Energi matahari perlahan-lahan menggantikan bahan bakar fosil di kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah, ditinggali oleh sekitar 8000 orang, dengan adanya pengoperasian pembangkit listrik fotovoltaik surya (Solar PV) mulai bulan Agustus ini, disampaikan oleh perwakilan resmi.
Kepala daerah Karimunjawa, Saptwagus Karnanejeng Ramadi mengatakan Selasa lalu bahwa sejak seminggu lalu (01/08/18) tiga pulau terluar - Parang, Genting, dan Nyamuk - telah dialiri listrik secara penuh melalui pembangkit listrik Solar PV.
"Setelah uji coba sebulan penuh pada bulan Juli, sekarang tiga pulau dapat dialiri listrik selama 24 jam penuh dengan kapasitas 1500 watt hour [Wh]," ucapnya menambahkan keterangan bahwa sebelumnya, kawasan tersebut hanya dialiri listrik selama enam jam per hari.
Kepulauan Karimunjawa - tiga jam mengenakan kapal dari kabupaten Jepara - dulunya membutuhkan setidaknya 35.000 liter bahan bakar fosil non subsidi per bulannya dengan harga Rp 11,550 per liternya sebagai bahan bakar pembangkit listrik di daerah tersebut, termasuk tiga pulau di sekitarnya.
Dua tahun yang lalu, perusahaan milik negara PLN mengambil alih pembangkit listrik berbasis diesel, semenjak itu warga hanya membayar tarif listrik yang sama dengan orang-orang di Jawa karena kebijakan satu harga pemerintah.
Namun, untuk ketiga pulau tersebut, daerah Karimunjawa masih harus mengalokasikan sekitar 6000 liter bahan bakar diesel per bulan.
"Namun konsumsi bahan bakar diesel dapat berkurang hingga tidak lagi digunakan dengan adanya tiga pembangkit listrik Solar PV tersebut. Bahan bakar diesel hanya akan digunakan sebagai cadangan," ucap sekretaris daerah Karimunjawa, Nor Soleh.
Ketiga pembangkit listrik Solar PV tersebut merupakan bagian dari phase 3 (ESP3) oleh program pendukung lingkungan dari Denmark sebesar 26 milyar rupiah, dengan tujuan untuk memajukan energi terbarukan di Indonesia.
Sumber: Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News