Rokok yang merupakan komoditas paling populer di Indonesia tentu saja meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit kardiovaskuler bagi generasi Indonesia. Sebab penyakit ini muncul karena adanya gangguan saluran pembuluh darah yang banyak diderita oleh perokok, penderita obesitas, ataupun diabetes. Berangkat dari kepopuleran penyakit ini, seorang doktor dari Universitas Indonesia berusaha untuk menemukan cara agar dunia medis mampu melakukan diagnosis dan mengobati penyakit kardiovaskuler secara efektif.
Sistem ini menggunakan algoritma k-Neares Neigbors (kNN) dalam pengoperasiannya yang dinilai cukup baik dalam hal akurasi dan kecepatan pengambilan keputusan. Algoritma ini kemudian menggerakkan sistem untuk mengevaluasi kesehatan pasien.
Sistem ini juga telah diuji pada empat lokasi di daerah Jakarta yaitu Kampung Banjarsari (10 pasien), Cibubur (15 pasien), Cimanggis (37 pasien) dan Pancoran (23 pasien) dengan total sejumlah 85 pasien. Evaluasi kuantitatif menunjukkan bahwa rata-rata akurasi sistem auto-rekomendasi mencapai 76,47%, waktu proses sistem auto-rekomendasi adalah 1 detik, dan performansi waktu transfer data dari lokasi pemeriksaan ke server M2M (machine to machine) adalah 8,97 detik.
Sementara evaluasi kualitatif juga dilakukan dengan melakukan wawancara pada para dokter spesialis jantung. Hasilnya terungkap bahwa aplikasi My Kardio dinilai sangat membantu terutama untuk daerah-daerah yang kekurangan dokter spesialis jantung. Tidak hanya itu, aplikasi ini juga bermanfaat untuk kota besar di mana akses pasien ke dokter jantung juga terkendala oleh waktu praktek dokter yang terbatas dan kemacetan seperti di Jakarta.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News