Banyuwangi Adakan Simulasi Bencana Tsunami

Banyuwangi Adakan Simulasi Bencana Tsunami
info gambar utama

Maraknya bencana tsunami yang menerjang sejumlah wilayah Indonesia belakangan ini membuat segenap warga negara harus siap apabila tsunami datang lagi. Oleh karenanya, simulasi bencana pun dilakukan, untuk melatih kesigapan warga dalam menghadapi bencana alam.

Sabtu (5/1) lalu, di Banyuwangi diadakan simulasi bencana tsunami. Kota ini dipilih karena merupakan satu dari delapan kabupaten di Jawa Timur, yang rawan terkena tsunami. Ketujuh kabupaten lainnya adalah Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, dan Pacitan.

Selain itu, kilas balik tsunami 1994 yang menewaskan lebih dari 300 orang di Banyuwangi juga menjadi alasan tersendiri. Dengan memberi edukasi pada warga, diharapkan tragedi serupa tidak terulang jika tsunami kembali menerjang.

“Kita pilih di sini, terlebih di tempat ini pada tahun 1994 ada tsunami yang merenggut 300 orang. Makanya kita memberikan edukasi kepada warga sekitar sini,” ucap Kapolda Luk Hermawan, dikutip dari Detik.com.

Simulasi menghadapi tsunami ini diselenggarakan berkat kerja sama TNI, BPBD, BMKG, Tim SAR, Tagana, dan PMI. Pantai Mustika Pancer di desa Sumberagung menjadi lokasi yang dipilih untuk melakukan simulasi.

Simulasi dimulai dengan membunyikan Early Warning System (EWS), yang menandakan bahwa masyarakat harus segera bergerak menuju ke tempat aman melalui jalur evakuasi yang telah ditentukan. Penanda bahaya juga dibantu dengan suara kentongan dan pengeras suara dari masjid.

Selanjutnya warga bersama-sama saling membantu demi keselamatan. Sejumlah korban dievakuasi, tak hanya di daratan tapi juga di laut. Berbagai perlengkapan dikeluarkan, seperti mobil ambulans, tandu, dan mendirikan posko bencana serta dapur darurat.

Sekitar 300 personel penanggulangan bencana dari berbagai unsur dilibatkan dalam simulasi ini. “Tim penanggulangan juga dibekali pemahaman mengenai penanganan korban bencana, hingga meminimalisir resiko akibat bencana tersebut,” ujar Danrem melalui siaran pers yang diterima GNFI.

“Jadi, simulasi ini sekaligus menguji protap yang sudah diberlakukan sehingga dipahami oleh personel yang terlibat dan tentunya masyarakat yang tinggal didaerah bencana,” imbuhnya.

Sementara itu bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, menambahkan bahwa alat-alat yang digunakan saat ini akan terus diperbaiki ke depannya. Sebab yang terpenting adalah melatih kepekaan warga saat terjadi bencana.

“Alat itu hanya bantuan, kita semua ini punya sensor masing-masing tanda-tanda alam. Seperti tanda alam ada hewan turun atau gempa. Kalau ada EWS (Early Warning System) hanya bantuan, secara bertahap EWS kita akan perbaiki. Ke depan kita akan perbaiki jalur evakuasi dan sarana lain. Tapi yang terpenting adalah melatih kepekaan warga terhadap bencana,” ujarnya pada Detik.com.


Sumber: Siaran pers Pendam V Brawijaya, Detik.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini