Kisah Inspiratif : 100 Tahun Menjadi Pecundang, Kini Penguasa Olimpiade

Kisah Inspiratif : 100 Tahun Menjadi Pecundang, Kini Penguasa Olimpiade
info gambar utama

Pada tahun 2002, British Cycling, organisasi induk olahraga sepeda Inggris, baru saja merekrut Sir Dave Brailsford sebagai pelatih para atlet balap sepeda nasional negara tersebut. Saat Brailsford menerima pekerjaan tersebut, cabang olahraga balap sepeda Inggris dalam kondisi yang menyedihkan, karena hampir 100 tahun berlalu, cabang tersebut tak pernah membawa pulang medali olimpiade. Hanya pada 1908, pembalap sepeda Inggris hanya memenangkan satu medali emas di Olimpiade, dan prestasi mereka bahkan lebih buruk lagi dalam balapan bersepeda terbesar dunia, Tour de France. Dalam 110 tahun, tidak ada pembalap sepeda Inggris yang pernah memenangkan event balap sepeda paling bergengsi tersebut.

Begitu parahnya performa cabor balap sepeda Inggris, hingga salah satu pabrikan sepeda top di Eropa menolak untuk menjual sepeda kepada tim balap sepeda Inggris karena mereka takut akan merusak reputasi sepeda mereka, dan penjualan ke pembalap profesional lain akan menurun saat melihat orang Inggris menggunakan peralatan mereka.

Kondisi menyedihkan itu serta merta berubah menjadi membanggakan saat Sir Dave menjadi pelatih mereka. Pada Olimpiade Beijing 2008, pasukannya memenangkan tujuh dari 10 medali emas yang tersedia di cabor balap sepeda, dan mereka menyamai prestasi tersebut di Olimpiade London empat tahun kemudian. Sir Dave juga memimpin tim balap sepeda profesional Inggris dalam memenangkan tiga dari empat event Tour de France.

Apa sebenarnya rahasia Sir Dave Brailsford dalam mengubah nasib tim balap sepeda Inggris tersebut?

Sir Dave sendiri adalah seorang mantan pembalap sepeda profesional yang memegang gelar MBA. Namun yang membuatnya berbeda dari pelatih-pelatih balap sepeda di Inggris sebelumnya adalah komitmennya yang tanpa henti terhadap strategi yang ia sebut sebagai “the aggregation of marginal gains,” atau pencapaian atau peningkatan kecil yang dihimpun secara terus menerus. Brailsford berkata, “Idenya sederhana. Pengetahuan, prinsip dasar, perlengkapan, dan skill kita dalam balap sepeda, kita tingkatkan 1% setiap setiap hari, secara terus menerus, maka akan kita dapat peningkatan yang signifikan jika digabungkan semuanya”.

Sir Dave Brailsford | Cycling Weekly
info gambar

Yang pertama dilakukan Sir Dave dan para pelatih lain adalah mendesain ulang kursi sepeda agar membuatnya lebih nyaman, juga mengoleskan alkohol pada ban agar roda dapat mencengkaram jalanan secara lebih kuat. Mereka meminta para pembalap untuk mengenakan sepatu pelindung yang dipanaskan secara listrik untuk menjaga suhu otot yang ideal saat berkendara dan menggunakan sensor biofeedback untuk memantau bagaimana setiap atlet merespons latihan-latihan tertentu. Tim juga mengubak outfit mereka dari outdoor outfit ke indoor outfit, yang terbukti lebih ringan dan lebih aerodinamis.

Tidak berhenti di situ, Sir Dave dan timnya terus menemukan peningkatan 1 % di bidang-bidang yang mungkin selama ini terabaikan dan tak terduga. Mereka menguji berbagai jenis gel yang digunakan untuk memijat, untuk melihat mana gel yang menyebabkan pemulihan otot tercepat. Mereka juga menyewa seorang dokter untuk mengajari atlet-atletnya cara terbaik mencuci tangan untuk mengurangi resiko kemungkinan masuk angin. Mereka juga memilih jenis bantal dan kasur yang menghasilkan tidur malam terbaik untuk setiap atlet. Mereka bahkan mengecat bagian dalam bak truk pengangkut sepeda dengan warna putih, sehingga debu-debu kecil yang biasanya akan luput dari perhatian, bisa dilihat dan segera dibersihkan, karena debu sedikit banyak dapat menurunkan kinerja sepeda yang sudah disetting sempurna.

Ratusan perbaikan-perbaikan dan peningkatan kecil lainnya terakumulasi, dan ternyata hasilnya datang lebih cepat daripada yang bisa dibayangkan oleh siapa pun.

Hanya lima tahun setelah Sir Dave mengambil alih, tim Bersepeda Inggris mendominasi jalanan memborong sebagian besar medali emas Olimpiade 2008 di Beijing, di mana mereka memenangkan 60% medali emas yang tersedia. Empat tahun kemudian, ketika Olimpiade 2012 berlangsung di London, tim balap sepeda Inggris membubuhkan sembilan rekor Olimpiade dan tujuh rekor dunia.

Bradley Wiggins, perbaikan pelan-pelan | Metro.co.uk
info gambar

Pada tahun yang sama, Bradley Wiggins menjadi pembalap sepeda Inggris pertama yang memenangkan Tour de France. Tahun berikutnya, rekan satu timnya Chris Froome memenangkan perlombaan yang sama, dan ia akan menang lagi pada tahun 2015, 2016, dan 2017, memberi tim Inggris lima kemenangan Tour de France dalam enam tahun berturut-turut.

Selama kurun waktu sepuluh tahun dari 2007 hingga 2017, pembalap sepeda Inggris memenangkan 178 kejuaraan dunia dan 66 medali emas Olimpiade atau Paralimpik dan meraih 5 kemenangan Tour de France yang dianggap sebagai yang paling sukses dalam sejarah cabang balap sepeda.

Bagaimana ini bisa terjadi? Mengapa perbaikan-perbaikan kecil yang terakumulasi dapat membawa hasil yang luar biasa?

Seringkali, kita meyakinkan diri sendiri bahwa kesuksesan besar membutuhkan tindakan besar. Apakah itu menurunkan berat badan, membangun bisnis, menulis buku, memenangkan kejuaraan, atau mencapai tujuan lain, kita menekan diri kita sendiri untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan peningkatan-peningkatan besar.

Sementara itu, peningkatan sebesar 1% terkadang seringkali kita abaikan bahkan tidak terlihat, tapi ternyata, jika dilakukan secara kontinyu dan disiplin, bisa membawa dampak yang dahsyat, terutama dalam jangka panjang. Perbedaan yang bisa dihasilkan oleh sedikit-demi-sedikit peningkatan dari waktu ke waktu akan membawa hasil yang sangat mengejutkan.

Pada awalnya, memang seolah tidak ada perbedaan apapun jika terjadi peningkatan hanya 1 %. Tetapi seiring berjalannya waktu, perbaikan-perbaikan kecil yang dilakukan dalam jangka waktu lama yang dilakukan secara kontinyu, akan membuat kita ‘berjarak’ dengan mereka yang tidak melakukan hal serupa. Entah perlu berapa lama, namun ternyata, tim balap sepeda Inggris mampu melakukannya dan menjadi jawara dunia hanya dalam jangka waktu 5 tahun.

Dari kisah ini, kita bisa belajar betapa pentingnya terus meningkatkan kemampuan, dan melakukan perbaikan, sekecil apapun, secara kontinyu. Yang terpenting dalam hidup bukanlah sebuah kesuksesan yang datang sekali dua kali, namun adalah bagaimana kita setiap hari terus membuat perubahan menjadi lebih baik, betapapun kecilnya. Karena agregat dari perbaikan-perbaikan kecil inilah yang di masa depan akan membuat perbedaan besar. Hal yang sama juga berlaku bagi Indonesia, sekecil apapun perbaikan dan peningkatan yang dicapai, jika dilakukan secara terus menerus, maka seiring waktu, Indonesia akan mencapai agregat perbaikan yang signifikan.

==

Referensi:

  1. Matt Slater, “How GB Cycling Went from Tragic to Magic,” BBC Sport.

  2. Tom Fordyce, “Tour de France 2017: Is Chris Froome Britain’s Least Loved Great Sportsman?” BBC Sport.

  3. Richard Moore, Mastermind: How Dave Brailsford Reinvented the Wheel (BackPage Press, 2013).
  4. Matt Slater, “Olympics Cycling: Marginal Gains Underpin Team GB dominance,” BBC.
  5. Tim Harford, “Marginal Gains Matter but Gamechangers Transform,” Tim Harford.
  6. Eben Harrell, “How 1% Performance Improvements Led to Olympic Gold,” Harvard Business Review; Kevin Clark, “How a Cycling Team Turned the Falcons Into NFC Champions,” The Ringer.
  7. World and Olympic Records Set at the 2012 Summer Olympics,” Wikipedia.
  8. Medals won by the Great Britain Cycling Team at world championships, Olympic Games and Paralympic Games since 2000,” British Cycling.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini