Teknologi Penginderaan Jauh Setara Google Earth Buatan Indonesia?

Teknologi Penginderaan Jauh Setara Google Earth Buatan Indonesia?
info gambar utama
Teknologi satelit Indonesia memang telah dimiliki sejak era tahun 60an. Namun pemanfaatannya masih terbatas pada teknologi komunikasi. Padahal satelit memiliki banyak potensi pemanfaatan salah satu diantaranya adalah untuk pemetaan ruang atau penginderaan jauh seperti milik Google Earth. Dan saat ini Indonesia dinilai mampu untuk memanfaatkan satelit untuk kebutuhan tersebut melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Seperti diberitakan detikInet (30/1) Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir mendorong LAPAN untuk bisa memberikan akses data satelit penginderaan pada masyarakat. Caranya adalah dengan menggunakan aplikasi yang beroperasi di sistem Android.

Selama ini LAPAN masih menyerahkan data penginderaan jauh resolusi tinggi pada beberapa kementerian dan lembaga pemerintahan. Seperti Badan Informasi Geospasial (BIG), TNI/Polri dan pemerintah daerah. Data tersebut berupa agambar bumi wilayah Indonesia hasil pencitraan satelit.

"Pertanyaan saya, apakah mereka yang memanfaatkan harus dari instansi tersebut, atau bisa nggak, masyarakat yang memafaatkan?" kata Nasir.

Ia pun menjelaskan bahwa data ini seharusnya bisa dimanfaatkan masyarakat secara langsung. "Apakah nanti bisa melalui Android atau apa, itu bisa lebih baik lagi. Jadi kita bisa extend ke sana, pasti lebih luas," jelas Nasir.

Nasir pun menilai bahwa masyarakat saat ini masih kerap mengandalkan Google Earth untuk melihat citra bumi. Hal ini jika bisa disediakan secara mandiri oleh LAPAN pasti manfaatnya akan banyak. Salah satunya masyarakat bisa memanfaatkan teknologi milik pemerintah. "Bagaimana pemetaan tanah, akan lebih baik, apabila LAPAN bisa menghasilkan resolusi sangat tinggi. Maka value added-nya akan sangat tinggi," katanya.

Menteri kelahiran Ngawi tersebut pun menjelaskan bahwa teknologi ini pun juga bisa mendukung era revolusi industri 4.0 yang banyak menggunakan data, akses dan konektifitas sebagai komoditas. Bagaimana masyarakat bisa melakukan self assessment (mengukur sendiri) tanah perkebunan, tanah pertanian, baik itu untuk mengukur produktivitas dan sebagainya.

"Kita manfaatkan sebaik-baiknya (teknologi ini). Syukur nanti Pak (Thomas Djamaluddin, Kepala LAPAN), saya juga nunggu kalai bisa masuk Android, saya bisa lihat. Misalnya saya punya tanah 100 m persegi, bisa kelihatan nggak ya?" kata Nasir bercanda.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini