Legislator Milenial Sebagai Harapan Baru Parlemen Indonesia

Legislator Milenial Sebagai Harapan Baru Parlemen Indonesia
info gambar utama

Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak di awal tahun 2019 sebagai arena pemilihan para pemegang tampuk kekuasaan eksekutif dan legislatif telah usai diselenggarakan. Kini Indonesia memiliki wajah-wajah baru yang akan mengomando kedua lembaga tersebut. Dan 1 Oktober 2019 menjadi salah satu momentum penting dalam mempertahankan keberlanjutan trias politika di Tanah Air. Pasalnya hari tersebut menjadi hari di mana pergantian wakil rakyat periode sebelumnya ke periode mendatang, tentunya dengan wajah-wajah baru, meski beberapa figur petahana masih ada yang menghiasi kursi parlemen di Senayan.

Sebanyak 575 anggota DPR terpilih periode 2019-2024 dilantik bersama anggota DPD dan MPR. Berdasarkan data KPU, dari 575 wakil rakyat yang dilantik, 49,74% atau 286 orang diantaranya merupakan wajah baru sementara itu 298 wakil rakyat atau 50,26% dari porsi anggota dewan masih didominasi wajah-wajah lama yang terpilih kembali. Menariknya, dari sekian banyak anggota DPR yang dilantik, 9% atau 52 anggota DPR adalah legislator milenial yang usianya masih terbilang muda.

Selain itu, pelantikan anggota DPR kali ini juga terasa berbeda dibanding sebelumnya. Lantaran harus didahului dengan serangkaian aksi demonstrasi dari mahasiswa-mahasiswa yang menentang RUU kontroversial di sejumlah kota di Indonesia. Dari titik-titik di luar ibukota seperti Surabaya, Yogyakarta, Bandung, dll (Jawa), Medan (Sumatera), maupun beberapa kota di Sulawesi dan pulau-pulau lainnya, para mahasiswa secara berjamaah turun ke jalan menjadi penyambung lidah rakyat untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Hingga titik pusat krusial di depan gedung kura-kura DPR di Jakarta pun tak luput dari aksi massa. Tak jarang, letupan gas air mata, semburan water cannon dan bahkan letusan timah panas menyelimuti demonstrasi dan aksi massa tersebut. Hal itu menjadi sinyal bahwa kondisi politik Indonesia sedang carut-marut alias tidak dalam kondisi baik-baik saja.

Terlepas dari kondisi politik Indonesia yang kurang stabil belakangan ini, tersimpan secercah harapan kepada para wakil rakyat terpilih untuk melakukan tafakkur dan tadabbur terhadap RUU kontroversial tersebut. Bak sebuah lilin di ujung gua, harapan kepada pundak wakil rakyat yang baru selalu hadir di tengah-tengah hati rakyat. Pertanyaannya, apakah wakil rakyat 2019-2024 mampu mengembalikan kepercayaan rakyat Indonesia yang telah memilih mereka? Jawabannya tentu harus bisa. Jika tak mampu memenuhi amanah, parlemen jalanan mungkin akan lebih cocok untuk menggantikan kinerja mereka.

Sebagai bagian dari generasi milenial, kehadiran legislator muda menjadi harapan tersendiri bagi generasi yang lahir pasca tahun 90-an. Kehadiran legislator muda di Senayan diharapkan dapat memberikan terobosan dan gebrakan baru dalam menjalankan fungsi check and balances terhadap kebijakan pemerintah, demi mewakili suara kaum milenial dalam parlemen untuk menjawab tantangan nasional dan global.

Para pemuda (terutama generasi milenial) di hari-hari ini dinilai mempunyai potensi yang besar sebagai katalisator perubahan. Terutama ketika digadang-gadang sebagai pembawa perubahan menuju momentum 100 tahun hari kemerdekaan Indonesia di 2045 mendatang. Generasi pemuda masa kini yang melek teknologi, adaptif, kreatif, dan kolaboratif diharapkan dapat menjadi pembawa gebrakan baru di masa depan, didukung dengan adanya bonus demografi yang akan segera mencapai puncak bagi Indonesia. Di masa yang akan datang, para legislator muda di parlemen akan menjadi garda terdepan dalam merespon berbagai macam tantangan secara efektif dan efisien sesuai dengan tipikal dan gaya kerja kekinian. Setidaknya ada dua tantangan utama yang perlu dijawab oleh para legislator muda ini, yaitu bonus demografi yang tengah berjalan, serta pemanfaatan teknologi dalam pemerintahan sebagai bentuk implementasi revolusi Industri 4.0.

Bonus demografi adalah kondisi dimana penduduk usia produktif lebih banyak daripada penduduk non-produktif. Penduduk usia produktif adalah mereka yang berada dalam rentang usia 15-64 tahun sedangkan yang non-produktif adalah penduduk yang berusia diatas 64 tahun alias manusia lanjut usia (manula). Badan Pusat Statistik memproyeksikan bahwa pada tahun 2019, kelompok usia produktif akan mencapai besaran 67% dari total populasi penduduk dan sebanyak 45% dari 67% tersebut berusia 15 - 34 tahun.

Ibarat sebuah pisau bermata dua, kemampuan Indonesia mengelola bonus demografi dengan baik akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Begitupun sebaliknya, jika tidak dikelola dengan baik maka bonus demografi ini bisa menjadi bumerang pembunuh untuk kemajuan Indonesia, yang dapat membawa Indonesia pada jurang kehancuran.

Di samping bonus demografi, masuknya Industri 4.0 juga patut menjadi atensi bersama bagi para legislator muda. Dengan hadirnya Industri 4.0, para anggota dewan mesti melibatkan aspek teknologi sebagai dukungan penerapan integritas dan transparansi publik. Terlebih lagi, akhir-akhir ini penilaian yang didapatkan anggota DPR RI dari rakyat dinilai cukup rendah, sehingga kinerjanya di periode mendatang ini akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap DPR RI. Banyak masyarakat yang masih melihat apa yang dikerjakan DPR hanyalah sebuah pencitraan belaka, DPR telah mengalami peyorasi. Benarkah demikian? Biarlah dibuktikan oleh mereka-mereka yang baru saja dilantik.

Keterlibatan teknologi dalam seluruh kinerja DPR RI sangat diharapkan oleh publik, sehingga transparansi kerja akan dapat menjadi jawaban atas kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap legislatif Indonesia. Prinsipnya, aspek keterbukaan dengan memanfaatkan teknologi dan informasi sangat diperlukan untuk meningkatkan tingkat kepercayaan publik terhadap kinerja wakil rakyat. Terobosan baru seperti adanya e-budgeting, vlog absensi, dll, menjadi salah beberapa contoh gagasan kreatif yang dapat dilakukan oleh para legislator muda. Kinerja berbasis teknologi harus menjadi prioritas utama para legislator muda untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap anggota dewan.

Dengan porsi 9 persen legislator muda di parlemen untuk periode 2019-2024 diharapkan dapat melakukan gebrakan, inovasi, terobosan, ide, dan gagasan yang bernas serta implementatif dalam penyusunan agenda-agenda strategis baik dalam skala nasional maupun internasional. Publik menunggu gebrakan dan aksi nyata dari para legislator muda untuk menjadi penyambung lidah rakyat dengan pemerintah. Akhir kata, kami ucapkan selamat mengemban amanah untuk para legislator milenial, semoga konsisten dalam menjaga integritas dan berpihak kepada kebenaran dan keadilan rakyat.

Salam Perhimpunan!

***

Penulis:
Ahmad Zacky Makarim (PPI Malaysia), Wakil Kepala Pusat Kajian dan Gerakan PPI Dunia 2019/2020

Editor dan Ilustrator PPI Dunia:
Nuansa Garini (Ketua Divisi Mass Media, Pusat Komunikasi, Pusat Media dan Komunikasi PPI Dunia 2019/2020); Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha (Deputi Pusat Komunikasi, Pusat Media dan Komunikasi PPI Dunia 2019/2020)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini