Merayakan Kewargaan, 6th Urban Social Forum Digelar di Solo

Merayakan Kewargaan, 6th Urban Social Forum Digelar di Solo
info gambar utama

Yayasan Kota Kita, organisasi nirlaba yang bergerak di bidang partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan kota, menyelenggarakan The 6th Urban Social Forum (USF 6) pada tanggal 15-16 Desember 2018 di Solo.

Penyelenggaraan The 6th Urban Social Forum (USF 6) bertujuan untuk membuka ruang inklusif bagi semua pihak baik itu masyarakat umum, penggerak sosial, universitas dan organisasi masyarakat sipil dari seluruh Indonesia untuk berbagi gagasan dan pengalaman, dan untuk saling terhubung antar inisiatif dari berbagai kota di Indonesia.

Urban Social Forum berharap dapat meningkatkan kesadaran dan akses informasi untuk seluruh elemen masyarakat dalam mencari jawaban bersama tentang strategi pembangunan kota yang lebih inklusif.

Mengusung slogan “Another City is Possible!”, USF 6 meyakini bahwa kota Indonesia yang diidam-idamkan, kota yang lebih manusiawi, adalah mungkin.

Urban Social Forum ke-6. Foto: Yayasan Kota Kita
info gambar

“Urban Social Forum ke-6 mempertanyakan “bagaimana strategi yang lebih baik membangun kesadaran kewargaan dan melanggengkan peran warga yang secaraaktif merencanakan, membangun, dan mengelola kota kita?” kata Ahmad Rifai, Direktur Kota Kita, Ketua Penyelenggara Urban Social Forum.

“Pertanyaan ini didasari sebuah kesadaran bahwa pada esensinya kehidupan kota dibentuk oleh, dan terdiri dari relasi, inisiatif, dan praktik kewargaan masyarakat yang tinggal di kota. Sebuah praktik yang sudah seharusnya dilanggengkan sebagai komplemen dan alternative dari fokus pembangunan fisik semata” lanjut Rifai.

Lewat pleno pembuka, diskusi, serta rangkaian acara, USF 6 bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang inisiatif dan ekspresi kewargaan yang seringkali tidak terlihat di permukaan, tetapi bergerak secara aktif dan memberikan energi untuk kota.

Agenda hari pertama Urban Social Forum ke-6. Foto: Yayasan Kota Kita
info gambar

Berbagai diskusi di USF 6 merespon keberagaman sebagai potensi dan tantangan hidup berkota di Indonesia, termasuk segala dinamika yang berkaitan dengan pembangunan fisik, pembangunan sosial dan manusia, informalitas, penanganan sampah, mobilitas, hingga bagaimana memaknai toleransi dan perbedaan di ruang kota, serta peran media sebagai perantara.

Urban Social Forum 6 akan diselenggarakan tanggal 15-16 Desember di Kota Solo. Sekitar 800 peserta dari Indonesia diperkiraan hadir, termasuk perwakilan dari organisasi masyarakat sipil, komunitas dan inisiatif akar rumput, pegawai pemerintah, akademisi, mahasiswa, dan warga Solo dan sekitarnya.

Para organisasi masyarakat sipil yang bergabung mengorganisir diskusi dan lokakarya termasuk, Saya Perempuan Anti Korupsi (inisiasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi), ITDP (Institute of Transportation and Development Policy, lembaga advokasi kebijakan pembangunan transportasi global), Kopernik (lembaga nirlaba untuk inovasi pengurangan kemiskinan), 100 Resilient Cities (100 Kota Tangguh, Semarang, Jakarta), Arsitek Komunitas (ARKOM Jogja).

Agenda hari kedua Urban Social Forum ke-6. Foto: Yayasan Kota Kita
info gambar

Selain itu, diundang pula organisasi-organisasi nasional dan komunitas di Kota Solo. Komunitas-komunitas tersebut adalah organisasi sosial dan seni kreatif, Sahabat Kapas, Solo Bersimfoni, Rumah Banjarsari, Muara Market, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia, Kembang Gula, dan lain-lain.

Metode pengorganisiran panel secara sukarela dan kolektif adalah gambaran dari model kolaborasi dan ruang aktivisme perkotaan yang diinginkan; sebuah ruang inklusif dan saling tolong-menolong, serta lintas sektor. Bersama, masyarakat sipil akan lebih kuat untuk bekerja untuk perubahan menuju kota-kota Indonesia yang lebih baik.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Indah Gilang Pusparani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Indah Gilang Pusparani.

Terima kasih telah membaca sampai di sini