Perjalanan Industri Alas Kaki Indonesia

Perjalanan Industri Alas Kaki Indonesia
info gambar utama

Meskipun industri ekspor sepatu tanah air sempat turun pada bulan September 2018 lalu, Industri sepatu tanah air dikenal memiliki orientasi pasar ekspor. Di tengah penguatan kurs dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah, hal tersebut membawa keberuntungan bagi pemain sepatu kecil seperti Industri Kecil Menengah (IKM) yang mengandalkan bahan lokal, misalnya kulit, mereka tentu berkemungkinan meraih untung. Hanya saja, kata Eddy Widjanarko, Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), secara nilai segmen tersebut masih kecil dibawah 10% dari total ekspor sepatu Indonesia.

Jika melihat perkembangan ekspor alas kaki Indonesia dari tahun 2017 lalu mencapai angka 4,526 miliar euro atau naik 7.96% tahunan. Pada tahun 2015 Indonesia berada di angka 4,060 miliar euro, meningkat menjadi 4.192 euro di tahun 2016.

Dengan nilai ekspor seperti tersebut di atas, Industri Alas Kaki Indonesia menyumbang 1.35% PDB industri pengolahan.

Saat ini Indonesia berada di urutan keenam sebagai negara eksportir alas kaki terbesar di dunia setelah Tiongkok, Vietnam, Italia, Jerman, dan Belgia. Kemudian menyusul Indonesia adalah Perancis, Belanda Hong Kong, dan Spanyol yang menggenapi jajaran 10 besar eksportir alas kaki di dunia.

Seorang pelaku industri alas kaki di Indonesia | Sumber: hargapemasaran
info gambar

Hal tersebut tidak lepas dari sumbangsih Kemenperin RI, Pemprov Jatim, Pemkab Sidoarjo, dan Aprisindo atas inisiatifnya untuk mendirikan lembaga khusus persepatuan yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pelatihan, konsultasi teknis dan desain, serta pengujian alas kaki.

Di bawah naungan ini lah para pengusaha industri alas kaki di Indonesia mengembangkan industrinya hingga mencapai pencapaian tersebut bahkan menduduki posisi ke-4 perihal produsen alas kaki terbesar di dunia setelah Tiongkok, India, dan Vietnam.

Inisiatif yang dihadirkan oleh Kemenperin RI, Pemprov Jatim, Pemkab Sidoarjo, dan Aprisindo tersebut kemudian lahir di tahun 2003 dibawah kerjasama dengan pemerintah Italia dengan nama Indonesian Footwear Service Centre (IFSC) hingga kemudian pada tahun 2008 berganti menjadi Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) hingga sekarang.

Industri alas kaki Indonesia | Sumber: Sinar Pagi News
info gambar

Di bawah BPIPI inilah industri alas kaki Indonesia dilatih dan dididik serta diberikan layanan konsultasi, bahkan pengujian hingga memiliki kualitas yang mencapai standard.

Hal ini dapat dicapai berkat inisiatif dari Kemenperin RI, Pemprov Jatim, Pemkab Sidoarjo, dan Aprisindo (Asosiasi Persepatuan Indonesia) untuk mendirikan lembaga khusus persepatuan yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pelatihan, konsultasi teknis dan desain, serta pengujian alas kaki. Pada tahun 2003 inisiatif tersebut lahir dibawah kerjasama dengan pemerintah Italia dengan nama Indonesian Footwear Service Centre (IFSC) hingga kemudian pada tahun 2008 berganti menjadi Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI). Di bawah BPIPI inilah industri alas kaki Indonesia dilatih dan dididik serta diberikan layanan konsultasi, bahkan pengujian hingga memiliki kualitas yang mencapai standard.


Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini