Melissa Sunjaya Mendukung Serigrafi Melalui Pameran

Melissa Sunjaya Mendukung Serigrafi Melalui Pameran
info gambar utama

Serigrafi adalah metode yang digunakan untuk menciptakan gambar dengan cara meresapkan tinta ke dalam kain atau kertas melalui screen (kain gasa), yang dikenal juga sebagai cetak saring atau cetak sutra. Di Indonesia, metode ini lebih dikenal dengan nama sablon.

Meski metode tersebut telah digunakan oleh seniman terkenal seperti Andy Warhol dan Banksy, seniman serigrafi dan entreprenur Melissa Sunjaya yakin bahwa metode sablon masih dipandang sebelah mata di Indonesia.

Seorang pengunjung berdiri di depan salah satu karya seni Melissa Sunjaya dalam pameran tunggalnya ‘Serigraphy’ pada hari Jumat, 8 Februari, di Artotel Thamrin di Jakarta Pusat. (JP / Ni Nyoman Wira)
info gambar

"Masyarakat umum mengaitkan sablon dengan pekerjaan yang kotor, dibayar rendah dan promosi yang murah," kata Melissa di konferensi pers Pameran solo Serigraphy pada Jumat 8 Februari di Artotel Thamrin Jakarta Pusat.

Ketika pertama kali Saya memulai (belajar serigrafi), Saya terkejut karena sumber daya lokal justru banyak diremehkan. Bagi Saya serigrafi ini terbalik persepsinya di negara kita."

Melalui pameran solo serigrafi, perancang dan pendiri brand Tulisan ini berharap bisa mendobrak stigma yang ada pada metode tersebut. Dibuka mulai dari 8 pebruari sampai 25 Maret, pameran ini menampilkan 19 karya Melisa berdasarkan sketsa yang ia buat pada 2010, beberapa diantaranya disertai dengan narasi dari para seniman tentang serigrafi.

Ia menambahkan, beberapa karyanya telah diubah menjadi beberapa bentuk tas dibawah brand Tulisan dan juga tersedia untuk pembelian online.

Melissa berbagi banyak cerita tentang menggunakan metode serigrafi, terutama dalam memilih tinta. “Sebagian besar distributor sablon menyarankan tinta plastisol karena warna-warnanya sangat cerah dan harganya yang lebih terjangkau,” kata Melissa, yang pernah mengalami batuk berdarah ketika ia menggunakan tinta plastisol.

Melissa kemudian menyadari bahwa plastisol mengandung polyvinyl chloride (PVC) yang dilarang penggunaanya di Eropa karena bisa menyebabkan kanker dan limbahnya tidak bisa di daur ulang.

Ia pun memilih tinta air, meskipun warnanya tidak secerah dan hargaya yang juga lebih mahal dari tinta plastisol. “Tinta ini lebih aman lingkungan, tidak beracun, dan dapat didaur ulang. Limbahnya harus melalui proses lima langkah penyaringan, jadi tidak akan menyebabkan kontaminasi, " katanya.

Melissa Sunjaya setelah konferensi pers untuk pameran tunggalnya ‘Serigraphy’ pada hari Jumat, 8 Februari 2019 di Artotel Thamrin di Jakarta Pusat. (JP / Ni Nyoman Wira)
info gambar

Tantangan lain dalam penciptaan karyanya adalah keputusan untuk menggunakan kanvas organik yang tidak dikelantang, yang menghasilkan warna lebih gelap bila dikombinasikan dengan tinta berbasis air. Dia mengatakan metode ini membutuhkan pemahaman menyeluruh tentang teknik warna.

Melissa telah bergelut dengan dunia serigrafi selama 10 tahun. Ia pertama kali mempelajari tentang proses karya cetak di Art Center College of Design di California, Amerika serikat, di bawah bimbingan Ahli karya cetak Anthony “Tony” Zepeda.

Pada saat kunjungannya ke Pasar Senen, Jakarta Pusat, Melissa tertarik dengan kios sablon yang menurutnya masih sangat dianggap rendah. "Harga selembar sablon masih lebih murah daripada digital printing. Hal seperti ini tidak terjadi di Negara lain," ujar Melissa.

Sering dilabeli sebagai penulis esai visual, Melissa bertujuan untuk merevitalisasi berbagai aspek serigrafi, terutama di Indonesia. Beberapa aspek yang telah dia terapkan adalah UMR (upah minimum provinsi) untuk para pekerjanya dan penggunaan bahan-bahan yag aman lingkungan.

Dia juga ingin mengadakan lokakarya untuk para seniman Indonesia yang ingin bereksperimen dengan serigrafi, sekaligus membuat mereka lebih percaya diri tentang potensi mereka dalam seni. “Tantangan terbesar adalah menunjukkan kepada penduduk setempat betapa bagusnya seni ini,” kata Melissa.


Sumber: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KA
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini