Yakin Kita Sudah Merdeka? Jawab Ini Dulu

Yakin Kita Sudah Merdeka? Jawab Ini Dulu
info gambar utama

Petang tadi sambil berkendara, saat di mana-mana, di kota, di kampung, di Ibu Kota, di pelosok, tua, muda, anak-anak, hingga berbagai grup percakapan dipenuhi oleh pesan kemerdekaan, tak sengaja saya mendengarkan sebuah siaran radio yang sedang menanyai beberapa orang terkait kemerdekaan. Sang penyiar menanyakan apakah Indonesia telah benar-benar merdeka menurut mereka?

Jawaban pun meluncur dari beberapa orang-orang yang ditanyai. Kalau saya rangkum, kurang lebih beginilah jawaban dari sebagian orang di siaran radio tersebut: melihat dari beragam persoalan yang masih membelit negeri kita saat ini terlalu dini untuk mengatakan bahwa Indonesia telah sepenuhnya merdeka. Bahkan, kata sebagian yang lain, kemerdekaan masih berjarak dengan realita kita saat ini.

Barangkali bukan hanya di radio tadi pertanyaan seperti ini kerap muncul, begitupun dengan jawaban yang senada. Bisa jadi, sebagian dari kita pernah bertanya hal yang sama. Serius maupun iseng, di ruang-ruang seminar maupun obrolan kedai kopi.

Sebagai sebuah bangsa, saya termasuk yang berpendapat sangat baik kita berani bertanya hal mendasar dan reflektif seperti ini. Agar kita tidak buru-buru berpuas diri terhadap segala pencapaian. Agar di tengah optimisme, kita selalu menyediakan ruang untuk melakukan evaluasi. Bukankah Ini penting, agar kita dapat terus maju untuk mencapai hasil yang lebih baik dari hari ini dan kemarin.

Omong-omong tentang apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka, pada peringatan 71 tahun kemerdekaan tahun 2016 lalu kami pun pernah melakukan wawancara ke bebeberapa orang dari berbagai latar belakang pekerjaan tentang makna kemerdekaan bagi mereka. Mirip sekali dengan siaran radio yang saya dengar tadi sore.

Dan meskipun sudah dua tahun berselang, hingga kini setiap kami ulang pertanyaan kepada siapapun di berbagai kesempatan, pola jawabannya nyaris sama.

“Apa sih masalah yang seharusnya sudah tidak ada di Indonesia saat ini?” begitu salah satu pertanyaan kami.

“Seharusnya mencari nafkah itu gampang, mencari uang gampang, untuk menafkahi anak istri,” jawab Supriadi, seorang bapak pedagang kaki lima, terbata.

“Diskriminasi! Seharusnya semua orang berhak atas kesempatan yang sama, tanpa membedakan ras, suku bangsa, dan agama,” sahut Ahmad Daniel yang berprofesi sebagai PNS yakin.

Lain lagi Syifa, seorang mahasiswi, menurutnya yang masih menjadi persoalan antara lain adalah bidang pendidikan, karena pendidikan saat ini masih mahal, dan masih belum semua orang bisa mendapatkan pendidikan secara layak.

Sementara Rendy Satria, seorang wirausahawan muda, pada waktu itu mengaku sangat kesal dengan korupsi.

Dengan kata lain, merdeka seharusnya adalah kondisi di mana tidak ada lagi kemiskinan, kesejahteraan merata, keadilan berdiri tegak tanpa diskriminasi, setiap anak bangsa bebas bekerja dan berkarya di negeri sendiri, dan .... masih banyak lagi.

Seandainya pertanyaan tersebut ditujukan pada Anda, kira-kira apa jawabannya?

Berdasarkan pengalaman melontarkan pertanyaan yang sama kepada banyak orang, jawabannya dapat sangat banyak, beragam, dan paanjaaang. Rata-rata dari kita memang sangat cakap ketika diminta membuat daftar kekurangan.

Namun ada yang menarik ketika saat itu kami melontarkan pertanyaan reflektif lainnya terkait kemerdekaan Indonesia. Pertanyaan ini sebenarnya sangat sederhana, tapi rupanya lebih “radikal” dari pada pertanyaan pertama tentang apakah kita sudah benar-benar merdeka. Sehingga rata-rata yang pernah kami tanyai kesulitan untuk menjawabnya.

Barang kali di sini ada yang mau ikut menjawab? Pertanyaan tersebut kami rekam di video pendek berikut. Kira-kira, Anda mau menjawab bagaimana?

Sumber foto sampul: detik.travel

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Wahyu Aji lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Wahyu Aji.

Terima kasih telah membaca sampai di sini