Babak Baru Persaingan Go-Jek dan Grab di Singapura

Babak Baru Persaingan Go-Jek dan Grab di Singapura
info gambar utama

Dua penyedia jasa layanan transportasi daring, Go-Jek dan Grab, akan segera memasuki babak persaingan baru. Setelah Grab yang merambah pasar Indonesia, kali ini Go-Jek yang akan bertandang ke Singapura “menantang” Grab.

Singapura menjadi tujuan Go-Jek berikutnya untuk mendirikan cabang, setelah membuka layanan serupa di Vietnam dan Thailand. Keputusan ini termasuk dalam rangkaian rencana Go-Jek yang menginvestasikan dana USD 500 juta untuk pengembangan di kawasan Asia Tenggara.

Dilansir dari The Jakarta Post, Kamis kemarin (29/11) Go-Jek baru melakukan uji coba (trial) layanan taksi online di Singapura. Aplikasinya masih berupa beta, dan baru bisa dipakai segelintir orang serta hanya bisa melayani beberapa rute.

Ke depannya pelayanan penuh akan segera diterapkan, yang bukan tidak mungkin dapat menyamai jumlah layanan di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, selain ojek dan taksi sebagai layanan utama, Go-Jek juga menyediakan beragam layanan lainnya seperti pijat, belanja, sampai pembelian pulsa.

“Hari ini adalah sejarah karena kami (Go-Jek) akhirnya bisa membuka cabang di Singapura. Kami sangat antusias,” ucap presiden Go-Jek, Andre Soelistyo, dikutip dari The Jakarta Post.

Di Singapura, Go-Jek menggandeng DBS yang merupakan bank terbesar di negara tersebut untuk menjadi partner, bersanding dengan investor raksasa lainnya seperti Google, Temasek, dan Tencent.

Masuknya Go-Jek di Singapura akan membuat Grab memiliki lawan sepadan di dunia transportasi daring. Sebagai perusahaan dalam negeri di Singapura, Grab sangat mendominasi di sana bahkan sampai membuat Uber yang perkasa di Amerika Serikat, tak berkutik.

Uber yang sempat membuka layanan di Singapura tak kuasa menahan persaingan dengan Grab, sehingga memutuskan untuk merger dengan timbal balik Uber memiliki 27,5% saham di Grab.

Layanan transportasi daring telah menjadi kebutuhan utama sebagian masyaralkat saat ini. Google dan Temasek pun memprediksi, di tahun 2025 nanti total transaksi di sektor ini bisa menembus angka USD 20 miliar dalam setahun.


Sumber: The Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini