Lawan Hoaks Covid-19 dengan Informasi Edukatif Berbahasa Daerah

Lawan Hoaks Covid-19 dengan Informasi Edukatif Berbahasa Daerah
info gambar utama

Seiring dengan merebaknya pandemi CoronavirusDisease2019 (Conid-19), jumlah berita bohong atau hoaks berkaitan dengan itu pun kian meningkat. Dilansir dari CNNIndonesia.com, Polri mencatat jumlah kasus terkait penyebaran hoaks tentang virus Corona sebanyak 41 kasus per Senin (23/3/2020). Jumlah itu meningkat 11 kasus dibandingkan data per 19 Maret 2020, yang tercatat sebanyak 30 kasus.

Sementara, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) merilis total konten hoaks dan disinformasi terkait dengan virus Corona berjumlah 297 per Minggu 23 Maret 2020 lalu.

Meningkatnya jumlah hoaks tersebut, mendorong Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) untuk menyarikan dan memproduksi berbagai informasi yang benar terkait Covid-19. Informasi yang Japelidi hasilkan berupa konten video dan poster edukatif bagi masyarakat.

“Untuk mengimbangi banjir hoaks yang menyesatkan warga di saat pandemi ini, kami membuat beragam konten digital ‘Jaga diri dan Jaga Keluarga’ di dalam 42 bahasa daerah,” kata Novi Kurnia, Koordinator Japelidi. Selain dalam 42 bahasa daerah, tambahnya, Japelidi juga membuat konten dalam bahasa Mandarin.

Untuk menambah jangkauan penyebaran konten berbahasa daerah tersebut, Japelidi bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) dan Komunitas “Berbeda Itu Biasa”.

Diseminasi juga dilakukan melalui akun Instagram dan Twitter Japelidi. Supaya lebih masif, mereka juga menyebarkannya melalui WhatsApp grup para anggota Japelidi yang berjumlah 163 orang. Mereka membagikan poster digital seperti “Jaga diri dan Jaga Keluarga”, “Perlindungan Data Pribadi”, dan “Sumber Informasi Terpercaya”, serta videografik tips menemani anak belajar di rumah.

Infografis berbahasa Jawa dan Palembang |Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi)
info gambar

Tanggapan warganet sangat positif terhadap kegiatan ini. Banyak orang atau komunitas yang meminta dikirimi file poster buatan Japelidi untuk mereka cetak sendiri, lalu membagikannya kepada warga berusia lanjut di sekitar mereka.

“Bahkan ada yang membuatnya menjadi spanduk. Memang banyak orang tidak mengakses jejaring sosial, sehingga akses informasi mereka pun terbatas,” kata Novi yang juga merupakan Ketua Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu.

Selain menyebarluaskan informasi secara daring, Novi dan rekan-rekannya juga melakukan kampanye luring. Kampanye luring dilakukan bekerja sama dengan warga membagikan selebaran, poster, dan spanduk di tempat-tempat strategis di banyak daerah. Daerah-daerah itu seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Sukabumi, Yogyakarta, Kulonprogo, Magelang, kota dan kabupaten Semarang, Salatiga, Surabaya hingga Bali.

Daerah lain yang juga sudah mereka jangkau adalah Lamongan, Malang, Ponorogo, Blora, Grobogan, Banjarmasin, Gresik, Tegal, Wonogiri, Cilacap, NTT, Kutai, NTB, Timika di Papua, Lombok Timur, Lampung, dan Samarinda.

Selain menyebarkan informasi, kegiatan luring yang Japelidi lakukan juga meliputi membagikan sabun dan hand sanitizer untuk masyarakat yang masih harus bekerja di luar rumah, seperti pengendara ojek dan pedagang pasar. Menyinggung soal dana, Novi mengatakan bahwa itu berasal dari donasi masing-masing anggota Japelidi.

Komunitas yang beranggotakan dosen dari 78 perguruan tinggi di 30 kota itu mengatakan, daerah-daerah yang mereka jangkau akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya dukungan masyarakat. Konten berbahasa daerah yang mereka buat juga akan bertambah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

“Kami tidak menyangka dukungan dari warga akan sebesar ini. Seperti halnya kampanye politik, kampanye kesehatan juga harus dilakukan melalui darat di banyak tempat. Menurut saya, masih banyak ruang yang belum terjangkau, padahal isu pandemi ini sangat mendesak,” ujar Lestari Nurhajati, dosen London School of Public Relations (LSPR), Jakarta, yang menjadi koordinator kampanye Japelidi Lawan Hoaks Covid-19.

Sumber: Siaran Pers Japelidi | CNNIndonesia.com | AntaraNews.com | Tirto.id | Tempo.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini