Anak Muda Indonesia Dalam Video Dokumenter BBC

Anak Muda Indonesia Dalam Video Dokumenter BBC
info gambar utama

Berbicara mengenai kepedulian lingkungan, agaknya sekarang ini sedang sangat digalakkan. Teringat kita pada gerakan Greta Ernman Thurnbeg, anak usia 16 tahun asal Swedia yang secara konsisten melakukan protes kepada elit politik untuk peduli terhadap alam dan mampu menginspirasi banyak orang di dunia.

Sama seperti semangat Greta, di Indonesia, anak bangsa bernama Agustin Capriati baru-baru ini diliput oleh media BBC asal Inggris tentang video dokumenter prediksi konsidi terumbu karang terhadap perubahan iklim di di Raja Ampat yang dikemas dengan judul “Equator From The Air”.

Dalam projek ini, pihak BBC, Gordon Buchanan bersama dengan marine biologist dari Wageningen University and Research, Christiaan de Leeuw dan Agustin yang juga alumni Wageningen University(WUR), mengeksplorasi Raja Ampat dengan menggunakan teknologi drone untuk menemukan/spotting danau laut dan menggunakannya sebagai salah satu alat untuk memprediksi dampak perubahan iklim terhadap terumbu karang yang mana air laut menjadi semakin hangat terhadap lingkungan terumbu karang.

Raja Ampat yang terletak di pusat segitiga terumbu karang memiliki jenis biota laut dan terumbu karang terbanyak serta terindah di dunia, akan tetapi keindahan terumbu karang laut Raja Ampat juga terancam dengan perubahan iklim yang mampu memberi dampak buruk.

Wanita asal Sekayu, Sumatera Selata ini memang telah cukup lama pedul terhadap lingkungan, terutama tentang biota laut. Ia bercerita kepada GNFI bagaimana ia sudah tertarik tentang biota laut.

Dari kecil saya memang suka tentang hewan-hewan dan suka nonton film-film dokumenter seperti film NatGeo, lalu waktu kuliah juga ambil jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan di Universitas Brawijaya yang membuka wawasan dan menambah ketertarikannya terhadap spesies laut,” ungkapnya.

Anak berusia 27 tahun ini merupakan anak bangsa yang cerdas, dalam perjalanan hidupnya, setelah lulus S1 dari Universitas Brawijaya, Malang, ia mendapatkan beasiswa Stuned untuk berkuliah di Wageningen University and Reasearch (WUR). Pada tahun pada tahun 2015 jurusan Marine Resource and Ecology, di bawah Marine Animal Ecology Group dan sempat mendapatkan bantuan penelitian dari National Geographic untuk meneliti jellyfish lake di Misool, Raja Ampat bersama dosen pembimbingnya Leontine E. Becking.

Dalam perjalanannya meneliti, ia memiliki kesadaran bahwa laut memiliki peran bagi banyak kehidupan . terkait penelitiannya di Raja Ampat, menurutnya Indonesia termasuk salah satu yang memilki jellyfish lake paling banyak di dunia.

Dalam laman National Geographic, ia disebut sebagai konservasionis muda yang sudah bekerja pada isu-isu kelautan seperti di Jawa Timur sejak 2011. Selama di Wageningen University, ia juga aktif sebagai anggota komite untuk department Aquaculture and Marine Resources Management dan kini i Agustin juga bekerja di Coral Triangle Center.

Agustin Capriati di NatGeo Website
info gambar

Sebagai peneliti muda yang peduli terhadap alam Indonesia ia berharap peneliti-peneliti Indonesia dapat mengeksplorasi tempat-tempat yang belum terjamah.

“Harapannya agar spesies-spesies di Indonesia dapat lestari Masih banyak daerah yg belum di jelajahi, kemungkinan banyak spesies yg belum ditemui juga besar. Selain itu agar tindakan eksploitasi atau pola pemanfaatan dapati diatur agar tetap berkelanjutan,” tutupnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini