Menyadarkan Generasi Milenial, Betapa Pentingnya Kesehatan Mental

Menyadarkan Generasi Milenial, Betapa Pentingnya Kesehatan Mental
info gambar utama

Banyak orang berpikir bahwa sehat hanya berkaitan dengan aspek fisik. Padahal, ada aspek lain yang juga perlu mendapat perhatian, yaitu aspek kesehatan mental.

Setiap individu dapat mengalami gangguan mental. Apabila kesehatan mentalnya terganggu, ia akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikirnya menurun, hingga tindakannya dapat mengarah pada perilaku yang buruk.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan data prevalensi gangguan mental pada usia 15 tahun ke atas mencapai 6 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 14 juta orang.

Kemudian gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.

Selain itu, survei yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa setiap detik terdapat satu orang yang melakukan bunuh diri di seluruh dunia. Bahkan, bunuh diri menjadi penyebab kematian terbesar kedua pada usia 15-29 tahun.

Di Indonesia, permasalahan kesehatan mental ini masih terganjal dengan stigma. Masyarakat masih menganggap negatif tentang persoalan ini. Bahkan, banyak di antaranya yang justru tidak peduli dengan ­mental illness atau mental health.

Akibatnya, banyak penderita yang takut dan memilih untuk tidak menceritakan gangguan mental yang dialaminya.

Hal inilah yang mendorong Level Up Community menyelenggarakan acara “Mental Health Education” pada 29 November 2019 lalu.

Bertempat di Hotel Moscha Surabaya. Fachrezy selaku founder Level Up Community menginisiasi kegiatan ini yang bertujuan membangun rasa kepedulian terhadap kesehatan mental serta membantu para generasi milenial, yang merasa sedang mengalami gejala gangguan mental.

Foto: Level Up Community
info gambar

Acara yang mengusung tema Be a Healthy People ini mengajak Mariani Lasmaida Pasaribu, S.Psi sebagai narasumber. Ia adalah seorang psikolog yang juga aktif dalam kegiatan sosial tentang kesehatan mental.

Dalam paparannya, Maida menjelaskan berbagai aspek dalam kesehatan mental. Mulai dari tanda-tanda seseorang mengalami gangguan mental, cara mengelolanya hingga cara mencegahnya.

Menurutnya, ada beberapa tanda umum yang ditunjukkan oleh seseorang apabila mengalami gangguan mental.

Tanda-tanda seseorang mengalami gejala gangguan mental

Seseorang dengan gangguan mental dapat mengalami rasa cemas yang berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan ia susah tidur dan mudah lelah, sehingga daya konsentrasinya pun menurun.

Menurunnya konsentrasi ini akan diikuti dengan melemahnya motivasi dan semangat. Ia menjadi tidak bergairah, bahkan cenderung malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Ia juga akan menunjukkan perubahan karakter dan kepribadian. Hal ini meliputi perubahan tingkah laku dan juga perubahan emosi yang ekstrem.

Perubahan ini dapat membuatnya tidak acuh pada lingkungan sosial. Bahkan, cenderung akan menarik diri dari interaksi sosial.

Di sisi lain, seseorang yang terlalu aktif dan ceria juga dapat menunjukkan tanda bahwa ia sedang mengalami gangguan mental.

Gangguan mental dapat membuat seseorang berpikir aneh. Tak heran apabila mereka sampai merasa melihat sesuatu yang tidak nyata. Ini adalah salah satu tanda yang berbahaya.

“Misal, dia melihat Brad Pitt masuk ke kamarnya. Kalau sudah mengalami ini, harus benar-benar diperiksakan karena biasanya ia akan dianjurkan untuk mengonsumsi obat,” ucap Maida.

Tanda lainnya adalah self center. Ini adalah keadaan saat seseorang hanya melihat segala sesuatu dari perspektifnya.

“Ini terjadi biasanya pada orang yang tidak pernah diperhatikan, tidak pernah dilihat, dan tidak pernah didengar,” papar Maida.

Tanda yang paling umum terjadi adalah minder. Rasa inilah yang paling sering muncul pada seseorang dengan gangguan mental apapun, entah itu depresi, anxiety, atau hal lannya.

Foto: Level Up Community
info gambar

Cara mengelola gangguan mental

“Ketika seseorang sudah mulai merasakan beberapa tanda itu, ia harus segera feeling good,” ujar Maida.

Menurutnya, cara untuk merasa baik adalah dengan memikirkan hal yang membuat bahagia. Hal tersebut harus sederhana dan konkret, bukan hal yang abstrak.

Misalnya, bahagia ketika chat dibalas atau bahagia saat menang main game. Adanya rasa bahagia ini akan memunculkan harapan untuk bangkit dan semangat.

“Coba deh, mulai malam ini pikirkan apa yang membuat kalian bahagia. Kalau sudah menemukan apa yang bikin kalian bahagia, ketika putus asa, ada hope yang membuat kalian bisa bangkit,” tutur Maida.

Langkah berikutnya adalah keep learning and take notice. “Kalian harus terus belajar. It’s ok salah, it’s ok gagal, tapi yang pasti, jangan tutup diri untuk belajar,” tutur Maida.

Bukan hanya tidak boleh menutup diri untuk belajar, mereka juga tidak boleh menutup diri dari lingkungan.

“Kalian tidak boleh sendiri dan kalian juga harus update serta peka pada lingkungan sekitar,” tambahnya.

Treatment dan cara mencegahnya

Sebagian orang mengira bahwa proses mengelola mental ini hanya dilakukan oleh orang yang mulai merasakan gejala gangguan mental. Padahal, ini juga harus dibantu oleh orang terdekat.

“Kalian mengerti saja keadaan mereka, itu sudah cukup. Tiap orang punya bibit kekuatan yang terkadang membutuhkan orang lain untuk menemukannya,” ujar Maida.

Tak lupa, Maida juga menjelaskan apa yang harus dilakukan agar tidak mengalami gangguan mental.

“Temukan esensi baru tentang dirimu dan jalani bidang keahlianmu, lalu buat tujuan jangka pendek terlebih dahulu,” tutur Maida.

Foto: Level Up Community
info gambar

Acara Mental Health Education ini diselenggarakan oleh Level Up Community. sebuah komunitas yang beranggotakan anak-anak muda yang peduli dengan fenomena sosial dan tren masa kini.

Komunitas yang belum genap satu tahun berdiri ini akan terus menyelenggarakan acara-acara lain dengan tema yang lebih seru lagi nantinya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LC
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini