terhadap etnis Tionghoa pada waktu itu. Beruntung, Tjahjadi mendapatkan suaka dari Amerika Serikat dan memilih untuk menetap disana hingga sekarang.

Namun rasa bangga terhadap kuliner Indonesia menghasilkan ide untuk membuat kedai dengan menu Indonesia. Kemudian dibuatlah Indo Java pada tahun 2007, walaupun Tjahjadi baru menyajikan makanan disana pada tahun 2016. Nama Indo Java tidak lebih terkenal dari nama Warung Selasa, karena bentuknya seperti warung layaknya di Indonesia. Warung Selasa memang hanya menyediakan meja tunggal yang menjadi titik kumpul pada pegawai di New York.

Salah satu menu di Warung Selasa | Sumber: nytimes.com
info gambar

Tjahjadi banyak menghabiskan waktunya di Warung Selasa. Warung ini mulai membuat makanan dari jam 1 siang hingga 8 malam, mengingat cukup banyak pelanggan dari warung ini. Warung ini seringkali didatangi oleh imigran Indonesia yang tinggal di daerah Elmhurst dan juga pelanggan setia Tjahjadi sejak ia masih bekerja di restoran, di Desa Jawa.

Harga yang ditawarkan oleh warung ini terbilang lumayan, dengan harga sekitar $10 atau setara dengan Rp 130 ribu-an.

Kopi-Kopi

Tjahjadi juga dapat kita temui di Kopi-kopi yang terletak di 68 West 3rd Street, LaGuardia Place, Greenwich Village. Kedai kopi sekaligus bar anggur ini dibuka oleh Elizabeth Lapadula pada tahun 2013, namun Tjahjadi baru bergabung pada Juli 2016 lalu. Dari tempatnya, kedai ini memiliki bangunan yang lebih megah jika dibandingkan dengan Indo Java. Pintu yang seperti pintu masuk kuil dan bantal-bantal batik yang tersusun di sofa satin cukup menggambarkan karakter kedai kopi yang otentik.

Kedai Kopi-Kopi tampak depan | Sumber: nytimes.com
info gambar

Elizabeth Lapadula sang pemilik dibesarkan di Bogor, Jawa Barat. Meskipun memiliki latar belakang kimia dan mikrobiologi, ia masih tetap berupaya mengelola kedai khas Indonesia ini dengan menjadi koki dan kepala barista.

Keinginannnya untuk membawa cita rasa Indonesia sepenuhnya di Kopi-kopi ternyata belum bisa dijalankan, karena harus mempertimbangkan selera masyarakat kedai. Akhirnya Lapadula berusaha selektif terhadap makanan-makanannya, seperti membatasi pasta udang di setiap makanannya agar tetap enak dikonsumsi masyarakat New York. Cita rasa Indonesia yang banyak mengandung rempah-rempah, memang tidak sepenuhnya cocok dengan lidah orang barat. Apalagi tingkat kepedasan di Indonesia cukup tinggi.

Menu andalan, Rijsttafel | Sumber: nytimes.com
info gambar

Salah satu menu andalan dari Kopi-kopi adalah Rijsttafel yang merupakan budaya Belanda yang banyak menyebar di Indonesia. Masyarakat Indonesia biasanya menyebutnya dengan “prasmanan”. Dalam menu tersebut, pembeli dapat memilih berbagai makanan seperti kentang goreng, tahu goreng, telur rebus sambal, ayam bakar Bali, dan juga rendang sapi.

Itulah kedua kedai yang bisa dijadikan obat kangen ketika tinggal di AS. Pada dasarnya terdapat banyak restoran khas Indonesia di seluruh dunia, sehingga jangan lupa untuk mencari informasi. Karena kerinduan akan tanah air bisa terbayarkan dengan sepiring bakso, soto, ataupun pecel.


Sumber: okezone.com | nytimes.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini