Meracik Rumus Masa Depan di Luar Aspek Pendidikan

Meracik Rumus Masa Depan di Luar Aspek Pendidikan
info gambar utama

Saat ini, sebagian besar sekolah baik negeri maupun swasta dengan masing-masing jenjangnya, hanya memperdulikan atau melihat kualitas pendidikan seseorang dari kemampuan akademiknya saja. Terlebih lagi kebanyakan dari para guru kurang memperhatikan kemampuan non-akademis siswa.

Padahal sebenarnnya, jika kedua hal tersebut diterapkan dengan seimbang akan berpengaruh pada cara siswa untuk menghadapi permasalahan sehari-hari.

Banyak sekali yang hanya peduli dengan pendidikan sekolah, terutama yang berkaitan dengan pelajaran pokok sekolah. Bahkan sebenarnya hal-hal ini tidak kalah penting misalnya berbaur dengan masyarakat, berorganisasi dan melakukan kegiatan ekstrakulikuler, dan lainnya menjadi semacam hal yang dibelenggu.

Melihat permasalahan tersebut, tentunya banyak berpengaruh dengan kondisi masa depan siswa. Mungkin hal ini tidak akan bermasalah jika kita melihatnya dari sudut pandang untuk janga waktu pendek. Namun untuk jangan waktu yang panjang hal ini akan sangat berpengaruh.

Misalnya saja kemampuan siswa untuk mengenal masyarakat. Kemampuan siswa untuk mencari pengalaman yang sebanyak-banyaknya akan sangat terganggu dengan adanya pembelajaran non-akademik yang kurang diperhatikan.

Kebergantungan hal itu sebenarnya akan memudar jika individu sendiri memiliki keinginan untuk belajar banyak hal selagi masih bisa dan masih muda. Tidak hanya mengunci diri dari pelajaran pokok di sekolah atau aspek akademis saja. Namun membuat siswa memiliki keinginan itulah yang kini akan menjadi permasalahan selanjutnya.

Mahatma Gandhi, pernah mengatakan bahwa masa depan kita adalah bergantung dengan apa yang kita lakukan saat ini. Itu menjadi acuan yang mendasar bagi kita. Bahwa sebenarnya apa yang kita lakukan saat ini yang bahkan mungkin menjadi kebiasaan itu akan terbentuk menjadi sebuah sikap yang menentukan masa depan kita sendiri.

Jika saat ini saja kita tidak pernah mempunyai keinginan untuk memiliki kemampuan dan pengalaman yang beragam, lantas bagaimana kita akan menghadapi berbagai permasalahan kehidupan yang semakin beragam pula seiring dengan kedewasaan kita?

Jaminan masa depan yang baik bukan pada takdir ataupun nasib yang membawa kebaikan atau keburukan pada kita, tapi mengenai kemauan. Sebenarnya itu mungkin amat sangat sepele tetapi hal itulah yang mendasari kita untuk memiliki niat sehingga nanti mau melakukan sesuatu.

Masa depan memang tidak pernah didapatkan dengan cara yang instan. Tidak akan pernah pula didapatkan dengan doa saja atau usaha saja. Bagi sebagian orang yang enggan untuk mau berpikir cenderung akan mengharapkan masa depan yang cerah melalui hal-hal yang tidak rasional.

Namun kita sebagai seorang yang memiliki pemikiran rasional akan memilih jalan untuk melakukan usaha yang maksimal guna mencapai masa depan yang cerah.

Kesuksesan masa depan ini juga bergantung pada bagaimana kita menghubungkan berbagai persoalan yang ada. Tidak bisa dimungkiri bahwa remaja adalah masa pencarian jati diri di mana seseorang akan sangat mudah tergoyahkan pendiriannya.

Panji Mulkilah Ahmad dalam esainya di harian kompas beberapa waktu yang lalu mengatakan bahwa formula atau rumus menjadi siswa atau pelajar yang ideal adalah dengan menghubungkan berbagai aspek yaitu Niat+Relasi+Karya+Pergerakan+Akademik+Cinta.

Dengan menyeimbangkan keenam aspek tersebut, meraih masa depan yang ideal dengan rumus yang ideal tidak akan pernah mustahil untuk dicapai seseorang yang sekali lagi, memiliki kemauan yang kuat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini