Bukan Paris van Java, tapi Parijs van Java

Bukan Paris van Java, tapi Parijs van Java
info gambar utama

Julukan yang telah melekat sebagai salah satu identitas Kota Bandung, Jawa Barat ini memang sudah dikenal luas. Bahkan, salah satu pusat perbelanjaan terkenal di kota tersebut mengambil nama dari julukan tersebut. Sejak dulu kala, Bandung telah merebut hati orang – orang Eropa sebagai salah satu kota yang menawarkan kenyamanan dan keindahan serta menjadi kiblat dari berbagai seni, layaknya Kota Paris yang ada di Prancis.

Julukan sebagai Paris-nya tanah Jawa populer untuk pertama kalinya dikalangan orang – orang Belanda. Namun, mula penamaan tersebut adalah dari seorang pedagang keturunan Yahudi – Belanda bernama Roth. Di tahun 1920, Roth yang merupakan pemilik toto meubel dan interior mempromosikan dagangannya di pasar malam tahunan Jaarbeurs (sekarang Jalan Aceh) dengan menggunakan sebutan “Bandung Parijs van Java.” Motivasinya sederhana, dengan menggunakan embel – embel Paris yang kala itu telah menjadi pusat mode dunia kiranya bisa membawa pengaruh bagi orang – orang agar berdatangan ke dagangannya.

Gedung Jaarbeurs di zaman Kolonial (wikimedia.org)
info gambar

Slogan “Parijs van Java” tersebut kemudian makin populer setelah Bosscha, pengelola perkebunan terkemuka di Hindia Belanda seiring menggunakannya dalam berbagai kesempatan pidato di depan masyarakat Bandung. Selain itu, faktor yang makin memperkuat bahwa Bandung adalah Paris versi Jawa dikarenakan perkembangan pesat mode di Paris yang berjalan seiring dengan antusiasme orang – orang kaya di Bandung pada hal – hal berbau seni, mulai dari arsitektur hingga fashion.

Hal ini bisa dilihat dari bangunan – bangunan tua peninggalan Belanda yang sangat artistik, sebab kala itu diterapkan art deco sebagai acuan pembangunan di Kota Bandung. Di dunia fashion, busana dengan trend mode terbaru di Paris akan segera terpasang di toko busana yang ada di Bandung. Salah satu toko yang menjadi “kiblat” mode kota Bandung adalah Aug. Hegelsteens Kledingmagazijn. Toko ini makin tinggi pamornya ketika berganti nama menjadi Au Bon Marche Modemagazijn, lebih berbau Prancis. Terletak di kawasan Jalan Braga, toko miliki A. Makkinga ini didirikan pada 1913 dan menjadi langganan masyarakat kalangan atas yang ingin tampil “kekinian” pada masa itu.

Kawasan Braga, hingga kini masih jadi primadona (insidebandung.com)
info gambar

Ratusan tahun berlalu, Bandung masih tetap dikenal dengan nama tersebut. Bahkan, salah satu pusat perbelanjaan ternama di sana mengambil nama “Paris van Java” yang memang sudah sangat identik dengan Bandung. Sayangnya, secara struktur gramatikal, penggunaan kata “Paris van Java” adalah menyalahi kaidah berbahasa. Dilansir dari historia.id, seorang pemerhati sejarah Kota Bandung menyayangkan akan penamaan tersebut sebab sesungguhnya, penggunaan kata yang tepat adalah “Parijs van Java” bukanlah “Paris van Java.”

Kalimat “Paris van Java” terdiri dari dua bahasa yakni Bahasa Inggris untuk kata Paris dan Bahasa Belanda untuk kata van Java. Dalam kaidah Bahasa Belanda, penulisan yang tepat adalah Parijs van Java, sesuai dengan penyebutan kota Paris dalam Bahasa Belanda. Jika ingin mengikuti kaidah Bahasa Inggris, maka sudah seharusnya tertulis sebagai Paris of Java. Pula, sejak awal adalah slogan yang diberikan dalam Bahasa Belanda yakni Parijs van Java, maka sudah sepatutnya kita mengikuti kaidah dalam Bahasa Belanda sesuai aslinya.


Sumber: historia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini