Begini Cara Pinot Animator Kawakan Indonesia Hasilkan Video Animasi Unik

Begini Cara Pinot Animator Kawakan Indonesia Hasilkan Video Animasi Unik
info gambar utama

Kawan GNFI pasti sudah tidak asing lagi dengan nama salah satu animator kawakan Indonesia yakni Wahyu Ichwandardi atau yang akrab dikenal dengan Pinot. Pinot merupakan anak bangsa asal Indonesia yang lahir di Surabaya dan kini berbasis di New York, Amerika. Sebagai salah satu animator, Pinot memiliki ciri khas dalam menggerakkan imajinasinya untuk menghasilkan karya-karya animasi terbaik.

Dalam keberadaannya, disebut melalui Kompas bahwa Pinot kerap kali memajang video hasil karyanya melalui Vine, Steller, Snapchat, juga Twitter. Namun media yang paling sering digunakannya ialah Vine, sebuah layanan video singkat dalam durasi enam detik. Dengan demikian tak heran, melalui waktu singkat tersebut Pinot justru mampu menyajikan karya yang memiliki ‘jiwa’ sekaligus memikat.

Ciri khas dari animasi yang dibuatnya adalah Pinot mampu menggabungkan medium kertas dengan lingkungan yang ada di sekitar. Hal tersebut ia ciptakan melalui teknik animasi tradisional, di mana animasi tersebut digabung dengan teknik stop-motion, yang membuatnya terlihat ‘hidup’ atas satu bingkai ke bingkai yang lain dan tidak lagi berwujud dua dimensi sebab telah berpadu dengan obyek sekitar. Dunia nyata, fantasi, juga benda-benda sekitar bisa saling terhubung secara langsung yang membuat karyanya menjadi sebuah sihir visual bagi para penikmatnya.

Di tahun 2016, Pinot pernah membuat karya animasi yang menggambarkan seekor anak ayam dari selembar kertas buku yang sedang menyeruput semangkuk mi instan di sebelahnya. Pada tahun 2014 ia pun juga pernah membuat karya lain berjudul Berjalan di Atas Genangan Air Usai Hujan.

Dalam proses pengerjaannya selain menggunakan kertas dan pensil, Pinot juga menggunakan komputer lama untuk membuat animasi. Disebut melalui Vice, bahwa Pinot mampu menghabiskan dua hingga tiga jam setiap malam selama berbulan-bulan demi menghasilkan animasi yang apik. Ia pun kerap kali menyebutnya dengan “pixel-knitting” yakni metode merajut piksel melalui ilustrasi zen yang ia garap menggunakan Tablet Summagraphics tahun 1970, yang juga terhubung ke program Macpaint 1984 Macintosh 128k.

Uniknya ia pun juga memindahkan rangkaian frame tersebut melalui floppy disk ke 1987 Macintosh SE, yang selanjutnya turut digabungkan melalui perangkat lunak MacroMind VideoWorks. Jika dilihat secara umum, apa yang ia kerjakan bisa disebut sebagai sesuatu yang rumit. Tetapi bagi Pinot tidak demikian.

“Ini sama halnya seperti mengendarai mobil klasik,” tuturnya dalam Vice. Ia juga menyampaikan bahwa dengan metode yang ia lakukan ini pada akhirnya nilai plus berada pada proses. Proses tersebut yang kemudian dapat menjadi cerita. Seperti halnya yang ia posting dalam utas jejaring twitternya @pinot, saat berinisiatif untuk membuat remake dari video animasi klip lagu kenamaan yang berjudul This Is America.

Disampaikan dalam obrolan singkat melalui surat elektronik bersama GNFI, Pinot menuturkan bahwa ia sejujurnya tidak bertujuan membuat full remake dari musik video tersebut. Akan tetapi ia berupaya menerjemahkan tarian Donald Glover dalam This Is America melalui animasi dua dimensi yang dikerjakannya dengan Macintosh lama.

“Dalam bidang animasi, metode ini dikenal dengan motion capture yaitu memindahkan gerakan alami sebuah figur atau karakter ke dalam bentuk gambar,” sambungnya.

Melalui jejaring sosialnya pula, Pinot kemudian membagi proses yang ia jalani selama membuat animasi tarian This is America. 500 frame tarian ia kembangkan dalam tambahan waktu yang mencapai 38 detik.

Animasi yang ia remake pun bukan berdasar atas shot-for-shot video, melainkan bentuk representasi dua dimensi dari tarian yang terdapat dalam This is America. Hal tersebut jelas menjadi tantangan tersendiri bagi Pinot, salah satunya ia harus mampu memperkirakan di mana letak kaki Glover ditempatkan dalam bidikan close up yang memotong bagian bawah.

Diketahui sebagai seorang animator, Wahyu Ichwandardi atau Pinot telah menggunakan Mac sejak pertengahan tahun 80-an. Ketika itu, ia mulai mengumpulkan peralatan antik di pasar loak saat keluarganya tinggal di Kuwait. Baginya, tujuan mengumpulkan barang-barang antik tersebut bukan hanya sebagai ajang nostalgia, melainkan juga mampu memberikan nilai edukasi berkait dengan apa yang disebut teknologi usang.

Lebih lanjut Pinot menuturkan, salah satu alasan digarapnya remake animasi video klip This Is America adalah ia menyadari bahwa video tersebut memang ditujukan bukan untuk anak-anak. Akan tetapi karena sudah menjadi viral dan diketahui banyak pihak, termasuk anak-anaknya, maka Pinot pun berupaya untuk mengalihkan perhatian tersebut ke tarian, bukan kepada isi mengenai pesan politik yang ada.

“Sebab dengan memperhatikan aspek tarian, anak-anak saya bisa belajar untuk mendapatkan perspektif lain dari sebuah konten yang sedang viral, yaitu perspektif seninya, bagaimana hal tersebut dapat diolah, diterjemahkan, dan menjadikannya sebagai inspirasi untuk berkarya. Bukan hanya pasif sebagai penikmat saja,” tutupnya.


Sumber: VICE | Kompas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini