Perayaan Kata-kata Pada Ubud Writers & Readers Festival

Perayaan Kata-kata Pada Ubud Writers & Readers Festival
info gambar utama

Maestro puisi Sapardi Djoko Damono menerima penghargaan prestasi seumur hidup pada pembukaan Ubud Writers & Readers Festival ke-15 di Ubud Royal Palace di Ubud, Bali, pada hari Rabu (24/10) lalu.

Sapardi, yang telah menerbitkan 50 buku, menerima penghargaan dari pendiri Ubud Writers & Readers Festival, Janet DeNeefe dan pendiri Yayasan Mudra Swari Saraswati, Ketut Suardana.

Sapardi Djoko Damono (tengah) menerima penghargaan prestasi seumur hidup pada pembukaan Ubud Writers & Readers Festival di Ubud Royal Palace, Bali, pada hari Rabu (24/10). (Foto JG / Lisa Siregar)
Sapardi Djoko Damono (tengah) menerima penghargaan prestasi seumur hidup pada pembukaan Ubud Writers & Readers Festival di Ubud Royal Palace, Bali, pada hari Rabu (24/10) | Foto: Lisa Siregar / Jakarta Globe

Penyair legendaris menggunakan kesempatan tersebut untuk berterima kasih kepada para pembacanya, penerbit dan editor di Gramedia Pustaka Utama.

"Saya ingin berterima kasih kepada pembaca dan penerbit saya. Saya percaya selalu ada hubungan antara pembaca, penerbit dan penulis. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada editor saya, Mirna Yulistiani, yang membantu saya memilih judul yang tepat untuk karya saya, termasuk 'Yang Fana Adalah Waktu'" katanya.

Penulis berusia 78 tahun itu juga mengumumkan akan merilis dua buku baru pada akhir tahun ini.

Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa. Karya yang paling terkenal ialah karya berjudul "Aku Ingin", sebuah karya klasik yang dikagumi banyak orang dimana bagian-bagian dari karya tersebut sering dikutip dalam undangan pernikahan.

"Hujan Bulan Juni" bahkan telah diadaptasi menjadi sebuah film.

Pengunjung Ubud Writers and Readers Festival 2018 | Sumber: IDN Times
info gambar

Puisinya juga menginspirasi banyak musisi, seperti Reda Gaudiamo dan Ari Malibu untuk menciptakan versi musik dari karyanya.

Mantan menteri luar negeri Marty Natalegawa menyebut Ubud Writers & Readers Festival sebagai "perayaan kata-kata," dan menegaskan pentingnya mengekspresikan emosi manusia dan bercerita melalui pidato pembukaannya di Istana.

"Selama 30 tahun saya berada di dunia diplomasi, kata adalah elemen kunci [...]. Festival sejenis ini penting untuk mendefinisikan diri kita sendiri, untuk membiarkan kita berbicara tentang keinginan dan harapan kita dari hati ke hati, dan semoga, menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang satu sama lain," katanya.

Tema untuk Ubud Writers & Readers Festival tahun ini adalah "Jagadhita: The World We Create." Hal ini didasarkan pada filosofi Bali yang menganjurkan upaya individu untuk mencapai keselarasan dan kemakmuran.

I Gde Pitana dari Kementerian Pariwisata mengatakan festival tahun ini akan sangat membantu dalam memulihkan industri pariwisata Bali setelah letusan Gunung Agung pada bulan Juni lalu.

Banyak penulis, seniman, dan politisi Indonesia yang terkenal, seperti Sapardi, Marty, Butet Manurung, Djenar Maesa Ayu, Armand Avianti, Yenny Wahid, Garin Nugroho, dan Menteri Perikanan Susi Pudjiastuti, akan menghadiri festival ini sebagai panelis. The Ubud Writers & Readers Festival berlangsung hingga Minggu, 28 Oktober.


Sumber: Jakarta Globe

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini