Empat Desa Ini Berhasil Jadi Daerah Wisata Berkelanjutan

Empat Desa Ini Berhasil Jadi Daerah Wisata Berkelanjutan
info gambar utama

Tahun ini ada empat desa di Indonesia yang berhasil masuk dalam daftar Sustainable Destinations Top 100 versi Global Green Destination Days (GGDD) dalam program tahunan Green Destinations Foundation.

Empat desa yang berada di Bali dan Yogyakarta tersebut di antaraya adalah Desa Pemuteran, Desa Penglipuran, Desa Wisata Nglanggeran dan Desa Pentingsari.

Dilansir dari kemenpar.go.id, Valerian Daniel selaku Tenaga Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menjelaskan keempat desa tersebut masuk dalam kategori Konservasi Lingkungan, Pemanfaatan Ekonomi untuk Masyarakat Lokal dan Sosial-Budaya.

Masuknya empat desa tersebut dalam jajaran daerah wisata berkelanjutan skala internasional sendiri menunjukkan lokasi tersebut sudah memenuhi standard internasional yang ada. Kawasan-kawasan terebut dinilai masih menjaga keseimbangan pengelolaan daerahnya serta mendapatkan manfaat ekonomi dengan melakukan pelestarian budaya dan alam yang mereka miliki.

Desa Pemuteran

Panorama indah Desa Pemuteran | Foto: pesona.travel
info gambar

Dahulu kawasan Desa Pemuteran adalah kawasan dengan kondisi kumuh di mana penduduknya sering merusak terumbu karang. Pada tahun 1989 kondisi tersebut pun mulai diperbaiki oleh tokoh desa setempat yang peduli akan kelestarian daerahnya.

Pengenalan dan edukasi pun dilakukan, agar dalam menangkap ikan nelayan tidak lagi merusak terumbu karang. Kondisi yang kian membaik pun mengubah desa tersebut menjadi desa wisata yang memanfaatkan potensi alamnya.

Kawasan terumbu karang di Desa Pemuteran saat ini telah ditetapkan sebagai lokasi yang bebas dari pemancingan. Hal tersebut membuat desa tersebut cocok untuk menjadi tempat diving atau snorkeling. Letaknya yang ada di sekitar bukit hijau pun sangat memanjakan mata.

Desa Penglipuran

Suasana Desa Penglipuran dengan aktivitas masyarakatnya | Foto: sinrharapan.net
info gambar

Nama desa ini berasal dari kata pangeling dan pura yang berarti mengingat tempat suci (para leluhur). Pada diresmikan menjadi desa wisata di tahun 1993, desa yang berada di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Bali ini sempat mendapatkan penghargaan Kalpataru pada 1995 karena berhasil memperthankan 75 hektare hutan bambu dan 10 hektare vegetasi khas desanya.

Awal berkembangnya Desa Penglipuran sendiri dimulai setelah pembangunan kecil-kecilan berupa taman-taman yang dilakukan mahasiswa Udayana saat melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada 1990.

Setelah kedatangan beberapa wisatawan pemuda setempat bersama perwakilan dari pemerintah daerah dan kota pun setuju untuk mengembangkan potensi pariwisata desa tersebut.

Desa Wisata Nglanggeran

Gunung Api Purba Nglanggeran
info gambar

Desa yang berada di kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta ini pernah menerima penghargaan sebagai desa wisata terbaik Indonesia oleh ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award 2017 dalam kegiatan ASEAN Tourism Forum 2017.

Desa yang terkenal dengan Gunung Api Purbanya tersebut saat itu dinilai berhasil menerapkan prinsip pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. Desa tersebut dianggap berkontribusi dalam kesejahteraan sosial yang ada di kawasannya, berhasil melibatkan masyarakat setempat dalam kepengurusan desanya dengan tetap menjaga dan meningkatkan kondisi lingkungan desa.

Tak hanya itu partisipasi anatara msyarakat lokal dan pengunjung juga dianggap cukup interaktif bahkan jasa perjalanan dan pramuwisatanya pun dianggap memiliki kualitas yang baik.

Desa Pentingsari

Pemandangan Desa Pentingsari | Foto: jogjajavwatour.blogspot.com
info gambar

Desa yang resmi menjadi desa wisata pada 2008 ini berada di kawasan lereng Merapi. Lokasi tersebut membuat desa yang berlokasi di kabupaten Sleman, Yogyakarta tersebut memiliki hawa yang cukup sejuk. Berbagai objek wisata dengan panorama indah pun disajikan desa tersebut beberapa di antaranya seperti Kaliurang, Kalikuning, Batu Luweng, Sendangsari, hingga Watu Gendong.

Desa tersebut juga menyediakan aktivitas bagi pengunjung yang ingin berbaur dengan masyarakat setempat seperti membajak sawah, panen padi, memancing hingga kursus singkat Tarian Jawa dan Karawitan.

Sumber: kemenpar.go.id | hipwee.com | kompas.com | tempo.co |visitingjogja.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AH
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini