Berawal dari Garasi, Sekarang Jadi Museum Musik

Berawal dari Garasi, Sekarang Jadi Museum Musik
info gambar utama

Bagi Kawan GNFI yang mencintai dunia musik, mengoleksi berbagai kaset pita, piringan hitam, cd musik, hingga poster penyanyi favorit adalah hal yang tentunya akan kalian lakukan.

Sama halnya seperti Hengki Herwanto, selaku Ketua Museum Musik Indonesia, yang sudah mencintai dunia musik sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Museum Musik Indonesia | Foto: wikipedia.org
info gambar

Saat itu, Hengki sering melihat konser musik di sekitar rumahnya dan mengabadikannya dengan kamera saku miliknya. Kemudian, Hengki pun mengirimkan hasil jepretannya ke salah satu majalah yang ada di Bandung.

Dengan penuh harap, Hengki yang saat itu masih menjadi mahasiswa, berhasil menerbitkan karyanya dan dimuat di majalah tersebut. Hal itu membuat Hengki ketagihan untuk mengirimkan karyanya terus menerus.

Namun, setelah lulus kuliah dari Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Hengki sudah berhenti menekuni hal tersebut dan meninggalkan hobinya terhadap musik. Hengki memilih untuk focus bekerja di salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Lalu pada tahun 2007 sampai 2008, Hengki kembali dihubungi oleh teman-teman seangkatan ketika dirinya sedang menjalani profesi sebagai jurnalis. Hengki dihubungi temannya dengan maksud untuk membuat buku tentang musik. Lewat hal itulah kecintaannya terhadap musik bangkit kembali.

Kemudian pada tahun 2009, Hengki dan rekan-rekannya mempunyai ide untuk menggelar sebuah pertunjukan musik. Mereka kemudian membicarakan tentang koleksi masing-masing, seperti CD music dan piringan hitam.

Lewat obrolan itu, mereka berpikir untuk mengumpulkan koleksi-koleksi itu supaya dapat menjadi barang yang bermanfaat.

Akhirnya pada 8 Agustus 2009, dicanangkanlah Galeri Malang Bernyanyi dengan jumlah koleksi sebanyak 250 saja.

Hengki Herwanto pengelola museum | Foto: Fisca Tanjung/Jawapos.com
info gambar

Selanjutnya sejak Agustus 2009 hingga April 2010, koleksi-koleksi Galeri Malang Benyanyi disimpan di garasi rumah berukuran 3×5 meter milik Hengki yang terletak di Jalan Citarum.

Pada masa itu, Hengki rajin mempromosikan galeri melalui media sosial sehingga masyarakat bisa datang berkunjung sampai akhirnya dibukalah untuk umum pada April 2010 dengan waktu buka hanya pada hari Sabtu dan Minggu saja.

Beralih ke tahun 2013, galeri itu pindah ke rumah kontrakan di daerah Griya Santa. Di sana penyumbang koleksi musik semakin banyak, mulai dari mahasiswa, pejabat, hingga artis.

Setelah tiga tahun masa kontrak habis, pihak Hengki kemudian diberikan tempat di Gedung Kesenian Gajayana dan tahun 2016 menjadi tahun awal Hengki bersama rekan-rekannya menempati gedung Museum Musik Indonesia.

Galeri musik tersebut pun didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM dengan dukungan pula dari Pemerintah Kota Malang yang mengizinkan pengelola museum untuk menggunakan Gedung Kesenian Gajayana sebagai tempat Museum Musik Indonesia.

Potret Museum Musik Indonesia, Jawa Timur | Foto: liburanmalang.com
info gambar

Pada 19 November 2016, Museum musik Indonesia diresmikan langsung oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Republik Indonesia, yang bertempat di lantai 2 Gedung Kesenian Gajayana di Jalan Nusakambangan No.19, Kota Malang, Jawa Timur.

Menurut catatan Museum Musik Indonesia, hingga tahun 2018 terdapat sekitar 26.000 koleksi yang tersimpan terdiri dari kaset, CD music, poster, buku, leaflet, piringan hitam, instrument musik, seperti gitar dan drum, serta baju artis, peralatan audio, dan banyak koleksi lainnya.

Sebagian besar koleksi di Museum Musik Indonesia didapat dari donasi para pecinta musik dan kolektor, baik dari Malang maupun luar Malang.

Seiring berjalanya waktu, koleksi-koleksi tersebut terus bertambah dengan sumbangsih dari berbagai kalangan dan usia, mulai dari komunitas, warga biasa, musisi, hingga dinas kebudayaan.

Sebagian koleksi Museum Musik Indonesia | Foto: ilovemalang.net
info gambar

Koleksi yang ada di Museum Musik Indonesia sekitar 60 sampai 70 persen berasal dari karya musisi Indonesia, dan sisanya dari musisi luar negeri dengan genre yang beragam pula, mulai dari pop, rock, jazz, latin, hingga lagu daerah tersedia di museum ini.

Ada koleksi menarik di Museum ini, yaitu alat musik yang sudah ada sejak zaman batu sekitar 12.000 tahun lalu bernama Okarina.

Jika Kawan GNFI berkunjung ke sini, kalian akan melihat jejeran etalase dan sejumlah rak, serta lemari kaca yang berisi berbagai koleksi yang ada.

Referensi: wikipedia | jawapos

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini