Diaspora Indonesia Penari Otodidak Yang Menari Di Negeri Dua Benua

Diaspora Indonesia Penari Otodidak Yang Menari Di Negeri Dua Benua
info gambar utama

Ada kalanya kecintaan kita terhadap Indonesia akan menjadi lebih kuat ketika kita jauh. Hal ini juga yang dirasakan banyak diaspora Indonesia yang kini berada di luar negeri baik untuk bekerja maupun mengenyam pendidikan. Rasa cinta akan tanah air yang kadang kala mendorong seseorang untuk berani mengambil peran untuk mengangkat nama Indonesia di negara lain dengan berbagai cara, seperti yang dilakukan oleh sala satu diaspora Indonesia yang kini tengah mengenyam pendidikan di Negeri Dua Benua.

Adalah Baqiyatullah Nashiruddin Albana, pemuda asal Cirebon yang sering memperkenalkan budaya Indonesia melalui Tari Topeng. Dirinya bukan penari tradisional professional, namun keinginan untuk mengenalkan Tari Topeng mendorongnya untuk belajar secara otodidak dan kini sering tampil di acara-acara budaya untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia di Turki.

Berawal dari tugas sekolah ketika ia sekolah di SMA N 2 Cirebon, Guru Seninya melihat adanya potensi sebagai penari dan mengikutkan Albana dalam ajang Festival & Lomba Seni Siswa Nasional (LFS2N) bersama partner tari bernama Monic. Meski pernah mengikuti lomba seni bertaraf nasional, ia mengaku tidak memiliki pelatih professional untuk melatihnya tentang sejarah, gerakan dan makna dari Tari Topeng.

Tak lama berselang, Bana memutuskan untuk kuliah di Turki, tepatnya di Kastamonu Univerisitesi yang kemudian ia pindah ke Ondokuz Mayiz Universitesi di Kota Samsun untuk mengambil jurusan Healthcare Management. Keputusan inilah yang kemudian mengubah pandangannya tentang Indonesia. Menari di depan banyak orang, terlebih tidak memiliki pelatih, merupakan hal yang sulit dilakukan. Namun hal itu tidak menyurutkan tekadnya untuk mencoba menari. acara peresmian Perhimpunan Pelajar Indonesia, di Kastamonu, Turki (PPI Kastamonu) merupakan kesempatan pertama ia menari.

“Saya merupakan anak baru di Kastamonu dan waktu itu akan ada peresmian PPI Kastamonu. Disini saya memberanikan diri untuk menjadi penari sebagai pembukaan acara meski saya tidak punya keahlian dalam tari tradisional secara profesional”, ungkapnya.

Untuk bisa menari dengan baik, ia secara otodidak belajar kembali Tari Topeng melalui Youtube dan mencuri-curi waktu di asrama supaya tidak mengganggu teman sekamarnya.

“Alhamdulillah, karena penampilan di peresmian PPI Kastamonu pada 17 Januari 2017 tersebut dihadiri oleh beberapa staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ankara, saya kembali dipanggil untuk tampil pada saat Ramadhan di Ankara”, ungkapnya.

Albana menari Tari Topeng di Konya, Turki
info gambar

Kita memang tidak tahu kesempatan mana yang membawa diri kita ke kesempatan yang lebih besar. Penampilan Tari Topeng yang dibawakan oleh pemuda kelahiran 20 Oktober 1998 Ini membawanya diundang untuk mengisi beberapa acara spring festival di beberapa wilayah seperti Sakarya, Ankara, Samsun dan Konya.

Penampilan Tari Topengnya juga mendapat tanggapan positif baik dari orang Indonesia maupun Turki.

“Selama menari, saya mendapat respon yang positif dari berbagai kalangan, baik orang Turki maupun orang Indonesia”, ujarnya.

Karena keahlianya menari meski belajar secara otodidak melalui video di Youtube, ia dipercaya menjadi asisten pelatih dari LM Iqbal dan Agung untuk melatih Tari Samansema yang merupakan gabungan dari Tari Saman dari Aceh dan Tari Sema dari Turki. Tarian ini dilakukan oleh orang Turki pada acara perayaan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Turki pada 21 September 2019 lalu.

“Ada rasa bangga yang luar biasa ketika menjadi asisten pelatih, karena saya ingin nama Indonesia lebih dikenal di luar negeri, tidak hanya sebagai negara muslim terbanyak di dunia, namun juga dikenal dengan budayanya”, tuturnya.

Budaya Indonesia sejatinya merupakan jatidiri yang harus dilestarikan terlepas di zaman mana kita hidup. Di era serba modern ini, ada kecenderungan budaya dan tradisi Indonesia seringkali dicap ketinggalan zaman atau old fashioned. Berkenaan hal ini, Albana memiliki pendapatnya sendiri.

“Menurut saya, ini bukanlah tentang ketinggalan zaman atau tidak, namun saya merasa ini tentang nilai dan makna yang dikandung oleh tari-tari tradisional Indonesia. Hal ini juga yang membuat saya semakin cinta dengan Indonesia meski saat ini tidak berada di bumi pertiwi”, katanya

Albana saat menjadi asisten pelatih di KBRI Ankara
info gambar

Albana merupakan satu dari sekian banyak diaspora Indonesia yang memiliki keinginan kuat mengenalkan budaya Indonesia di luar negeri. Meski tidak memiliki latar belakang sebagai penari tradisional profesional, hal ini tidak pula menyurutkan tekadnya dalam melestarikan budaya Indonesia. Mulai dari belajar secara otodidak, hingga kini sering dipanggil untuk menari tradisional di Turki, Albana membuktikan bahwa selalu ada jalan untuk melestarikan budaya Indonesia dimanapun kita berpijak.

“Untuk anak-anak Indonesia dimanapun berada, tetaplah cinta Indonesia karena negeri ini butuh kita untuk lebih dikenal dengan baik di seluruh dunia”, tutupnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini