Seperti diberitakan liputan6.com (4/5) Direktur Utama Pindad, Abraham Mose menjelaskan bahwa kerjasama ini akan menjadi kekuatan baru bagi Pindad dalam mendukung kemandirian industri pertahanan Indonesia. "Karena kebutuhan TNI banyak sekali, apalagi amunisi latihan, arahan Kasad (Kepala Staf Angkatan Darat) adalah Pindad yang harus mampu buat itu. Jadi longsognya dari sana, kita isi, kita rakit di Turen (Malang), dipakai TNI," ujar Abraham.
Teknologi reokte sendiri merupakan salah satu senjata pertahanan yang digunakan dalam jarak menengah. Roket akan mampu menembak sasaran dengan akurat dari jarak kurang lebih 85 kilometer dengan kecepatan mencapai 90 km/jam. Besaran kalibernya sendiri mencapai 80mm sehingga memiliki daya ledak mencapai 52 hektare.
Ukurannya yang besar menyebabkan roket ini harus diluncurkan menggunakan kendaraan khusus atau transporter yang juga diproduksi oleh Avibras. Namun Pindad sendiri berencana untuk bisa mengembangkan dan membuat kendaraan peluncur roket.
Abraham pun menejlaskan bahwa setiap tahunnya, TNI membutuhkan setidaknya 3.000 roket untuk latihan maupun yang siaga untuk pertahanan. Tingginya kebutuhan ini yang kemudian mendorong Pindad untuk bekerja sama dengan Avibras untuk melakukan alih teknologi. "Jadi mulai akhir tahun kita akan assembling roket ini di Turen. Dan kalau ini sudah jalan, kita juga cob amasuk untuk buat sendiri transporternya," jelas Abraham.
Pindad sendiri merupakan perusahaan pertahanan yang miliki reputasi tingkat dunia. Produk-produk buatannya telah diakui secara internasional. Salah satunya adalah senapan serbu SSV-2 yang berulang kali memenangkan kompetisi menembak tingkat dunia. Tahun ini, Pindad juga berencana untuk memproduksi ratusan juga amunisi untuk kebutuhan ekspor dan domestik.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News