Indonesia Kehilangan Seorang Legenda Musisi Nasionalis, Yon Koeswoyo

Indonesia Kehilangan Seorang Legenda Musisi Nasionalis, Yon Koeswoyo
info gambar utama
Salah satu personel Koes Plus, Yon Koeswoyo meninggal dunia Jumat (5/1/2018). sekitar pukul 03.00 WIB di kediamannya di jalan Salak, Pamulang, Tangerang Selatan. Para penggemarnya yang tergolong bukan generasi kids zaman now tentu merasa kehilangan sampai-sampai penggemar beratnya di Yogyakarta langsung menyelenggarakan acara untuk menghormati artis senior ini, bertajuk Tribute to Yon Koeswoyo tanggal 5 Januari 2018 lalu.

Yon Koeswoyo seperti Paul McCartney di grup The Beatles, sangat piawai mengarang lagu dan sekaligus menyanyikannya. Bersama dengan saudara-saudaranya membentuk grup band Koes Bersaudara tahun 1960 an; dan memiliki komitmen tinggi untuk menciptakan lagu sendiri di saat para penyanyi era tahun itu banyak yang menyanyikan lagu ciptaan orang lain.

Pada era tahun 1960 an itu dunia digucang dengan munculnya grup band the Beatles dari Inggris yang mengubah musik mainstream di dunia, dengan rambut gondrongnya, berjingkrak-jingkrak bilamana menyanyi di panggung- sangat berpengaruh pada Koes Bersaudara dan karena itulah para penyanyi bersaudara ini ditangkap dan dipenjara oleh KOTI atau Komando Operasi Tertinggi bentukan presiden Soekarno yang tidak suka dengan musik-musik barat yang tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia.

Maklum, waktu itu presiden Soekarno sedang gencar-gencarnya melawan imperialisme dan kapitalisme barat yang terkenal dengan ujarannya “Inggris kita linggis, Amerika kita Seterika”. Dan lagu-lagu Koes Bersaudara itu dianggap kebarat-baratan.

Saya waktu kecil tahun 1960-an itu merasakan suasana anti barat, misalnya setiap malam di Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya saya menyaksikan personel DP (Dinas Provos) Angkatan Laut menghentikan anak-anak muda yang kedapatan gondrong rambutnya, memakai celana ketat seperti Beatles di potong rambut dan celananya di depan umum.

(Foto: dok. pribadi)
info gambar

Namun saya ketika sempat berbicara satu meja dengan almarhum Yon Koeswoyo tahun lalu (2017) sebelum manggung di acara pertemuan alumni Fakultas Hukum Unair, almarhum menjelaskan hikmah di balik penangkapan dan pemenjaraan Koes Bersaudara oleh pemerintah Bung Karno, yaitu “Bung Karno mengajari kami nasionalisme yang tinggi, Bung Karno tidak benci kami, beliau sayang kami, dan kami menyadari nasionalisme bangsa itu segala-galanya bagi bangsa ini”.

Saya ingat waktu itu tubuh mas Yon sudah kurus, sepertinya sudah sakit, namun bicaranya meledak dengan nada tinggi ketika mengucapkan kalimat “Nasionalisme”.

Koes Bersaudara yang bubar karena ada anggotanya yang keluar dan di ganti Murry seorang drummer asal Surabaya, berganti nama menjadi Koes Plus, dan para penggemarnya semakin bertambah seiring kepiawaian mereka dalam bermusik.

Lagu-lagu Koes Plus yang berlirik sederhana, komunikatif, dan melodius membuat orang awam pun dapat menikmati musik mereka. Selain itu, lirik lagu mereka mudah dinyanyikan dengan chord gitar nan gampang dimainkan sehingga pemusik pemula pun dapat memainkannya.

Tidak dapat dipungkiri, sejak tahun 1960-an hingga awal 1990-an, Koes Plus masih menancapkan tajinya di industri musik Indonesia. Bagaimana pun harus diakui, suatu prestasi nan hebat bagi sebuah grup musik, ketika Koes Plus sukses merilis sekitar 20 album di tahun 1974 dengan berbagai tema, corak, warna, dan gaya. Itu belum termasuk kreativitas Koes Plus mengiringi penyanyi lain, juga rekaman versi bahasa Indonesia buat album-album Koes Plus Pop Jawa.

Almarhum Yon Koeswoyo sampai sebelum meninggal dunia- bersama dengan anak-anaknya , masih menunjukkan komitmen nya yang tinggi untuk melestarikan lagu-lagu Koes Bersaudara, dan Koes plus. Dan kepiawaiannya menyanyikan lagu-lagu ciptaannya sendiri membuat orang-orang yang bukan "zaman now" itu seakan lupa dengan usianya yang rata-rata 60 an ke atas, bernyanyi dan berjingkrak-jingkrak ketika ikut menyanyikan lagu-lagu lawas Koes Bersaudara maupun Koes Plus.

Hal ini bisa dilihat misalnya di acara reuni SMA maupun Perguruan Tinggi di mana para alumni sepuh-sepuh yang masih ingin bertemu pacar lama (yang giginya sudah banyak yang tanggal) atau teman-teman lamanya, berteriak-teriak kegirangan manakala ikut Yon Koeswoyo menyanyikan lagu-lagu lama.

Koes Bersaudara asal Tuban, Jawa Timur, ini yang terdiri dari Koesdjono (John Koeswojo), Koestono (Tonny Koeswojo), Koesnomo (Nomo Koeswojo), Koesjon (Yon Koeswojo) dan Koesrojo (Yok Koeswojo) – ditambah Murry pendatang baru itu memang hebat apapun yang di ciptakannya pada zamannya selalu hits. Mereka adalah musisi legendaris yang pernah di punyai negeri ini –hebat dalam karya kreativitas maupun produktivitasnya dan menjadi pelopor nge-band di Indonesia.

Dari kelima bersaudara itu, Tony Koeswoyo mendahului meninggal pada tahun 1987, dan mas Yon menyusulnya wafat pada tanggal 5 Januari 2018 lalu di usia 77 tahun karena penyakit yang dideritanya. Murry arek Surabaya- satu-satunya personel yang bukan bagian keluarga Koeswoyo meninggal dunia pada 1 Februari 2014.

Selamat jalan, Mas Yon.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

AH
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini