Membaca dan bersepeda: Perpustakaan Prasojo Sebagai Kepedulian Terhadap Minat Baca

Membaca dan bersepeda: Perpustakaan Prasojo Sebagai Kepedulian Terhadap Minat Baca
info gambar utama

Salah satu permasalahan di Indonesia adalah masalah daya baca dan minat baca yang masih rendah. Dilangsir dari Republika.co.id, Kepala Perpustakaan Nasional, Muh Syarif Bando, Indonesia masih menduduki peringkat peringkat ke-60 dari 61 negara. Rendahnya minat baca di Indonesia ini menyebabkan banyak hal buruk terjadi, seperti mudahnya doktrin dan pemahaman negatif yang akan masuk dan juga kurangnya daya kompetitif di lingkungan global.

Rendahnya minat baca di Indonesia membuat banyak orang mencoba untuk berkontribusi untuk memecahkan masalah ini, dari menggalakan program 10 menit baca setiap hari hingga membuat perpustakaan keliling.

Seperti yang dilakukan oleh seorang mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) yang membuat perpustakaan sepeda. Adalah Yunaz Karaman, Ketua BEM Fakultas Ilmu Budaya UNAIR yang mencoba menyelamatkan minat baca masyarakat dengan caranya sendiri. Sosoknya begitu sederhana dengan sikap yang rendah hati serta murah senyum. Yunaz mendirikan perpustakaan kecil dengan sepeda yang dinamakan Perpus Prasojo sejak tanggal 1 Agustus 2017 lalu. Kata Prasojo ia ambil karena artinya adalah kesederhanaan. Menggunakan sepeda yang dipasangi box kayu berisikan buku, ia berkeliling Surabaya dan akan berhenti dikerumunan orang untuk menawarkan bacaan secara gratis.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Buku yang ada di box kecilnya adalah buku tentang apa saja, mulai dari buku filsafat hingga tabloid ringan, “Dulu awalnya buku yang ada adalah koleksi saya seperti buku filsafat, politik dan majalah National Geographic . Namun kini banyak yang menyumbang novel, tabloid dan lain sebagainya sehingga sekarang banyak bahan bacaan”, ungkapnya. Mahasiswa jurusan Sejarah ini juga melihat segmentasi pembaca, jika banyak anak kecil maka ia akan menawarkan buku-buku dongeng dan tabloid seperti Bobo.

Pada awalnya Yunaz memperkenalkan Perpus Prasojo ini dengan datang ke acara Car Free Day setiap minggunya dan bergabung di komunitas sepeda di Surabaya. Semakin lama ternyata banyak yang memberhentikan sepedanya untuk membaca buku. Ia berpendapat bahwa daya baca anak Indonesia ini perlu sekali untuk ditingkatkan, “menurut saya Indonesia ini tidak kurang minat baca, kita lihat banyak orang yang memakai sosial media untuk membaca, namun yang menjadi masalah adalah daya baca kita terhadap buku yang masih rendah”, kata Yunaz.

Yunaz Karaman (Sumber : Perpus_Prasojo)
info gambar

Awal perjuangan Yunaz dimulai ketika impiannya membantu Indonesia meningkatkan daya baca karena dirinya suka sekali membaca. Niat baik Yunaz didukung penuh oleh orang tuanya dan langsung membeli sepeda Polygon untuk mobilitasnya. Seakan semesta mendukung niat baiknya pula, di Komunitas Sepeda, ia dikenalkan dengan salah satu anggota komunitas yang juga pengrajin kayu di Saladin Art bernama Ichsan dan dibuatkan kotak kayu kecil yang dipasang di belakang sepedanya untuk wadah buku Perpus Prasojo.

Pria kelahiran 24 April 1997 ini kemudian sering berkumpul dengan komunitas sekaligus bersepeda mempromosikan perpustakaannya. Pengalaman lucu yang pernah ia dapatkan adalah ketika ia diberhentikan di jalan oleh orang yang ingin membaca bukunya dan menunggu lama, “waktu itu pernah nunggu lama sekitar 2-3 jam karena orang yang membaca sepertinya menghayati buku yang dia baca dari Perpus Prasojo, sampai ngantuk saya namun bahagia karena ternyata masih banyak orang yang mau membaca”.

Membaca buku dari Perpustakaan Prasojo (Sumber : Perpustakaan Prasojo)
info gambar

Mahasiswa jurusan Sejarah angkatan 2015 UNAIR ini mengaku sangat senang ketika ada yang menyumbangkan buku kepadanya sehingga koleksi buku untuk Perpus Prasojo bertambah banyak. Dirinya ingin memajukan budaya literasi di Indonesia sehingga Indonesia bisa menjadi negara maju karena sumber daya manusia nya berkualitas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini