Bajingan Dan Festivalnya Di Indonesia

Bajingan Dan Festivalnya Di Indonesia
info gambar utama

Apa yang terpikirkan oleh kawan GNFI ketika mendengar kata “bajingan”? Tunggu dulu, jangan langsung berasumsi negatif, ya.

Sebenarnya, bajingan merupakan salah satu profesi. Bajingan adalah sebutan untuk para pengemudi gerobak sapi pada jaman dulu di pulau Jawa. Gerobak sapi tersebut digunakan untuk mengangkut berbagai macam hasil panen dari satu tempat ke tempat lain. Namun, ada juga sudut pandang lain mengenai arti bajingan, yakni pengawal yang disewa oleh pemilik barang yang diangkut menggunakan gerobak sapi tersebut.

Meskipun memiliki konotasi negatif, Bajingan masih eksis hingga kini. | Sumber Gramha
info gambar

Apakah bajingan yang dimaksud di atas masih ada saat ini?

Jawabannya, Tentu. Meskipun teknologi kian canggih, namun eksistensi bajingan beserta gerobak sapinya tetap bertahan. Hal tersebut dibuktikan dengan diadakannya Festival Gerobak Sapi di Jogjakarta pada 29 September lalu. Acara yang diadakan oleh paguyuban gerobak sapi tersebut memasuki tahun ke tujuh saat ini. Para bajingan tersebut antursias dalam mengikuti Festival Gerobak Sapi yang tahun ini dilaksanakan di area Candi Prambanan.

Para peserta yakni para bajingan, mengungkapkan bahwa keikutsertaannya dalam festival tersebut karena ingin menunjukkan bahwa gerobak sapi masih eksis dan layak menjadi wisata bagi para pengunjung. Pengunjung diperbolehkan naik gerobak sapi secara gratis selama festival berlangsung. Para pemiliki gerobak sapi pun ingin memberikan kenyamanan kepada pengunjung yang menaiki gerobak sapi.

Jumlah anggota paguyuban gerobak sapi kian meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah peserta yang mengikuti Festival Gerobak Sapi setiap tahunnya semakin bertambah. Tercatat ada lebih dari 130 peserta Festival Gerobak Sapi dari 6 paguyuban gerobak sapi. Para peserta berharap, meskipun gerobak sapi sudah tidak digunakan sebagai alat transportasi utama, namun gerobak sapi dapat digunakan sebagai transportasi wisata sekaligus melestarikan alat transportasi tradisional di Jawa.

Lalu, mengapa saat ini bajingan memiliki konotasi negatif?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bajingan berarti penjahat, pencopet atau kata makian. | Sumber PNG Download.id
info gambar

Ada beberapa sumber yang menjelaskan mengapa kata bajingan memiliki konotasi negatif. Pertama, bajingan diartikan sebagai pengemudi gerobak sapi. Dikarenakan sapi berjalan dengan lambat sehingga para pemilik barang-barang yang dibawa menggunakan gerobak sapi marah karena sudah lama menunggu. Saat itulah, mereka mengumpat. “dasar bajingan, dienteni ra teko-teko” yang artinya “dasar bajingan, ditunggu tidak kunjung datang”.

Pandangan yang ke dua, yakni ketika bajingan diartikan sebagai pengawal yang disewa oleh pemilik barang untuk mengawal gerobak sapi hingga tujuan. Dulu, para pengawal tersebut melakukan tindakan tidak jujur dan tindak pencurian terhadap barang-barang yang dibawa menggunakan gerobak. Oleh sebab itu, sang pemiliki barang atau si juragan merasa marah dan mengeluarkan umpatan “dasar bajingan”.

Oleh sebab itu, umpatan menggunakan kata bajingan pun menjadi salah satu warisan hingga kini.

Namun, meskipun memiliki konotasi negatif, bajingan merupakan salah satu tokoh dalam melestarikan transportasi tradisional. Oleh karenanya, sudah sepatutnya kita untuk tidak melupakan substansi dari kata bajingan tersebut, yakni pengemudi gerobak sapi.


Catatan kaki: Wikipedia | Joglosemar News

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Widhi Luthfi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Widhi Luthfi. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini