Saya dan Menulis

Saya dan Menulis
info gambar utama

Bila harus mengisi hobi pada kolom biodata, biasanya saya akan mengisinya dengan hobi membaca dan menulis.

Membaca sudah senang saya lakukan sejak sebelum SD, karena waktu itu banyak buku dan majalah yang dibaca oleh kakak-kakak saya. Orangt ua saya, terutama papa juga sangat supported untuk masalah buku.

Setiap bulan pasti ada anggaran untuk membeli buku cerita buat anak-anaknya. Selain membeli buku, kami juga berlangganan majalah anak-anak dan remaja.

Karena sering membaca banyak cerita di berbagai majalah dan buku, muncul keinginan untuk menulis cerita saat tiba-tiba ada ide melintas. Saat SD dan SMP, saya hanya menulis penggalan-penggalan cerita tidak jelas yang seringnya tidak sampai tamat.

Saat SMA saya berkenalan dengan sebuah majalah yang isinya lebih banyak cerpen remaja, namanya majalah Anita Cemerlang. Di dalam majalah itu terdapat cerita-cerita tentang kisah cinta dan cita-cita remaja seumuran saya.

Sebagai remaja normal, saya suka cerita-cerita semacam itu. Lalu ketika mulai menyukai lawan jenis, saya mulai menulis cerpen remaja dan menuntaskannya sampai tamat. Belum sampai sepuluh cerita yang saya kirimkan, naskah cerpen saya sudah ada yang dimuat.

Wow, senang sekali rasanya membaca naskah cerita yang kita tulis sendiri di sebuah majalah kesayangan, lengkap dengan ilustrasi. Cerpennya saya baca berulang-ulang sampai nyaris hafal.

Yang lebih menyenangkan lagi ketika beberapa hari kemudian sepucuk wesel datang ke alamat rumah saya. Ya, saya dapat honor yang pertama dari menulis! Honornya waktu itu lima puluh ribu rupiah. Pada tahun 1992 uang sejumlah itu sangat besar artinya untuk gadis remaja kelas 2 SMA seperti saya.

Saya kemudian terus menulis di majalah Anita Cemerlang. Sebagian dimuat, sebagian ditolak. Tak masalah buat saya. Menulis merupakan hobi yang mengasyikkan, hingga tiba saatnya pada tahun 1999 saya harus bekerja di sebuah instansi pemerintah.

Qodarullah, saya ditempatkan di sebuah lembaga penelitian sebagai seorang calon peneliti waktu itu. Menjadi seorang peneliti menuntut saya untuk terus menulis namun dengan genre yang berbeda.

Saya beralih menulis naskah-naskah ilmiah dalam jurnal-jurnal ilmiah. Mungkin dipikir gampang, karena saya sudah terbiasa menulis? Namun kenyataannya susah mengubah gaya menulis saya yang biasanya penuh kalimat bersayap, menjadi gaya nulis ilmiah yang berdasarkan fakta, bermakna denotatif dan tidak boleh multiinterpretatif.

Pelan-pelan saya meninggalkan hobi menulis fiksi dan fokus pada pekerjaan. Selain bekerja, kemudian saya berumahtangga dan memiliki anak-anak. Menulis fiksi rasanya semakin tak ada waktu lagi. Hobi tenggelam di antara berbagai kesibukan.

Namun benar kata orang. Kalau sudah cinta, selalu ada jalan. Kecintaan saya pada dunia menulis, kembali membara ketika pada tahun 2010 saya ditugaskan oleh kantor untuk kembali bersekolah di jenjang yang lebih tinggi.

Saya mendapatkan beasiswa di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sambil menyiapkan semua berkas dan barang-barang, terbesit dalam benak saya tentang Yogya yang merupakan gudang buku, gudang penulis, dan juga gudang penerbit.

Selain berkas untuk urusan kuliah, saya juga mengangkut majalah-majalah lama yang berisi cerpen-cerpen saya. Rencananya saya akan membukukan cerpen-cerpen saya itu di sebuah penerbit di Yogyakarta. Entah penerbit apa, waktu itu belum kepikiran.

Setelah tiba di Yogyakarta, saya mulai kuliah dan di saat-saat penat, saya kembali menulis cerpen.

Qodarullah melalui laman Facebook, saya terhubung dengan banyak penulis-penulis yang dulu namanya hanya saya kenal di dalam majalah. Saya juga ikut berbagai komunitas penulis, salah satunya IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) dan bersama beberapa teman, saya merintis IIDN cabang Yogyakarta.

Saya sempat menjabat sebagai sekretaris dan bendahara di IIDN Yogyakarta. Bersama dengan IIDN saya belajar menulis banyak hal dan dua tulisan saya juga sempat dimuat dalam buku antologi Storycake yang berisi kisah-kisah inspiratif.

Sekarang saya sudah kembali ke kota asal saya yaitu Makassar dan sudah lulus kuliah. Saya kembali bekerja sebagai peneliti, namun saya juga tak akan melepas lagi hobi yang saya cintai.

Saya masih menulis cerpen di sela-sela kesibukan saya sebagai peneliti dan sebagai ibu tiga orang anak yang beranjak besar. Saya akan terus menulis, karena menulis membuat saya merasa bahagia.

Semoga mereka yang membaca tulisan saya, juga dapat merasakan kebahagiaan dari kalimat-kalimat yang saya rangkai.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IN
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini