Tersebar di Indonesia, Buah Kersen Si Manis yang Legendaris

Tersebar di Indonesia, Buah Kersen Si Manis yang Legendaris
info gambar utama

Kawan GNFI pas masih kecil gemar manjat pohon untuk mengambil buah? Kalo iya, semoga bukan pohon buah milik tetangga ya.

Dengan kekayaan alam yang Indonesia miliki, kita wajib bersyukur karena berbagai jenis pohon buah tumbuh subur. Buah-buahan tropis seperti mangga hingga pisang bisa kita nikmati. Eits, tidak semua bebas disantap, karena beberapa pohon buah dipelihara oleh yang empunya pohon buah alias milik pribadi.

Namun tidak semua tentunya, karena beberapa di antaranya tumbuh liar jadi bisa kita nikmati buahnya. Salah satunya buah kersen, pohon ini terbilang cukup subur tumbuh di seluruh wilayah Indonesia.

Manis dan Teduhnya Kersen yang Penuh Nostalgia

Pohon kersen yang memiliki nama latin Muntingia calabura L berasal dari benua Amerika wilayah tropis yakni dari Meksiko bagian selatan, Karibia, Peru dan Bolivia. Kersen masuk ke Indonesia dari negara tetangga Filipina sekitar akhir abad ke-19 atau pada zaman kolonial Belanda.

Namanya berbeda-beda di tiap daerah, ada yang menyebutnya seri, ceri, talok, kerukup siam, dan baleci. Orang Belanda sendiri menyebutnya Japanse kers (ceri Jepang) yang kemudian sebutan itu diturunkan ke bahasa Indonesia menjadi kersen.

Ciri-ciri pohon kersen terdapat dari bentuknya ranting dan daunnya yang menyebar dan banyak sehingga membuatnya menjadi pohon yang teduh. Tumbuhnya tidak hanya di tanah perkebunan, tetapi juga di pinggiran jalan. Tak jarang pohon kersen menjadi "payung" bagi pejalan kaki, ojek, tukang becak, dan pedagang yang berteduh atau beristirahat.

Panjat pohon kersen.
info gambar

Buah dari pohon kersen dinilai memiliki banyak kenangan masa kecil oleh sebagian kalangan di Indonesia sehingga seringkali diberi embel-embel buah legendaris atau buahnya "anak-anak zaman old". Saat musim hujan, buahnya banyak tumbuh dan siap panen atau malahan jatuh begitu saja di atas tanah.

Rasa buah kersen yang manis mengundang anak-anak memanjat pohonnya untuk memburu buah mungil berwarna merah menyala tersebut. Selain dilahap langsung, buah kersen juga bisa diolah menjadi bahan olesan roti, dodol, ataupun sirup.

Tak Ada di Jalan, Bisa Ditemui di Marketplace

Teknologi memang memudahkan. Pohon kersen memang kerap kali kita temui di mana saja, tetapi bukan berarti selamanya ada kita jumpai setiap meter kita berjalan. Bernostalgia pada masa kecil dengan kersen pun bisa lewat marketplace.

Di marketplace sudah banyak yang menjajakan kersen. Baik itu buahnya sampai bibit pohonnya. Untuk Kawan GNFI bermental pengusaha, harga kersen sangatlah menggoda. Rata-rata penjual di sejumlah marketplace menjualnya di kisaran Rp 20 ribuan per 300 gram.

Sementara itu untuk bibit atau pohon anakannya juga tersedia. Bahkan daunnya yang sudah mengering juga dijual karena diyakini mampu menyembuhkan segala jenis penyakit.

Buah kersen yang dijual di marketplace.
info gambar

Dilansir GNFI dari laman Intisari, buah kersen ternyata memiliki banyak kandungan gizi. Setiap 100 gram buah kersen mengandung; air sebanyak 77,8 g, serat 4,6 g, vitamin C (antioksidan) 80.5 mg, lemak 1,56 g. Tak hanya itu, kandungan lain seperti zat besi 1,18 mg, karotin 0,019 mg, protein 0,324 g, fosfor 84 mg, niacin 0,554 mg, kalsium 124,6 mg, vitamin B1(Tiamin) 0,065 mg, dan riboflavin 0,037 mg juga terkandung dalam buah kersen.

Sementara dari stuartxchange.org kita bisa mengambil manfaat kesehatan dari pohon kersen antara lain; mengobati asam urat, antioksidan, antibakteri, kram perut, anti-inflamasi, antiseptik, anti-tumor, anti-kanker, dan pelindung jantung.

Buah kersen dan daunnya pohonnya yang dijual di marketplace pada 2019.
info gambar

Sementara itu untuk daun kersen dianggap mampu mengobati sakit kepala, menstabilkan gula darah, meredakan batuk, serta menurunkan risiko kolesterol dan tekanan darah tinggi. Ketika digunakan sebagai obat luar, daun kersen juga bertindak sebagai antiseptik dan antiperadangan bagi luka ringan.

Manfaat daun kersen lainnya yang berhubungan dengan fitokimia di dalamnya ialah meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah penyakit tertentu dan mempercepat proses pemulihannya. Selain itu, antioksidan juga dapat memperlambat proses penuaan di dalam tubuh.

Menjadi Bagian Tradisi Maulid Nabi

Di Mojokerto, Jawa Timur, tepatnya di Dusun Mengelo, Desa Sooko, pohon kersen menjadi satu bagian keseruan tradisi memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW. Orang-orang yang ikut bagian dalam peringatan akan berebut memanjat pohon kersen yang di puncaknya terdapat berbagai hadiah, mulai dari hasil bumi, sepatu, tas, dan berbagai macam pakaian dsb.

Tradisi Panjat Kersen ini hampir setiap tahun diadakan. Para warga yang mengikuti tradisi ini berharap ada berkah yang didapat dari hadiah yang didaptkan. ''Setiap tahun selalu hadir di sini, ya semoga dapat berkah karena barang-barang ini sudah diberi doa oleh para kyai,'' kata Juli, warga Jombang yang ikut berpartisipasi dalam tradisi tersebut pada 2019, dikutip GNFi dari Suara Mojokerto.

Tradisi panjat kersen.
info gambar

Sementara Son Haji, ketua takmir Masjid Darussalam, Mengelo, Sooko menjelaskan, tradisi kersen ini memang benar sudah sejak bertahun-tahun dilakukan di Mengelo setiap ada Maulid Nabi.

''Saya lupa mulai kapan tradisi kersen untuk memeringati Maulud Nabi ini dimulai, tapi sudah berjalan sejak bertahun-tahun, tujuannya untuk mengumpulkan warga, silaturrahmi guyub dan bersama meneruskan perjuangan nenek moyang dengan harapan agar memperoleh safaat dari Nabi Muhammad SA,'' terang Son Haji.

Son Haji juga mengatakan, Tradisi pohon kersen ini sudah melekat pada jiwa masyarakat Mengelo, bahkan warga yang merantau menempatkan diri pulang kampung pada saat ada tradisi kersen ini. Selain acara kersen, panitia juga menyediakan bantuan berupa uang kepada fakir miskin dan anak yatim.

Referensi: Suaramojokerto.com | Sehatq.com | Intisari.grid.id | IngatanSekolah, "Just Memory: Yang Lucu & Cupu Pas Masih Sekolah"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini